Chereads / Terjerat Gairah Semu / Chapter 7 - Papa Menelepon!

Chapter 7 - Papa Menelepon!

Dara yang belum pernah melihat organ vital lelaki sebesar dan sepanjang itu nampak gugup, perlahan ia menatap Farhat sebentar, lalu kembali melihat tongkat pusaka itu sembari menahan napasnya yang mulai berhembus tidak teratur.

Pelan-pelan, kedua tangan Dara yang mungil mulai memberanikan diri menyentuh alat reproduksi lelaki keturunan Bombay itu dengan gemetar. Rasa hangat seketika menjalar di dalam dada saat Dara mulai menggenggam dan memasukannya ke dalam mulut.

Sensasi nikmat yang luar biasa seketika memenuhi dadanya, Dara semakin liar melebarkan mulutnya hingga batang besar milik lelaki keturunan Bombay itu masuk hampir seluruhnya. Laju keluar masuk tongkat pusaka dari dalam mulut dara perlahan mulai menemukan ritmenya, semakin lama semakin cepat. Dara benar-benar menikmati semua permainannya.

Sudah terlalu lama ia mendambakan hal seperti ini. Dara belum pernah mendapatkan sensasi hebat seperti ini dari Guntur, suaminya.

Semenjak ia menikah hingga hari ini, yang ia dapatkan hanya kekesalan hati, semua akibat lemahnya syahwat Guntur.

Mulut Dara kini sudah dipenuhi air liur, membasahi alat reproduksi lelaki keturunan Bombay itu. Farhat nampak memejamkan kedua matanya, menikmati sentuhan bibir dan lidah Dara yang hangat, liar dan penuh gairah.

Setelah beberapa menit, Farhat menarik kepala Dara pelan-pelan, ia sudah tidak kuat ingin segera 'bertamu' menemui area paling sensitif milik Dara yang berupa daging lembut yang terbelah itu dengan segera.

Perlahan, Farhat meminta Dara untuk merebahkan badannya di atas kuri sofa ruang tamunya.

Dara membaringkan tubuhnya sembari membuka kedua pahanya lebar-lebar, bersiap diri untuk menerima hentakan teratur dari pinggul Farhat. Ia sungguh-sungguh akan membiarkan Farhat menusuk organ vitalnya yang paling sensitif itu dengan senjata pusaka Farhat yang ukurannya melebihi batas rata-rata itu.

Perlahan, Farhat mengarahkannya tepat di antara pangkal paha Dara, celah sempit yang sudah nampak basah telah siap menunggu tongkat pusaka milik lelaki keturunan Bombay yang selalu menjadi bahan khayalan Dara setiap hari.

Perlahan, batang kelelakian Farhat mulai memasuki area paling sensitif dari organ vital milik Dara.

Satu hentakan lembut memaksa batang besar dan panjang itu masuk ke dalam bagian tubuh Dara dengan perlahan. Sedikit demi sedikit tongkat pusaka Farhat menyelinap bebas hingga hampir tenggelam seluruhnya.

Dara melenguh pelan, kedua tangannya nampak berusaha menggapai pinggang Farhat, sembari berkata dengan suaranya yang mendesah lirih, "ma-masuukin se-seluruuhnyaa, sa-saaayaang!" ucap Dara sembari menatap Farhat. Matanya yang terbuka setengah itu nampak seakan memelas.

Farhat mengerti keinginan Dara, lalu dengan sekali hentakan, batang besar dan panjang miliknya amblas dan tenggelam seluruhnya ke dalam bagian tubuh milik Dara.

"Aaaaaahhhhh ... sayaang ...." teriakan Dara terdengar tertahan, kedua tangannya memeluk pinggang Farhat, membantu hentakan pinggul Farhat agar semakin kencang menghantam organ vitalnya yang sudah terasa basah karena terlalu banyak mengeluarkan tetesan alami dari dalam area lubang yang paling sensitif di tubuhnya.

"punya kamu masih enak, ya! basah tapi menggigit!' ucap Farhat disela kegitan pinggulnya yang menghentak dan menghantam celah sempit itu tiada henti.

"huuum ... ssshhhhh ... aakhhh ...." Dara tidak menjawab, ia nampak sedang menikmati proses penyatuan diri yang selama ini ia cari. Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama hentakan pinggul Farhat sembari berisik meracau dan mendesah tiada henti, membuat gairah Farhat semakin menjadi-jadi.

Dengan kedua tangannya, Farhat mengangkat kedua kaki Dara dan menyilangkannya ke atas, hingga celah yang sempit itu semakin menyempit. Dara kembali mendesis dan mendesah dengan kencang, ia sudah tidak bisa lagi menahan suaranya agar tidak terdengar sampai ke luar halaman rumah.

"Ssssssshhh ... Aaaahhhhhh ... e-eenaaak banggett ...."

Farhat semakin mempercepat gerakan pinggulnya. suara beradunya kulit paha mereka terdengar cukup kencang di telinga. Dara tidak mau tingal diam, ia lalu meraih puncak dada Farhat dan mulai memelintir sebutir daging kecil di atas dada Farhat.

Farhat nampak memejamkan kepalanya, menghayati semua kenikmatan itu. Gairah di dada semakin memuncak. Kecepatannya pun kini mulai bertambah, lalu beberapa saat kemudian, Farhat terlihat menegang, puncak klimaks sudah berada di depan mata.

Mereka berdua semakin giat memicu gairah dan hasrat yang terlarang itu dengan penuh semangat, keringat perlahan menetes satu persatu dari kening Farhat.

Beberapa saat kemudian, salah satu kaki Dara terbuka, membuka jalur agar tongkat perkasa milik Farhat dapat lebih leluasa menjelajahi kedalaman area paling sensitif Dara yang sudah nampak basah itu, sementara kaki kanannya berada dalam pelukan tangan Farhat, ia menghantam celah sempit dan basah itu berkali-kali dengan sangat buas dan liar.

Satu hentakan terakhir, Farhat terdengar mengerang, lalu mencabut senjata pusakanya dari dalam celah sempit milik Dara, dan memuncratkan lahar panas itu di atas perut Dara. "Aaaaaahhh aa-akuu ke-keluuaar!" teriaknya, memejamkan kedua matanya sembari memeluk sebelah kaki Dara yang berada di depan wajahnya.

Bersamaan dengan itu, Dara pun mengeluarkan teriakan kencang, "Aaaaaaahh ... saa-saayaaang! A-aakuu ju-jugaa ke-keluaar Ssshhhh .... sshhhh... aduuhhhhh enaak, sayang ...." Dara meracau, mendesah penuh kenikmatan. Cairan dari dalam tubuhnya menetes deras membasahi kulit sofa di ruang tamu itu.

Farhat lalu memeluk tubuh Dara, menghimpitnya dengan tubuh kekarnya, lalu menyentuh bibir Dara dengan bibirnya, lembut.

"Cup!"

Dara menyambut kecupan itu buas, lidahnya lantas menjelajahi ruang kosong dalam rongga mulut Farhat dengan lincah. mereka pun kembali mengikat lidah masing-masing dengan gairah dan hasrat yang masih menggebu.

Cukup lama mereka saling berpagut dalam pelukan erat dipenuhi gairah. Keringat yang menetes dari tubuh mereka membasahi keduanya, napas yang tersenggal seperti telah berlari jauh terdengar dari keduanya.

Selagi mereka memadu hasrat membara dalam diri keduanya, tiba-tiba ponsel Dara berbunyi dengan kencang. Mereka nampak tersentak kaget, untuk sesaat berusaha mengabaikannya, tetapi bunyi panggilan telepon itu terus saja berbunyi seakan tidak mengenal lelah dan putus asa. Suara panggilan telepon kembali berdering kencang memekakan telinga.

"Terima saja dulu teleponnya, barangkali ada kabar penting," ucap Farhat sembari mengatur napasnya, lalu Farhat mengambilkan tas Dara di atas meja ruang tamu dan menyerahkannya kepada Dara.

"Papa!" teriakan Dara terdengar tertahan, membelalakan kedua matanya saat ia melihat sebuah nama di layar ponselnya, ia nampak kebingungan menatap ke arah Farhat, mukanya terlihat menegang.

"Terima saja, kalau tidak diangkat malah jadi curiga," ucap Farhat. Dara mengangguk pelan lalu menerima panggilan telepon dari suaminya itu.

"Hallo, Pa! Ada apa?" kata Dara, mukanya nampak tidak menentu, sebelah tangannya terlihat berusaha menutupi sebagian tubuhnya yang tak terhalang walau satu helai benang pun. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa malu tak berbusana di depan Farhat., sementara ia sedang berbicara dengan suaminya yang jauh di ujung telepon itu.

Farhat terlihat tersenyum geli melihat kepolosan Dara, lalu Farhat mencoba menggodanya, kedua tangan Farhat bergerak pelan meraih kedua bukit kembar Dara sembari mengelus-ngelus area paling sensitif di antara pangkal paha Dara dengan nakal.

"Sssssshhhhh ... heeeuummmm ...." tanpa sadar Dara mendesis pelan.

Di seberang telepon, Guntur merasa heran mendengar suara istrinya seperti itu, lalu ia bertanya, "Mama di mana? Obat yang dari Banten ternyata berhasil, Ma! Papa sembuh!" Teriak Guntur di seberang telepon itu terdengar bahagia.

Dara nampak mengerutkan kening, ia merasa kebingungan. Mendengar kabar itu Dara sudah tidak lagi merasa senang, Dara memang sudah tidak ingin menunggunya lagi.

Selagi Dara menerima telepon, tiba-tiba Farhat membuka lebar kedua paha Dara, lalu berusaha untuk kembali memasukan senjata pusakanya ke dalam organ intim milik Dara yang terlihat masih basah itu.