Alma menggunakan daster berwarna hitam di campur warna merah muda, ia juga mengikat rambutnya kuncir kuda. Agar ia dengan mudah bergerak kemana-mana.
Tiba-tiba handphone Alma berdering, ia melihat kontak baru "Siapa yang menelpon?" Batin Alma, ia terus saja menatap handphonenya yang sedang menyala. Alma ragu-ragu untuk menjawab panggilan tersebut.
Alma kemudian membiarkan handphonenya berdering, ia meletakkan kembali tepat di atas meja. Setelah itu Alma keluar untuk melihat Aletta.
"Sayang kamu sudah selesai mandi ya, wah kamu Harum banget" Alma melihat Aletta sudah rapi, ia juga sudah mencium wangi yang khas dari tubuh Aletta. Alma gemes banget melihat putri kecilnya, kelihatannya Aletta juga senang sekali hari ini. Ia terus tersenyum riang.
Alma dan Ny Yulia duduk di kursi tamu "Ada apa Alma?" Tanya Ny Yulia, ia melihat Alma seperti ada yang mau di sampaikan.
"Ibu Sepertinya Alma harus mencari pekerjaan, Alma tidak mungkin terus-terusan diam dirumah mengandalkan ibu dan ayah" Jawab Alma.
"Sebaiknya nanti saja kalau Aletta sudah besar"
"Tapi Alma merasa tidak enak ibu, Alma sudah terlalu banyak merepotkan ibu dan ayah. Jadi bagi Alma ini sudah waktunya untuk saya kembali bekerja"
"Kamu mau kerja apa Alma?"
"Apa saja ibu, yang penting Alma mencari uang dari jalan yang benar"
"Ibu serahkan sama kamu Alma, karena ibu tidak mau memaksa kamu"
"Percayalah ibu, Alma bekerja demi keluarga kita. Doakan Alma ya ibu"
"Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu Alma"
Mungkin ini sudah waktunya untuk Alma bekerja, karena dirinya sudah merasa lebih baik dari sebelumnya. Alma juga merasa malu karena terus-terusan merepotkan kedua orangtuanya.
Mencari pekerjaan memang tidak mudah, namun Alma tidak akan menyerah sebelum ia berusaha. Tidak ada yang tidak mungkin selama Alma ada keinginan. Tuhan pasti memberikan jalan keluar.
Tepat jam 11.00 pagi.
Tiba-tiba dokter Rita datang ke rumah Alma, ia membawa beberapa bingkisan. Dokter Rita mengetuk pintu sambil menunggu didepan.
"Tok...tok...tok!!"
Mendengar ada suara ketukan pintu, membuat Ny Yulia pergi keluar "Tek!" Suara pintu terbuka.
Ny Yulia seperti tidak asing melihat tubuh seseorang yah berdiri di depan, ia memperhatikan dari belakang karena dokter Rita sengaja membalikkan badannya.
"Siapa?" Tanya Ny Yulia.
Dokter Rita langsung membalikkan badannya menghadap Ny Yulia "Selamat siang ibu, ini saya Rita"
Ny Yulia tersenyum ramah, ia menyambut hangat kedatangan dokter Rita "Suatu kehormatan melihat dokter datang ke rumah"
"Terimakasih ibu!! Apakah Alma ada dirumah?"
"Ada ... Sebaiknya dokter masuk di dalam, biar saya panggil Alma dulu"
Dokter Rita kemudian masuk ke dalam, ia menunggu Alma di ruang tamu.
"Alma ada dokter Rita di depan" Ucap Ny Yulia.
Alma terkejut mendengar kedatangan dokter Rita. Karena sebelumnya mereka berdua tidak pernah ada janji "Sama siapa ibu?"
"Sendirian!!"
"Tunggu sebentar ibu, Alma segera akan keluar"
"Ya sudah, ibu mau menyiapkan minuman dulu"
"Baik ibu"
Ruang tamu.
Alma kemudian datang menemui dokter Rita, ia bersama Aletta. Alma merasa canggung meskipun mereka berteman sejak dulu, karena Kedetakan mereka jadi renggang semenjak mereka sama-sama sibuk setelah memiliki pekerjaan masing-masing.
Namun nasib Alma tidak seberuntung dokter Rita, ia bisa menempuh dunia pendidikan. Sedangkan Alma hanya bisa duduk sampai bangku SMP. Kedekatan dokter Rita dan Alma dari dulu membuat orang-orang nyinyir. Mereka tidak senang melihat dokter Rita berteman sama Alma.
"Dokter Rita sudah lama?" Sapa Alma.
"Tidak kok ... Saya baru saja sampai. Oh ya aku hanya membawakan ini, Maaf ya karena seadanya" Dokter Rita memberikan bingkisan itu kepada Alma.
"Dokter tidak usah repot-repot, saya menjadi tidak enak"
"Ya ampun Alma kamu biasa saja sama saya. Kamu tidak usah canggung seperti itu"
"Ya tetap saja kita itu tidak akan pernah selevel, secara perbedaan kita terlalu jauh"
"Kamu mulai lagi!! Sini biar aku gendong putri kamu"
Alma kemudian memberikan Aletta kepada dokter Rita "Dia sangat manis sekali, sama seperti kamu"
"Semoga saja dia bisa berkarier seperti dokter Rita Juga"
"Pasti itu!! Cup...cup...cup...hei cantik, apa kabar? Sudah lama ya kita tidak bertemu" Dokter Rita mengajak Aletta berbicara, ia senang sekali melihat bibir mungil Aletta.
"Bagaimana keadaan kamu? Apakah sudah lebih baik?" Tanya dokter Rita.
"Ya" Jawab Alma sambil tersenyum.
"Syukurlah ... Boleh aku bertanya satu hal sama kamu?"
"Tentang apa?"
"Tentang rumah tangga"
Tiba-tiba Ny Yulia datang ke ruang tamu, ia membawa teh hangat dan beberapa cemilan "Silahkan di nikmati" Ucap Ny Yulia sambil menaruh gelas dan toples di atas meja.
"Terimakasih ibu" Ucap dokter Rita.
Ny Yulia sangat baik dan sopan, ia menghormatinya dokter Rita meskipun usianya jauh lebih muda "Sama-sama!!Kalian ngobrol saja dulu, Ibu mau ke belakang sebentar".
"Baiklah ibu" Jawab dokter Rita dan Alma.
Setelah Ny Yulia pergi, dokter Rita melanjutkan pembicaraannya. Ia bertanya kepada Alma tentang pernikahan. Entah apa yang membuat dokter Rita kepikiran untuk membahas hal itu. Apakah karena ia penasaran tentang rumah tangga Alma atau ada hal lain.
Namun Alma tidak mau berpikir negatif, ia tetap tersenyum seolah-olah tidak ada beban. Ia tidak menampakkan rasa trauma di wajahnya, Alma berusaha terlihat santai Meskipun didalam hatinya ia benar-benar terpukul.
"Sepertinya pertanyaan dokter terlihat serius?"
"Tidak juga Alma, sebenarnya aku mau curhat sama kamu. Karena selama ini hanya kamu orang yang aku percaya tempat berbagi cerita, meskipun aku memiliki teman banyak"
"Selama dokter percaya sama saya, saya siap menjadi pendengar yang baik"
"Sebenarnya saya di minta untuk menikah oleh kedua orang tua saya"
"Dimana letak masalahnya?"
"Masalahnya itu saya belum siap untuk menikah, karena saya masih ragu tentang pernikahan"
Alma kembali tersenyum, ia mengelus punggung tangan dokter Rita "Tidak ada yang perlu untuk diragukan, karena menikah itu ibadah"
"Apakah kamu bahagia menikah?"
Alma terdiam, karena ia merasa gagal dalam menjalani rumah tangga. Ia tidak berani menanggapi pertanyaan dokter Rita.
"Alma kenapa kamu diam? Maaf jika ada pertanyaan saya yang salah"
"Tidak ada dokter!! Jujur saya tidak bisa menjawab pertanyaan dokter"
"Tidak apa-apa Alma, saya juga tidak mungkin memaksa kamu untuk menjawab"
"Jika dokter tidak keberatan, Izinkan saya untuk memberi satu pesan untuk dokter"
"Sama sekali tidak Alma, justru saya sangat senang jika kamu berbagai sama saya"
"Jika nanti dokter menikah, pilihlah laki-laki yang baik akhlaknya dan bertanggungjawab. Laki-laki yang takut pada Tuhannya"
Mendengar perkataan Alma membuat dokter Rita tersentuh, sedangkan pacar saja ia tidak punya. Bagaimana ia harus memilih.