"Terimakasih ibu!!" Alma kemudian mengambil teh hangat yang ada didepannya, ia kemudian meminumnya dengan pelan. Kedua bola mata Alma melirik ke arah ayah dan ibunya, terlihat kalau ibu dan ayahnya sangat terharu melihat kedatangan dirinya yang secara tiba-tiba.
Setelah itu Alma meletakkan gelas berwarna ungu muda ke wadahnya.
Setelah melihat putrinya duduk dengan tenang, Ny Yulia tersenyum sambil mengelus-elus rambut panjang Alma "Ibu boleh bertanya sesuatu sama kamu Alma?" Tanya Ny Yulia dengan lembut.
"Silahkan ibu!!"
"Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kamu pulang sendirian? Dimana suami kamu? Kenapa dia tidak ikut bersama kamu?" Alma di serang seribu macam pertanyaan yang membuat dirinya bingung mau menjawab yang mana terlebih dahulu.
Alma terdiam sejenak, memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ny Yulia. Sebagai seorang istri, Alma harus pandai menyembunyikan baik dan buruknya sifat suaminya.
"Alma kenapa kamu diam sayang? Ibu dan ayah hanya ingin tahu bagaimana kabar keluarga kecil kamu. Karena sudah lama sekali kamu menghilang" Ucap Ny Yulia sambil mengelus punggung tangan Putrinya.
Ia juga melihat perut Alma yang sebentar lagi akan melahirkan buah hatinya. Pirasat Ny Yulia tidak enak, ia merasa kalau Alma ada masalah sama Arfha.
Alma berusaha untuk tersenyum, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Karena memang tidak ada masalah antara dirinya dan suaminya. Hanya saja yang menjadi tanda tanya, Arfha secara mendadak meminta Alma pulang ke rumah orangtuanya.
"Maaf ibu karena saya sudah membuat Kalian berdua khawatir. Alma memang salah waktu itu. Alma berharap ibu dan ayah mau memaafkan semua kesalahan Alma baik di sengaja maupun tidak sengaja. Lebih-lebih Alma sudah durhaka sama ayah dan ibu"
"Tidak sayang!! Sesungguhnya ibu dan ayah sudah memaafkan kamu dari jauh-jauh hari. Jadi kamu jangan pernah mengatakan kalau kamu itu anak yang durhaka. Kamu itu anak yang sangat baik"
Alma memegang erat tangan Ny Yulia "Benarkah ibu dan ayah sudah memaafkan Alma?"
"Ya sayang!!"
"Alma bersyukur sekali mempunyai orang tua sebaik ayah dan ibu. Alma sangat menyesal telah mengecewakan ayah dan ibu"
"Sudahlah sayang!! Sebaiknya sekarang kamu fokus ke masa depan kamu. Ingat satu hal, tidak ada seorang ibu yang akan membenci anaknya. Nanti juga kamu pasti akan merasakan bagaimana rasanya menjadi orang tua"
"Ya ibu Alma mengerti"
"Apakah kamu ada masalah sama suami kamu?" Tanya Ny Yulia kembali.
"Tidak ibu!! Saya dan Arfha baik-baik saja, kita berdua tidak pernah bertengkar. Hanya saja Arfha lagi ada kesibukan di sana, makanya saya memutuskan untuk pulang dulu ke rumah. Karena saya ingin melahirkan didampingi oleh ibu dan juga Ayah" Jawab Alma.
Mendengar jawaban dari putrinya membuat Ny Yulia merasa lega "Syukurlah sayang, ibu sangat bahagia sekali mendengarnya. Terus kapan Arfha datang menemui kamu?"
"Dua bulan lagi ibu. Maklum akhir-akhir ini Arfha terlalu sibuk mengurus proyeknya. Oh ya ... Alma sampai Lupa menyampaikan salam Arfha untuk ibu dan ayah"
Ny Yulia mengangguk sambil tersenyum, sedangkan Tuan Mario bersikap dingin "Ibu dan ayah menerima salam Arfha. Ya sudah kalau begitu, yang paling penting kamu dan bayi kamu baik-baik saja"
"Ya ibu!!"
"Ayah kenapa diam saja? Lihat Putri kita sudah pulang dan dia sebentar lagi akan melahirkan. Bukankah ayah juga rindu sama Alma? Sebentar lagi ayah akan punya cucu" Bisik Ny Yulia.
"Ya ibu ayah sangat bahagia sekali melihat Alma pulang. Sebaiknya ibu bawa Alma masuk ke dalam, sepertinya dia sangat kecapean"
"Baiklah ayah!! Alma mari ikut ibu ke kamar"
Alma mengangguk, tetapi tatapannya tertuju kepada Tuan Mario "Ayah Alma masuk dulu ya"
"Ya silahkan!!" Jawab Tuan Mario sambil mengulurkan tangannya.
Kamar Alma.
Kerinduan seorang ibu terhadap anaknya, melebihi sepasang kekasih. Tidak ada yang bisa memisahkan kedekatan ibu dan anaknya. Meskipun mereka sudah lama berpisah, namun ikatan batin itu sang Kuat sekali.
Alma dan Ny Yulia sekarang sudah di kamar, ia membersihkan tempat tidur untuk Alma. Melihat kamarnya ternyata sama sekali tidak ada perubahan, Alma terharu sekali melihat keutuhan kamarnya. Ternyata masih tetap rapi dan bersih seperti dulu.
"Ibu kenapa kamar Alma tetap terlihat seperti dulu?" Tanya Alma dengan heran, ia berkeliling memperhatikan semua sudut ruangannya.
"Ibu sengaja tidak mau merubah kamar kamu, karena ibu yakin kalau suatu saat nanti kamu akan kembali dan tidur di kamar ini. Kamu tetap menjadi Alma Putri kecil ibu" Jawab Ny Yulia sambil melipat selimut Alma.
Alma juga melihat selimut yang sama, karena dari dulu Alma suka sekali sama Doraemon, Alma semakin terharu.
"Ibu!!" Alma memeluk Ny Yulia.
"Ya sudah sebaiknya kamu mandu dulu, ibu sudah menyiapkan air hangat"
"Alma sayang sama ibu!!"
"Ibu juga sayang banget sama Alma. Kalau begitu, ibu tinggal dulu ya" Ny Yulia kemudian keluar dari kamar Alma. Ia menemui Tuan Mario yang masih duduk di ruang tamu.
"Kenapa cepat sekali ibu keluar?"
"Sebaiknya kamu mandi dan langsung istirahat. Kasihan bayi kamu di dalam"
"Eummm!!"
Namun Alma masih kepikiran sama Tuan Mario, ia terlihat sangat dingin sekali, tidak seperti biasanya. Alma berpikir kalau ayahnya itu tidak suka melihat keberadaan dirinya dirumah.
"Aku tahu ayah pasti masih marah sama aku. Ini semua memang kesalahan aku sendiri" Gumam Alma. Beberapa kali ia menghelai napas panjang.
Sedangkan Handphone yang ia pegang dari tadi, sama sekali tidak menyala. Mungkinkah Arfha sengaja tidak mau menghubungi Alma. Tapi untuk apa Arfha melakukan semua itu? Padahal mereka sangat Saling mencintai. Mereka berdua sudah melakukan ikatan janji suci. Apalagi sekarang Alma dalam keadaan hamil besar, sangat tidak wajar Arfha bersikap egois seperti ini.
Apa sebenarnya rencana Arfha? atau mungkinkah ini alasan Arfha agar ia berpisah sama Alma. Kalau memang ia Sibuk dengan masalah pekerjaan, pasti akan ada waktu untuk berkomunikasi sama Alma.
Akhirnya Alma sudah selesai mandi, ia meletakkan baju hangat yang diberikan oleh laki-laki asing itu di keranjang cucian. Karena aku tidak sempat untuk mendidik malam ini.
Setelah semuanya bersih, Alma menarik selimutnya. Namun ia tidak bisa tidur, Alma duduk sambil berpikir. Ini baru pertama kalinya Alma tidur tanpa Arfha. Perasaan gelisah dan rasa kahwatir membuat Alma tidak tenang. Alma sebenarnya takut jika terjadi sesuatu sama Arfha.
Apalagi setiap kali ia melihat perutnya, ia teringat akan keharmonisan Arfha. Ia teringat akan janji Arfha, ia teringat akan semua pengorbanan Arfha untuk dirinya.
Demi sang buah hatinya, Alma mencoba untuk menghubungi Arfha duluan. Di saat Alma membuat panggil, seketika jantungnya berdetak kencang, padahal ia menelpon suaminya sendiri.
"Maaf nomor yang anda tuju tidak bisa dihubungi" Hanya terdengar suara operator, seketika Alma menjadi lemah.