Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 7 - Seperti mimpi

Chapter 7 - Seperti mimpi

"Ibu juga Ayah, tapi mau bagaimana lagi. Sebagai orang tua, kita tidak akan tega melihat anak kita di sakiti"

"Sebaiknya ibu coba tanya baik-baik sama Alma, apa sebenarnya yang terjadi? Jangan biarkan Alma memendam masalahnya sendirian, jangan sampai Alma stress"

"Ibu akan mencari waktu yang tepat untuk berbicara sama Alma. Kalau malam ini tidak mungkin ayah"

Tuan Mario menganggukkan kepalanya, ia hanya bisa mengikuti apa kata istrinya. Karena juga sudah larut malam, tuan Mario mengajak istrinya untuk istirahat.

Satu Minggu telah berlalu.

Sekitar jam 09.00 pagi, Alma sedang jalan-jalan di halaman rumahnya. Ia juga merapikan bunga-bunga yang terlihat jelek. Beberapa tetangga Alma lewat didepan rumah, mereka melihat dengan tatapan jijik.

"Coba lihat Alma itu, Kasihan sekali nasib hidupnya. Dia hamil besar dan suaminya tidak ada. Mungkin ini hukum karma karena dia dulu menikah tanpa restu kedua orangtuanya" Ucap tetangga Alma, suaranya terdengar sangat jelas sekali. Mereka sengaja berbicara dengan keras agar Alma mendengarnya.

"Ya sangat di sayangkan sekali, coba dulu dia jadi menikah sama Rival mungkin hidupnya tidak akan menderita seperti ini. Sekarang rival sudah bahagia bersama istrinya" Sambung tetangga Alma.

Alma melirik sambil mengelus perutnya, ia berusaha tersenyum meskipun kenyataannya pahit.

Sedangkan ekspresi dua tetangga Alma itu sangat tidak nyaman untuk di lihat "Coba kamu perhatikan, dia berpura-pura untuk tersenyum. Padahal hatinya hancur seperti pecahan kaca"

"Hahaha ... Ya benar banget!! Sebaiknya kita pergi saja dari sini. Saya takut jika ketularan sial seperti dia"

"Ayok jeng, saya juga tidak mau kena imbasnya"

Kedua tetangga yang mulutnya sangat pedas seperti cabe rawit itu akhirnya pergi dari depan gerbang Alma. Sedangkan Alma hanya bisa menggelengkan kepalanya, kalau mereka tidak tahu kejadian yang sebenarnya tidak usah mereka asal bicara.

Tiba-tiba Alma meringik kesakitan, air ketubannya pecah. Karena ini baru pertama kalinya ia mengalami kontraksi dahsyat, Alma jadi gugup. Wajahnya terlihat pucat.

"Aduh sakit sekali!!" Gumam Alma.

Ia berusaha untuk bersandar, namun tenaganya tidak sampai ke sana "Aduh sakit sekali ... Ibu tolong Alma, perut Alma rasanya keram" Teriak Alma dengan keras.

Alma semakin tidak kuat, ia menggigit bibirnya dengan kuat. Untung saja Ny Yulia keluar dan melihat Alma merangkak seperti bayi.

Ny Yulia terkejut, ia langsung membuang ember plastik yang ada ditangannya "Alma" Teriak Ny Yulia.

Ia langsung berlari dan merangkul Alma "Ayah tolong keluar" Teriak Ny Yulia "Ayah Alma mengalami kontraksi, cepat ayah keluar" Ny Yulia memanggil tuan Mario.

Tuan Mario juga kaget melihat Alma, dengan segera tuan Mario mencari bantuan "Ibu tenang dulu, ayah akan segera kembali. Sebaiknya kita bawa Alma pergi ke rumah sakit" Ucap Tuan Mario dengan panik.

Mereka berdua terlihat gugup sekali "Cepat ayah, kasihan Alma"

Beberapa menit kemudian Tuan Mario mendapat pinjaman mobil "Sebaiknya ibu pelan-pelan" Mereka berdua merangkul Alma untuk masuk ke dalam mobil. Tanpa menunggu waktu lama mereka telah sampai di rumah sakit pusat kota.

Rumah sakit pusat kota.

Alma langsung di berikan perawatan terbaik "Sebaiknya ibu dan bapak tunggu di luar. Semoga pasien dan bayi yang ada didalam kandungannya selamat" Ucap dokter Rita.

"Saya mohon dokter, tolong selamatkan Putri dan cucu saya" Ucap Ny Yulia dengan penuh hati, ia memegang kedua tangan dokter Rita dengan erat.

Dokter Rita tersenyum sambil memberikan kekuatan kepada Ny Yulia "Saya akan berusaha ibu. Jangan lupa berdoa"

Ny Yulia kemudian melepaskan tangannya, ia memeluk suaminya sambil menangis "Alma ayah"

"Ibu yang tenang!" Ucap Tuan Mario sambil membalas pelukan istrinya.

"Seharusnya Arfha ada disamping Alma dalam keadaan seperti ini"

"Ibu sudahlah!! Jangan membahas orang yang tidak ada"

"Tapi ayah..."

"Ssstttt ... Jangan membuat masalah semakin rumit"

Ny Yulia terdiam, ia tidak membahas nama Arfha lagi. Sedangkan Alma masih didalam ruangan. Ia di berikan suntikan vitamin agar Alma kuat.

Alma terbaring lemah tidak berdaya, ia menatap langit-langit, tetapi pandangan Alma terlihat kosong. Air matanya mengalir dari celah-celah ujung matanya. Dokter Rita menyaksikan hal itu, namun ia tidak melarang Alma untuk menangis. Dokter Rita justru kasihan sama Alma.

Kebetulan dokter Rita ini adalah sahabat Alma sejak kecil, mereka sering berdiskusi kecil-kecilan tentang masalah pernikahan dulu. Mendengar tentang kabar Alma dalam keadaan seperti ini, membuat dokter Rita prihatin. Bahkan ia tidak menyangka jika Arfha tega menyakiti Alma.

"Alma kamu harus kuat" Bisik dokter Rita.

Alma tetap diam, ia tidak menanggapi apa-apa. Dokter Rita sudah menyiapkan beberapa alat, ia meminta Alma untuk siap-siap.

Di saat melahirkan, alma merasa kalau nyawanya di ujung tanduk. Sakitnya luar biasa, Alma berusaha mengeluarkan tenaganya sekuat mungkin. Semakin ia teriak bayangan Arfha semakin jelas.

Alma seperti bermimpi melahirkan tanpa Arfha. Ia bahkan tidak percaya, kalau ini nyata. Ia kembali teringat akan janji manis Arfha, ia terngiang-ngiang sama perkataan Arfha selama ini.

Dan akhirnya Alma mampu melahirkan sendirian, ia sudah membuktikan kepada seluruh dunia kalau dirinya ini wanita yang kuat.

Terdengar suara tangis bayi Alma, suaranya sangat khas sekali. Ny Yulia dan Tuan Mario bersujud syukur, karena cucu dan putrinya selamat. Ia benar-benar bahagia sekali, rasa sedih bercampur senang membuat kedua orang tua Alma bangga sama Alma.

Setelah bayinya bersih, Alma di minta untuk mendekap buah hatinya "Alma coba kamu lihat, dia sangat cantik sekali. Wajahnya sama seperti kamu" Ucap dokter Rita.

Alma tersenyum sambil menitihkan air mata, ia mendekap putrinya. Ia memberikan pelukan hangat, sekarang Alma baru menyadari kalau cinta itu tidak selamanya ada. Sekarang Alma menyadari, tidak baik terlalu percaya sama seseorang meskipun itu suaminya sendiri.

"Sekarang aku baru mengerti semuanya. Kamu memang hebat Arfha, kamu sungguh luar biasa. Kamu sudah membuktikan siapa diri kamu yang sebenarnya. Pecundang selamanya akan tetap menjadi pecundang. Rasa sakit ini tidak akan pernah bisa di obati, luka yang kamu buat terlalu dalam, kecewa yang kamu tanamkan sungguh amat menyakitkan. Aku tidak akan pernah bertanya lagi tentang kamu Arfha. Mulai hari ini aku sudah menganggap kamu mati" Batin Alma sambil mengelus punggung putri kecilnya.

Alma berusaha untuk mengubur semuanya dalam-dalam. Ia berjanji sama dirinya sendiri untuk tidak pernah ingat lagi sama Arfha. Ia tidak akan pernah mengungkit nama Arfha lagi. Alma tidak akan pernah menceritakan tentang Arfha kepada putrinya sampai kapanpun. Seorang ibu akan melakukan yang terbaik untuk putrinya.

Dokter Rita duduk di samping Alma, ia berusaha memberikan energi positif untuk Alma "kamu hebat Al, aku bangga sekali sama kamu" Puji dokter Rita.

"Terimakasih dokter"

"Kamu ini tidak pernah berubah ya, sudah saya bilang jangan panggil saya dengan sebutan seperti itu"