Chereads / Mr.Punishment / Chapter 16 - One Step Close

Chapter 16 - One Step Close

Rumah besar dua lantai dengan banyak jendela itu terlihat megah.

Tampilan luarnya terlihat seperti arsitektur kuno, berupa tiang-tiang tinggi dengan atap kubah melengkung laksana kastel. Halaman rumah yang sangat luas, taman-taman bunga tertata rapi. Suara gemericik air yang berasal dari sungai-sungai kecil dan hutan buatan di sisi taman.

Lisa menatap tak berkedip, mereka masih berada di luar pintu, dan dia terus berdecak kagum. Lisa mengira media terlalu berlebihan saat menulis bagaimana latar belakang keluarga William, tetapi melihatnya secara langsung seperti ini ternyata memang tidak main-main.

Lisa menatap dirinya, tepatnya penampilannya yang sangat tidak sesuai dengan tempatnya berdiri saat ini.

Dave melihatnya, Lisa yang menatap dirinya dengan tidak percaya diri.

Dave mendekatinya, memegang tangannya yang sedikit berkeringat.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian. Claire dan Daniel berdiri disana, tersenyum lebar.

"Oh sayangku, akhirnya kau disini." Claire menghampiri Lisa, sedikit berlari ke arahnya. Rambut sebahunya bergoyang setiap kali dia melangkah.

Lisa tersenyum canggung, Lisa melihat dirinya di sisi Claire yang terlihat sangat cantik dalam balutan pakaiannya yang anggun. Orang mungkin akan mengira Claire sedang bersama anak pelayannya.

"Aku pikir Claire salah besar saat mengatakan kamu cantik," Daniel memeluk pinggang Claire, tersenyum ke arah Dave sebelum melanjutkan kalimatnya, "Ternyata sangat cantik." Daniel dan Claire tertawa.

Lisa menghembuskan napas, sejak tadi dia menahan napas saat Daniel mulai mengatakan sesuatu tentangnya. Lisa tersenyum kecil.

Daniel, dengan usianya yang tidak lagi muda, namun wajahnya masih sangat tampan. Rambut hitam, dengan garis rahang yang terlihat jelas. Perawakannya tinggi, terlihat gagah walau hanya dengan kemeja putihnya. Dia memiliki lesung pipi di sebelah kanan, Dave mewarisinya. Sedangkan mata dan bibir sepertinya Dave mendapatkannya dari Claire. Tak heran jika wajah Dave hampir melampaui sempurna, mereka semua berasal dari gen yang tak kalah sempurna.

"Perkenalkan Lili, Claire dan Daniel, orangtuaku." Dave menunjuk Daniel dan Claire bergantian.

"Ha-hallo Tuan dan Nyonya William," Lisa menunduk kaku, hendak memberi hormat, setidaknya mereka orangtua, tidak salah kan memberi hormat? Lisa mengeluh dalam hati, apa yang harus dilakukan didepan orang tua kekasih? Eh? Dave tentu saja bukan kekasihnya. Tapi dia akan segera menikahinya? Jadi?

"Tidak perlu sungkan sayang, ayo mari masuk, jangan malu-malu." Claire dan Daniel memegang kedua lengan Lisa, dari sisi kiri dan kanannya.

Dave tertegun, tidak sadar jika Daniel baru saja mengambil alih pegangan tangan Lisa darinya. Dan sekarang mereka bertiga telah masuk ke dalam rumah tanpa mengajaknya.

Jika tampilan luar rumah seperti bangunan zaman Yunani kuno, maka bagian dalam rumah memberikan penampilan lain.

Setelah memasuki pintu akan ada ruang depan yang cukup luas, tidak, sebenarnya itu seukuran tujuh kali luas apartemen Lisa.

Ada dua anak tangga, dengan arah yang entah kemana, berliuk, terlihat mewah. Ruangan itu didominasi warna putih dan abu, sofa panjang berwarna abu dengan meja berwarna putih, lukisan-lukisan yang juga berwarna putih abu, serta peralatan lainnya.

Lisa mendongak, lampu gantung di atasnya terlihat seperti ribuan permata yang disatukan, berkilau indah. Setelah melewati ruang depan, selanjutnya berjalan di lobi kecil ke arah kanan, adalah ruang keluarga. Ruangan itu sedikit lebih luas lagi dari ruangan sebelumnya.

Ada berbagai macam perabotan disana, seperti ruang serbaguna. Sofa panjang berwarna krem, dengan permadani lembut di bawahnya, terlihat nyaman, berada di posisi tengah ruangan. Televisi super besar, menempel di dinding. Alat olahraga di sisi kosong yang juga menghadap ke arah televisi.

Disatu sisi lainnya adalah beberapa lemari berwarna coklat tua yang berisikan berbagai jenis buku yang tertata rapi. Jangan lupakan poin pentingnya, sebuah mini bar berisi puluhan atau mungkin ratusan anggur dengan berbagai jenis berbaris rapi disana. Lampu berwarna kuning lembut menyala dari lemari dan meja mini bar tersebut.

Claire sedikit menjelaskan kepada Lisa bagaiamana dia dan Daniel sengaja mendesainnya seperti itu, menaruh banyak hal sekaligus di satu ruangan agar sesuai dengan namanya, ruang keluarga, yang melakukan berbagai hal di satu ruangan bersama.

Ruang makan berada di sebelah dapur, tentu saja setelah melewati banyak ruangan, terus berjalan hingga ujung. Ada kolam renang kecil di bagian belakang rumah. Karena menggunakan kaca tembus pandang, pantulan cahaya dari air kolam bisa terlihat dari meja makan.

Lisa hampir saja melompat kaget ketika Daniel menarik kursi untuknya.

Meja makan panjang itu dipenuhi makanan dari ujung ke ujung. Sekitar lima belas kursi berderet rapi berhadapan disana, namun yang terisi hanya empat kursi. Sementara meja itu penuh, sungguh penuh. Dave mengambil tempat duduk disamping Lisa. Dia sejak tadi sudah berusaha menahan senyumnya melihat ekspresi kaget Lisa, membuat matanya membulat sempurna.

"Ada apa?" Dave bertanya, berusaha menahan tawanya. Sejak tadi Lisa terus ragu mengambil makanan setelah memegang sendok dan garpunya. Yeah, tentu saja dia akan bingung. Semua makanan favoritnya mengelilinginya, tepat di depannya.

"Makanan-makanan ini terasa seperti mengejekku." Lisa membalas Dave, berbisik. Kali ini Dave tidak bisa menahan tawanya. Lisa menjawabnya dengan ekspresi yang terlihat sangat serius, seolah dia sangat tersiksa.

"Bagaimana bisa mereka mengejekmu?" Dave berbisik, kembali bertanya. Lisa menatap Dave kesal. Lisa tidak menjawab. Matanya sedang sibuk memilih makanan mana yang akan diambilnya pertama. Lisa melihat ke arah Claire dan Daniel yang mulai mengambil makanan mereka.

Dia berpikir keras. Apakah dia harus pura-pura memiliki sifat makan yang sedikit untuk memberikan kesan yang baik di pertemuan pertamanya dengan Claire dan Daniel? Di dalam drama selalu seperti itu.

"Kau tidak menyukai makanannya Lisa? Kenapa kau belum menyentuh satupun makananmu?" Claire bertanya melihat piring Lisa yang masih bersih. Lisa menggeleng canggung.

"Dave memberiku semua daftar makanan favoritmu, jadi aku menyiapkan semuanya," Lisa terbatuk kaget, tidak heran jika semua makanan favoritnya disana, Dia hampir mengira seleranya sama seperti keluarga William. Lisa melihat ke arah Dave, tatapan mereka bertemu.

Bagaimana bisa Dave tahu makanan favoritnya? Apa dia menyelidikinya? Dave William, apa yang ada di dalam pikirannya yang sebenarnya? Dia tidak sungguh menyukai gadis biasa sepertinya kan? Lisa bertanya-tanya dalam hati.

Dave didepannya, tersenyum lembut, memegang tangannya, seolah meyakinkannya dengan sejumlah pertanyaan di dalam kepala Lisa.

....

Pukul sembilan malam.

Mobil melaju stabil membelah malam. Lisa menatap lurus ke depan, tatapannya entah kemana, pikirannya sedikit kacau. Ada banyak sekali kejadian yang akhir-akhir ini yang mengganggu kehidupan tenangnya. Itu di luar dugaannya.

Dan hari ini, sepertinya adalah yang paling tidak masuk akal. Siang harinya, lamaran pernikahannya dari Dave yang diterimanya secara paksa. Malam harinya, bertamu ke kediaman William sebagai calon menantu dengan segala rasa canggungnya.

Makan malam itu berjalan lancar. Claire dan Daniel juga menyambutnya dengan sangat baik. Mereka mengajak Lisa mengelilingi rumah, bercerita sedikit tentang masa kecil Dave, minum anggur buatan Dave bersama di mini bar mereka.

Daniel dan Claire adalah orangtua yang ramah juga tidak membosankan, Lisa seringkali dibuat tertawa dengan lelucon kecil mereka. Sangat berbeda dengan sifat Dave. Semua hal terasa nyaman, Lisa tidak lagi secanggung sebelumnya, sampai kemudian, mereka tiba di satu percakapan.

Tentang acara pernikahannya dan Dave. Itu terjadi sangat tiba-tiba. Dave duduk disebelahnya, memegang tangannya lembut. Dia menatap Claire, Daniel dan aku dengan serius, kemudian berkata dengan mantap, "Acara pernikahan akan diadakan awal bulan depan."

Claire dan Daniel tentu saja melompat girang mendengar berita itu, putra mereka satu-satunya akhirnya akan menikah, harapan mereka akan segera tercapai.

Sementara Lisa menatap Dave penuh tanya, meminta penjelasan. Lisa memberi kabar itu kepada Jessy beberapa menit setelahnya. Jessy dan Dalen sudah kembali ke kediaman Wilson satu hari yang lalu.

Lisa tidak berkata banyak, Claire lah yang mengatakan banyak hal kepada Jessy lewat sambungan video itu. Jessy memberi kabar itu kepada Jane dan Andrea segera. Jane awalnya bingung, tapi kemudian melompat girang seperti halnya Claire.

Kesepakatannya, adalah tiga hari yang akan datang akan diadakan pertemuan antara keluarga William dan keluarga Wilson. Setelah Jessy menikahi Dalen, Jane dan Andrea menjadi wali Lisa, mereka sungguh memperlakukan Lisa seperti halnya putri kandung mereka.

Mobil berhenti, mereka telah sampai di tempat tujuan. "Kita sudah sampai Lily." sentuhan tangan Dave disebelahnya membuyarkan lamunan Lisa. Lisa melihat keluar jendela mobil, kediaman Wilson.