Alma berusaha untuk mengubur semuanya dalam-dalam. Ia berjanji sama dirinya sendiri untuk tidak pernah ingat lagi sama Arfha. Ia tidak akan pernah mengungkit nama Arfha lagi. Alma tidak akan pernah menceritakan tentang Arfha kepada putrinya sampai kapanpun. Seorang ibu akan melakukan yang terbaik untuk putrinya.
Dokter Rita duduk di samping Alma, ia berusaha memberikan energi positif untuk Alma "kamu hebat Al, aku bangga sekali sama kamu" Puji dokter Rita.
"Terimakasih dokter"
"Kamu ini tidak pernah berubah ya, sudah saya bilang jangan panggil saya dengan sebutan seperti itu"
"Kamu tahu sendiri, bagaimana mungkin aku memanggil kamu dengan nama Rita. Bagaimana dengan gelar kamu?"
"Ya sudah terserah kamu saja, yang penting hati kamu senang" Dokter Rita menghelai napas panjang, ia menatap wajah sahabatnya itu "Aku tidak pernah membayangkan kalau kamu akan menjadi seorang ibu. Padahal dulu kamu paling takut melihat orang hamil. Saya ingat betul ekspresi kamu"
Alma tersenyum tipis, seolah-olah ia mendapat hiburan dari dokter Rita tentang masa lalunya "Kita tidak pernah tahu bagaimana kehidupan kita ke depannya. Saya juga tidak pernah menyangka jika kamu menjadi dokter. Padahal dulu kamu paling benci melihat orang menggunakan seragam putih" Lanjut Alma, ia membalas perkataan dokter Rita.
"Ya kamu benar banget, siapa sangka seorang Rita yang dulunya tomboi dan super kucek bisa berubah menjadi lebih baik seperti ini"
"Hemmm ... Mulai lagi mengaguminya diri sendiri. Ingat itu tidak baik, jangan sampai kamu lupa akan daratan"
Dokter Rita mengelus dadanya "Astaga aku hampir lupa. Terimakasih ya Alma, karena kamu sudah mengingatkan saya"
"Sama-sama"
"Oh ya nanti kita lanjutkan lagi ngobrolnya. Kebetulan aku mau memeriksa pasien yang lain"
"Semangat ibu dokter"
Dokter Rita kemudian pergi keluar, tanpa sengaja ia bertemu sama Ny Yulia dan Tuan Mario yang masih berdiri di posisi semula "Dokter apakah saya bisa masuk ke dalam?" Tanya Ny Yulia.
"Bisa ibu, silahkan masuk saja. Kebetulan Alma sudah bisa di jenguk, Alma dan bayinya baik-baik saja, Ini semua berkat doa ibu dan bapak"
"Sykurlah dokter. Saya senang sekali mendengarnya. Sekali lagi terimakasih banyak karena dokter Rita sudah mau menangani Alma"
"Ibu tidak perlu berterimakasih seperti itu, karena ini sudah menjadi kewajiban saya. Ibu tahu sendiri bagaimana dekatnya saya dan Alma dulu. Saya juga sangat bersyukur sekali bisa menangani Alma secara langsung"
Tiba-tiba seorang perawat datang menghampiri dokter Rita. Perawat itu terlihat sangat panik "Permisi dokter, ibu yang bernama Amalia mengalami pendarahan dahsyat" Ucap perawat itu dengan tegang.
"Saya akan segera kesana" sambung dokter Rita "Ibu saya mau melihat pasien dulu, maaf jika saya tidak dapat menemani ibu"
"Tidak apa-apa dokter, pergilah semoga pasien dokter bisa di selamatkan"
"Terimakasih atas doanya ibu"
Dokter Rita dan perawat itu berlari keruangan. Sedangkan Ny Yulia dan Tuan Mario masuk ke ruangan Alma.
"Tek!!" Suara pintu terbuka. Ny Yulia melihat Alma bercanda sama cucunya. Ia tersenyum bahagia, rasa haru yang luar biasa.
Mendengar suar pintu terbuka, membuat Alma tahu kalau itu adalah ibu dan ayahnya, karena tidak ada yang lainĀ selain mereka berdua. Ia menyapa dengan lembut "Ibu dan ayah kenapa beridiri di sana?" Tanya Alma.
Ny Yulia hanya bisa menjawab dengan senyuman bahagia, ia menarik tangan Tuan Mario untuk menghampiri Alma "Ibu mau melihat cucu kesayangan ibu"
Ny Yulia kemudian menggendong cucunya "Ya ampun sayang, kamu lucu sekali. Nenek jadi gemes lihat Kamu" Ucap Ny Yulia dengan penuh haru.
Sedangkan Tuan Mario mendekati Alma "Selamat Alma, kamu sudah menjadi ibu sekarang" Bisik tuan Mario.
"Terimakasih ayah" Jawab Alma dengan mata yang berkaca-kaca.
"Oh ya apakah kamu sudah menyiapkan nama untuk cucu ibu?" Tanya Ny Yulia.
"Belum ibu!! Tapi saya mau ayah yang membuatkan nama"
"Kenapa harus ayah?"
"Karena Alma ingin ayah"
"Sebaiknya kamu saja yang memberikan anak kamu nama. Karena ayah tahu kalau kamu sudah menyiapkan nama yang baik untuk cucu ayah" Ucap Tuan Mario.
"Kenapa ayah tidak mau?"
"Karena kamu adalah ibunya, kamu yang lebih berhak"
"Ayah kamu benar Alma. Sebaiknya kamu saja yang memberikan nama"
"Baiklah jika ibu dan ayah meminta seperti itu"
Teringat lagi tentang Arfha, kalau ia sudah menyiapkan nama untuk buah hatinya. Kalau laki-laki Alma yang akan memberikan nama, tapi kalau perempuan Arfha yang akan memberikan nama.
Alma sudah berjanji untuk memakai nama yang sudah di siapkan oleh Arfha, sebagai Seorang ibu yang baik hati Alma menggunakan nama itu. Ia tidak mau seperti Arfha yang ingkar janji, ia tidak mau menjadi wanita munafik. Karena janji harus di tepati.
"Semoga ibu dan ayah setuju dengan nama yang akan saya berikan" Ucap Alma.
"Ibu dan ayah pasti setuju"
"Mulai hari ini aku akan memberikan nama untuk putri pertamaku 'Aletta' yang artinya kebenaran yang bersayap kecil"
"Nama yang sangat indah, ibu dan ayah setuju sayang"
"Eummm ... Aletta!! Semoga dia menjadi anak yang kuat"
"Ya sayang, ibu yakin Aletta sama seperti ibunya" Ny Yulia memeluk Alma bersama Aletta. Benar-benar mengandung bawang, Ny Yulia tidak pernah berhenti menitihkan air matanya.
Hari demi hari berlalu, sudah saatnya Alma pulang kerumah. Karena ia sudah lama di rawat di rumah sakit. Pada saat mereka sampai didepan rumah, Ny Yulia melihat ada Yati dan putrinya yang bernama Rania sedang duduk di teras rumah. Kebetulan Rania usianya sama dengan Alma, namun Rania belum menikah.
Ny Yulia melihat Yati dengan muka masam. Ny Yulia keluar dari dalam mobil sambil menggendong Aletta. Sedangkan Tuan Mario membantu Alma untuk keluar "Hati-hati Alma" Pesan Tuan Mario.
"Baik ayah" Jawab Alma.
Yati dan Rania langsung tersenyum ramah "Ya ampun kakak Alma ternyata sudah melahirkan, selamat ya" Ucap Rania.
"Terimakasih Rania"
"Alma sebaiknya kamu istirahat dulu didalam" Suruh Ny Yulia.
"Baik ibu"
"Rania Tolong bantu Alma masuk" Ucap Tuan Mario.
"Baik" Rania kemudian membantu Alma ke dalam.
"Kenapa kakak ipar tidak memberitahu saya kalau Alma melahirkan?" Tanya Yati.
"Itu tidak penting" Jawab Ny Yulia.
"Kakak ipar ini memang keras kepala, padahal niat saya baik ingin menjaga Alma di saat berada di rumah sakit"
"Tapi sekarang Alma sudah kembali dan dia sudah lebih baik. Kamu tidak perlu repot-repot untuk mencari muka"
Yati menjepit kedua alisnya "Aish ... Awas saja nanti, aku akan membuat Kakak ipar menyesal" Batinnya.
"Kenapa kamu diam? Tanya Ny Yulia dengan wajah jutek "Apakah kamu mau terus-terusan beridiri diluar Seperti pohon kelapa" Lanjutnya.
"Tunggu kakak ipar aku ikut masuk" Sambung Yati.
Ruang tamu.
Ny Yulia meminta Yati dan Rania duduk di ruang tamu, sedangkan ia menidurkan Aletta dikamar Alma. Untung saja Ny Yulia sudah menyiapkan keranjang bayi, ternyata Ny Yulia masih menyimpan bekas Alma.