Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 2 - Kesedihan kian mendalam

Chapter 2 - Kesedihan kian mendalam

"Sudah lebih baik Tuan!! Sekali lagi terimakasih banyak atas bantuannya Tuan.

"Sama-sama!!" Ucap pria itu sambil tersenyum manis.

Tiba-tiba terdengar suara handphonenya, ia mengambilnya dan melihat panggilan masuk, sepertinya itu dari pacarnya.

Pria itu sama sekali tidak menjawabnya, ia justru mengabaikan panggilan tersebut. Melihat hal itu membuat Alma bertanya-tanya, bukankah itu panggilan sangat penting.

"Kenapa Tuan tidak menjawabnya?" Tanya Alma dengan lembut.

"Tidak penting!!" Jawab pria itu dengan Santai.

"Oh begitu!!"

"Selanjutnya anda mau kemana? Biar saya antar"

Mendengar pertanyaan pria itu membuat Alma terdiam membisu seribu bahasa. Tatapannya seperti kosong, ia teringat akan suaminya yang tidak ada kabar sampai sekarang. Ia melihat handphonenya kembali, dengan harapan yang sama.

"Kenapa Arfha tidak menelepon saya? Apakah dia sibuk? Setahu saya Arfha selalu meluangkan waktunya untuk saya, dia tidak pernah membiarkan saya berada dalam kesulitan. Apa sebenarnya yang terjadi?" Batin Alma.

Ternyata pria itu memperhatikan Alma, ya tahu kalau Alma menunggu panggilan dari seseorang, namun pria itu tidak mau bertanya.

Beberapa menit kemudian Alma msih terdiam seperti orang kebingungan. Pria itu heran melihat Alma bengong, ia melambaikan tangannya tepat didepan wajah Alma "Hei Nona ... apa yang sedang terjadi? Kenapa anda terdiam?" Tanya Pria itu penasaran.

Seketika Alma tersadar "Maaf Tuan!!"

"Tidak apa-apa ... Oh ya dimana suami anda? Kenapa anda sendirian, apakah dia sedang sibuk? Karena setahu saya, seorang suami tidak akan membiarkan istrinya bepergian sendirian apalagi dalam keadaan hamil seperti ini" Tanya Pria itu.

"Maaf Tuan saya tidak bisa menjawab pertanyaan Anda. Bisakah anda tidak usah mempertanyakan hal itu?"

"Baiklah kalau begitu!! Maaf jika pertanyaan saya membuat Anda tersinggung Nona"

"Apakah anda bisa mengantar saya ke rumah kedua orang tua saya?"

"Bisa!! Bukankah dari tadi saya menawarkan diri, tapi anda saja yang tidak pernah menanggapi kata-kata saya"

"Oh ya saya hampir lupa, saya tinggal tepat didepan kantorĀ  PT. Nusantara pusat kota" Jawab Alma.

"Baiklah Nona" Pria itu kembali menghidupkan mobilnya, ia melanjutkan perjalanannya.

Rumah Alma.

Sedangkan kedua orang tua Alma sedang duduk di ruang tamu. Ayah dan ibu Alma ternyata merindukan sosok Alma, ia sudah sangat lama tidak pernah berkomunikasi sama putrinya apalagi bertemu tidak pernah sama sekali. Perasaan Ny Yulia tidak enak, sedari tadi ia mengelus dadanya.

"Ibu kenapa?" Tanya Tuan Mario.

"Perasaan saya tiba-tiba tidak enak, apakah terjadi sesuatu sama Alma?" Jawab Ny Yulia.

"Sebaiknya ibu jangan berpikiran yang tidak-tidak. Mungkin ibu terlalu kangen sama Alma, sehingga membuat pikiran ibu menjadi kacau"

Ny Yulia menghelai napas panjang "Ibu memang kangen sama Alma ayah. Ibu kangen banget sama Alma, entah kenapa wajah Alma terus saja terbayang. Seolah-olah Alma ada didepan ibu"

"Ibu yang sabar, semoga saja Alma baik-baik saja bersama suaminya"

"Ini semua karena laki-laki itu. Padahal ibu sudah melarang Alma untuk tidak menikah sama Arfha, tetapi dia tetap ngotot dan tidak mau mendengarkan ibu. Buktinya sekarang dia lupa sama kita ayah" Ucap Ny Yulia dengan penuh kekecewaan.

"Sudahlah ibu!! Tidak baik membahas masa lalu. Yang lalu biarlah berlalu, mungkin ini semua sudah kehendak yang di atas. Kita sebagai orang tua tidak bisa menyalahkan Alma, karena ini memang sudah jodohnya" Tuan Mario selalu saja menasehati istrinya.

Tuan Mario benar-benar laki-laki yang sangat bijaksana, ia tidak pernah menyalahkan keadaan. Karena itu percuma, jika dipikirkan akan membuat dirinya semakin sakit.

Tetapi sebagai seorang suami, melihat istrinya yang sedih membuat Tuan Mario tidak tega, ia mendekat Ny Yulia sambil menyeka air mata istrinya. Tuan Mario berusaha untuk menenangkan Ny Yulia malam ini.

Sebenarnya Tuan Mario juga sangat kecewa sama Alma, karena ia lebih rela memilih Arfha daripada kedua orangtuanya sendiri. Tapi Tuan Mario berusaha untuk kuat dan ikhlas. Ia tidak pernah menampakkan rasa sedih didepan istrinya sendiri.

"Sudahlah ibu, sebaiknya ibu istirahat"

"Ibu belum mengantuk ayah"

"Apakah ibu mau ayah buatkan teh hangat?"

"Tidak usah ayah, ibu lagi tidak mau minum teh"

Tuan Mario menghelai napas panjang, kedua bola matanya menatap ke arah jam dinding yang terus saja berputar. Ia juga merasa cuaca malam ini sangat dingin karena hujan yang tadi.

Setiap kali ada kilat dan petir, Ny Yulia teringat sama Alma. Ia tahu kalau putrinya Sejak kecil sangat ketakutan sama suara petir.

"Sepertinya hujan sudah berhenti" Ucap tuan Mario.

Ny Yulia meminta sumainya untuk Istirahat terlebih dahulu, tetapi Tuan Mario tidak mau.

"Ibu merasa kalau Alma ada di sini ayah!" ucap Ny Yulia, ia seperti berhalusinasi.

"Ibu yang sabar, semoga ada keajaiban dan semoga saja apa yang ibu rasakan benar-benar terjadi"

"Ya ayah, ibu sangat berharap sekali kalau Alma tiba-tiba datang ke rumah menemui kita. Ibu rindu ayah, ibu sangat merindukan Alma" Semakin teringat sama putrinya, membuat Ny Yulia semakin merasa sedih. Ia kembali menangis tersedu-sedu di pelukan suaminya.

Kerinduan seorang ibu kepada anak sangat menyiksa batin. Alangkah lebih baik baiknya jika seorang anak mengalah demi kebahagiaan kedua orang tua mereka. Tidak boleh terlalu bersikap egois hanya untuk membuat hati senang.

Seorang ibu dan ayah tidak akan menuntut lebih, mereka hanya ingin melihat anak-anaknya bahagia. Ia tidak akan tega melihat anak-anaknya menderita, ia rela mengorbankan semua macam cara untuk mewujudkan keinginan anaknya. Ia tidak pernah kenal lelah siang dan malam untuk bekerja demi anak.

Tapi sayangnya, setelah anak mereka besar, jarang sekali ada yang bisa berbuat baik kepada kedua orang tua mereka. Kebanyakan seorang anak egois dan angkuh, selalu merasa dirinya paling baik dan paling benar dalam melakukan segala hal.

Sudah berapa liter keringat yang mereka keluarkan demi mencari sesuap nasi. Mereka tidak pernah berkata lelah. Yang ada didalam pikiran mereka hanyalah kebahagiaan anak dan anak.

Dada Ny Yulia merasa sesak, rasanya sulit sekali untuk bernapas. Sedangkan kedua bola matanya membengkak, hidungnya kemerahan akibat terlalu lama menangis.

"Maafkan ibu ayah" Ucap Ny Yulia dengan suara serak basah.

Tuan Mario tersenyum manis sambil mengelus rambut istrinya. Ia juga mencium kepala istrinya dengan penuh cinta.

"Ibu tidak ada salah. Sebaik-baik kita istirahat didalam saja ibu. Jangan sampai ibu sakit gara-gara bergadang"

"Bisakah kita menunggu lima menit lagi ayah. Karena perasaan ibu mengatakan kalau Alma akan segera sampai rumah"

Karena tidak mau membuat istrinya kecewa dan bersedih lagi, Tuan Mario mengikutinya "Ya ibu!!"

Ny Yulia berusaha untuk tersenyum bahagia sambil menatap wajah suaminya. Suami yang selalu ada untuk dirinya dalam keadaan apapun. Kesetiaan Tuan Mario sungguh luar biasa.