"Saya tidak yakin!!" Yati langsung masuk tanpa permisi ke dapur. Ia mencari makanan. Yati ini memang tidak mempunyai Sopan santun.
"He... mau kemana kamu?" Teriak Ny Yulia.
Namun Yati sudah masuk ke dapur, ia membungkus beberapa makanan untuk di bawa pulang. Ia juga membungkus nasi.
"Lumayan untuk hari ini, untung lauknya masih banyak. Jadi aku tidak susah-susah masak sampai nanti sore" Gumamnya dengan senang hati.
Ekspresi Ny Yulia sangat menyeramkan, wajahnya memerah. Kebetulan Tuan Mario keluar sebentar tadi, ketika dia kembali ke rumah ia melihat istrinya menahan amarah.
"Ibu kenapa?" Tanya Tuan Mario.
"Sebaiknya ayah Tegur Yati. Karena saya benar-benar kesal sama sikapnya. Dia tidak pernah menghargai saya sebagai kakak iparnya"
"Yati? Apakah dia datang lagi?"
"Lihat saja!!" Ny Yulia kemudian pergi ke kamar.
Sedangkan Yati keluar sambil membawa makanan dari dapur. Ia senyum-senyum sendiri, karena merasa dirinya selamat.
Tepat di luar rumah, ia melihat Tuan Mario kakak kandungnya. Yati langsung salah tingkah, ekspresinya menjadi rumit.
Tatapan Tuan Mario sangat menakutkan, karena ia terlihat tegas dan berwibawa. Sedangkan Yati langsung menundukkan wajahnya, ia juga menyembunyikan kantong plastik yang ada ditangannya tepat di belakang tubuhnya.
"Apa yang kamu bawa itu?" Tanya Tuan Mario.
"Eummm ... Oh ya kakak darimana?" Tanya Yati, ia langsung mengalihkan pembicaraannya.
"Kamu belum menjawab pertanyaan saya"
"Eummm ... Saya Minta ini" Jawab Yati sambil memeperlihatakan makanan yang ada ditangannya.
Tuan Mario menghelai napas panjang, ia tidak akan tega marah sama adiknya sendiri "Sebaiknya kamu pulang, lain kali jangan pernah bersikap seperti itu lagi" Pesan Tuan Mario.
"Baik!! Kalau begitu saya pamit pulang dulu. Oh ya jangan lupa sampaikan salam permintaan maaf saya sama Yulia"
"Baiklah nanti saya sampaikan" Yati kemudian meninggalkan rumah Tuan Mario dan Ny Yulia.
Angin berhembus dengan kencang bertiup ke arah timur. Menerbangkan dedaunan yang kering kerontang. Seperti ada makna di balik semua ini, alam selalu terlihat damai dengan keadaan. Cuaca semakin tidak menentu, membuat semua orang merasa gerah.
Hari demi hari berlalu, waktu demi waktu terus berjalan, karena waktu tidak bisa dihentikan meskipun hanya sekejap. Tepat sudah dua bulan Alma berada di rumahnya sendiri, ia bahkan sampai saat ini belum mendapatkan kabar dari Arfha.
Beberapa kali Alma mencoba untuk menghubungi semua kontak Arfha, tetap saja tidak aktif. Padahal Arfha sudah berjanji untuk datang menjemput Alma, tetapi semua itu hanya omong kosong belaka.
Ternyata berita tentang kepulangan Alma tersebar luas, membuat semua orang gempar. Pikiran orang-orang terlalu negatif membuat mereka berani menghina Alma habis-habisan, semua tetangga Alma berkata buruk. Apalagi ia mengetahui tentang kehamilan Alma, mereka semakin memandang Alma dengan rendah, seolah-olah Alma itu perempuan tidak baik.
Mengetahui hal itu membuat Alma malu keluar rumah, ia terus mengurung diri bersama kesedihan hatinya. Saat ini Alma hanya bisa pasrah sama keadaan, ia harus kuat melewati ujian hidupnya.
Malam hari.
Alma duduk termenung di depan jendela. Menatap langit-langit yang di hiasi oleh sang bintang, begitu juga oleh sang rembulan. Meskipun ia hanya sendirian, namun ia terlihat istimewa dengan cahaya yang ia miliki. Meskipun sendiri, ia tetap kuat dan tetap percaya diri.
Alma tersenyum pahit, selama ini ia tidak pernah menuntut apa-apa dari suaminya sendiri. Alma hanya bisa merenung, memendam kesedihan yang amat mendalam, hatinya hancur dan terluka.
Tanpa di sadari Ny Yulia masuk ke kamar Alma. Melihat Alma duduk sambil mengelus perutnya. Ny Yulia tidak bisa menahan air matanya, sebagai seorang ibu ia tahu apa yang sedang di rasakan oleh Alma.
"Sayang kenapa kamu belum Tidur?" Tanya Ny Yulia.
"Ibu!!" Sapa Alma sambil meraih tangan Ny Yulia "Saya belum mengantuk, cuaca malam ini sangat berbeda ya" Jawab Alma.
"Tidurlah sayang, besok kamu harus bangun pagi-pagi. Katanya mau pergi jalan-jalan bersama ibu"
Alma tersenyum manis "Sebentar lagi ibu"
Ny Yulia terus memperhatikan putrinya, ia tahu kalau putrinya sedang rapuh, Ia tahu kalau Putrinya butuh sandaran di saat seperti ini "Ibu tahu kamu itu sedang banyak pikiran Alma. Semoga kamu kuat menerima kenyataan hidup ini" Batin Ny Yulia.
"Ibu kenapa belum tidur?"
"Ibu baru selesai melipat baju dan kebetulan ibu melihat pintu kamar kamu terbuka makannya ibu masuk"
"Ya ampun saya sampai lupa menutup pintu"
"Sudahlah, nanti ibu yang tutup pintunya"
"Terimakasih ibu!!"
Setelah Ny Yulia keluar, Alma kembali ke tempat tidurnya. Ia menarik selimutnya dengan pelan, menutupi bagian ujung kakinya.
Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Alma merindukan sosok Arfha. Alma tidak bisa membohongi dirinya sendiri, namun Alma yakin kalau Arfha pasti akan datang menemui dirinya. Ia yakin sekali tentang hal itu.
"Aku tidak pernah tahu, kalau takdir akan membawa diriku menikmati kesedihan seperti ini. Aku tidak pernah tahu, kalau takdir akan memberikan aku pengalaman hidup yang berat. Sungguh aku merasa terbebani, rasanya aku tidak kuat. Apa sebenarnya yang terjadi sama Arfha? Kenapa sampai sekarang Arfha tidak ada kabar? Sebagai seorang istri, aku merasa ragu sama Arfha, dia tidak seperti dulu lagi" Batin Alma.
Bulir-bulir air mata Alma kembali berjatuhan, seperti curah hujan yang lebat. Alma menangis sejadi-jadinya, hanya ini yang bisa ia lakukan untuk membuat hatinya kembali tenang.
Sedangkan Ny Yulia dan Tuan Mario juga bingung sama Alma "Ayah apakah merasakan sesuatu?" Tanya Ny Yulia.
"Maksud ibu?"
"Tentang Alma?"
"Apakah terjadi sesuatu sama Alma?"
"Ibu merasa Alma dan Arfha ada Masalah besar. Buktinya sudah dua bulan Alma di rumah, tetapi Arfha sama sekali tidak datang menemui Alma. Padahal Alma sebentar lagi akan melahirkan, mungkin tinggal menghitung hari"
"Pikiran ayah juga sama, apakah ibu sudah mencoba untuk menghubungi Arfha?"
Ny Yulia menggelengkan kepalanya "Belum ayah!! Namun beberapa hari yang lalu, ibu tidak sengaja melihat Alma mencoba untuk menelpon Arfha. Tetapi nomor Arfha tidak aktif, berulang kali Alma menghubungi tetap saja tidak bisa"
Tuan Mario menghelai napas panjangnya, sekitar ia semakin terpukul mendengar berita dari NU Yulia.
"Apakah Alma pernah menceritakan sesuatu sama ibu?"
"Tidak pernah ayah"
"Ayah juga bingung, kasihan sekali Alma. Ayah sebenarnya tidak tega melihat Alma terus-terusan larut dalam kesedihan"
"Ibu juga Ayah, tapi mau bagaimana lagi. Sebagai orang tua, kita tidak akan tega melihat anak kita di sakiti"
"Sebaiknya ibu coba tanya baik-baik sama Alma apa sebenarnya yang terjadi. Jangan biarkan Alma memendam masalahnya sendirian, jangan sampai Alma stress"
"Ibu akan mencari waktu yang tepat untuk berbicara sama Alma. Kalau malam ini tidak mungkin ayah"
Tuan Mario menganggukkan kepalanya, ia hanya bisa mengikuti apa kata istrinya.