Karena tidak mau membuat istrinya kecewa dan bersedih lagi, Tuan Mario mengikutinya "Ya ibu!!"
Ny Yulia berusaha untuk tersenyum bahagia sambil menatap wajah suaminya. Suami yang selalu ada untuk dirinya dalam keadaan apapun. Kesetiaan Tuan Mario sungguh luar biasa.
PT. Nusantara pusat kota.
Tibalah Alma didepan PT Nusantara pusat kota. Pria itu berhenti tepat didepan "Sudah sampai!!" Ucap pria itu.
"Sebaiknya saya turun disini saja"
"Bagaimana kalau saya mengantar anda sampai depan rumah?" Lagi-lagi pria itu menawarkan kebaikan kepada Alma.
"Tidak usah Tuan! Saya tidak mau terlalu merepotkan, karena Tuan sudah begitu banyak membantu saya"
"Tidak masalah. Karena sudah kewajiban kita untuk saling tolong menolong"
"Sekali lagi tidak usah Tuan! Lagi pula rumah saya sudah dekat, hanya berjalan beberapa langkah lagi sampai"
"Ya sudah kalau begitu!! Tunggu biar saya membuka pintu untuk anda" Pria itu keluar terlebih dahulu. Ia membuka pintu mobil untuk Alma, ia juga mengambilkan Alma kopernya.
Melihat kebaikan pria asing yang tidak ia kenal, membuat Alma merasa tidak nyaman. Karena ini sangat berlebihan, ia tidak pernah menemukan laki-laki sebaik ini di kotanya sendiri.
"Oh ya ini sebagai tanda terimakasih saya Tuan" Alma memberikan beberapa lembar uang kepada pria itu. Karena Alma bingung sendiri, bagaimana cara membalas Budi.
Pria itu menolak, ia tidak mau mengambil uang dari tangan Alma "Maaf Nona saya tidak bisa menerima itu semua. Karena saya menolong anda dengan ikhlas"
"Saya juga ikhlas memberikan anda Tuan! Saya mohon terimalah Tuan, jika Tuan tidak mau menerimanya saya akan kepikiran terus nantinya"
Pria itu terus saja tersenyum "Tidak apa-apa nona, sebaiknya anda simpan uang anda untuk kebutuhan yang lain"
Alma menarik kembali tangannya dan tiba-tiba ia teringat dengan Jaket yang ia gunakan "Sebentar Tuan! Saya hampir lupa" Lanjut Alma sambil melepaskan jaket yang melekat di tubuhnya.
"Ini jaketnya saya kembalikan" Ucap Alma sambil memberikannya kepada pria yang tidak ia kenal.
"Sebaiknya anda pakai saja jaketnya, karena anda lebih membutuhkan daripada saya"
"Eummm ... Baiklah nanti saya akan kembalikan setelah jaketnya saya cuci ya"
"Ya sudah kalau begitu"
Alma mengangguk, ia kemudian meminta pria asing itu untuk pergi duluan. Setelah mobil pria itu jauh, baru Alma melangkahkan kakinya.
Pertemuan Alma dan pria asing itu tanpa di sengaja. Yang lebih parahnya mereka berdua belum sempat berkenalan, tetapi Alma mengenali wajah pria asing itu.
"Astaga!! Aku bahkan tidak sempat meminta Kontak telponnya. Bagaimana caranya aku akan mengembalikan baju ini?" Gumam Alma sambil menepuk jidatnya "Nanti aku akan pikiran caranya. Semoga saja aku bisa bertemu sama pria itu" Lanjutnya lagi.
Tanpa di sadari Alma sudah sampai tepat didepan rumahnya. Kakinya terasa berat sekali, tangannya terasa kaku. Seluruh anggota tubuhnya tiba-tiba merasa tercekik. Ia benar-benar malu melangkahkan kakinya ke rumah ibu dan ayahnya.
Wajah Alma berlinang air mata, sudah dua tahun Alma meninggalkan rumah dan ini baru pertama kalinya ia kembali. Tidak ada cara lain selain meminta maaf atas semua yang telah terjadi. Alma tidak mau menyesal nantinya, mungkin ini adalah teguran dari Tuhan untuk dirinya.
Selangkah demi selangkah kaki Alma sampai tepat didepan pintu rumah. Secara perlahan ia mengulurkan tangannya untuk mengetuk pintu. Namun Alma tidak memberanikan diri, ia ragu sama dirinya sendiri.
Alma membalikkan tubuhnya sambil menghelai napas panjang, ia juga menyeka air matanya yang tiada henti mengalir, seperti deras air di sungai panjang. Melihat suasana malam yang semakin larut, tubuhnya juga butuh istirahat.
Ia kembali membalikkan badannya dan secara spontan ia mengetuk pintu "Tok .. tok ... Tok" Suara ketukan pintu sebanyak tiga kali, itupun Alma menggunakan jeda.
"Apakah ayah mendengar sesuatu?" Tanya Ny Yulia.
"Mungkin itu suara tikus ibu. Soalnya ini musim hujan, jadi banyak tikus di luar sana yang mencari tempat berlindung" Jawab Tuan Mario.
"Tidak ayah!! Sepertinya itu bukan suara tikus, ibu tadi mendengar seperti ada suara ketukan pintu"
Tuan Mario tersenyum "Itu tidak ada ibu! Mana mungkin ada tamu yang datang di tengah malam seperti ini"
"Ibu yakin sekali ayah, kalau di luar ada seseorang. Kalau ayah tidak percaya silahkan ikut ibu untuk membuktikan, kalau feeling ibu memang benar"
"Ya sudah kalau begitu! Sebaiknya ibu berjalan di samping ayah"
Ny Yulia dan Tuan Mario pergi ke ke depan, sedangkan Alma sudah tidak kuat lagi untuk beridiri. Perasaan Alma malam ini bercampur aduk, jantungnya berdebar-debar seperti mau copot. Alma berharap jika kedua orangtuanya mau menerima ia kembali.
"Tek!!" Suara pintu terbuka. Secara perlahan Tuan Mario menarik pintu itu. Ia kemudian melihat seorang gadis beridiri didepan rumah.
"Siapa itu ayah?" Tanya Ny Yulia dengan suara kecil.
"Ayah juga tidak tahu ibu, sebaiknya kita tanya baik-baik. Mungkin dia butuh tempat menginap" Jawab Tuan Mario.
Ny Yulia dan Tuan Mario memperhatikan Alma dari belakang, perasaan mereka berdua sangat aneh sekali melihat seorang wanita malam-malam keluyuran.
"Maaf Nona anda ini siapa ya? Kenapa anda bisa ada di rumah kami?" Tanya Tuan Mario dengan Sopan.
Suara yang sering terdengar di telinga Alma, suara yang selama ini Alma rindukan. Ia kemudian menatap kedua orangtuanya dengan penuh penyesalan, kedua bola matanya terus saja mengeluarkan butiran-butiran bening.
"Ayah ... Ibu!!" Panggil Alma.
"Alma!!" Ucap Ny Yulia penuh haru. Ia bahkan tidak percaya kalau itu benar-benar putrinya. Ny Yulia mencium kedua pipi Alma, setelah itu pindah ke kening, lanjut lagi ke hidung.
Alma langsung memeluk Ny Yulia, begitu juga sebaliknya. Tuan Mario menyeka air matanya, ia terlihat sangat sedih.
"Sayang ibu kangen banget sama kamu! Sebaiknya kita masuk ke dalam sayang. Ayah tolong bawakan koper Alma"
"Baik ibu!!"
Alma kemudian melepaskan pelukan ibunya, ia kembali menyapa ayahnya "Ayah Alma kangen banget sama ayah"
Ia memeluk Tuan Mario dengan erat "Sebaiknya kita masuk dulu Alma, cuaca di luar terlalu dingin. Tidak baik untuk kesehatan kamu" Ucap Tuan Mario.
Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam. Mereka duduk di ruang tamu, Ny Yulia langsung pergi ke dapur menyiapkan air hangat untuk Alma. Ia membuatkan teh hangat dan membawa beberapa cemilan untuk putrinya. Karena ia tahu kalau putrinya pasti belum makan.
"Sebaiknya kamu minum dulu teh hangat ini" Ucap Ny Yulia.
"Terimakasih ibu!!" Alma kemudian mengambil teh hangat itu, ia kemudian meminumnya dengan pelan. Kedua bola mata Alma melirik ke arah ayah dan ibunya, terlihat kalau ibu dan ayahnya sangat terharu melihat kedatangan dirinya yang secara tiba-tiba.
Setelah itu Alma meletakkan gelas berwarna ungu muda yang terisi teh hangat.