Drrt
Drrt
Drrt
Suara bergetar ponsel itu berasal dari dalam saku handuk kimono yang tergantung di kamar mandi, untuk yang ketiga kalinya, tanda panggilan masuk. Gadis itu mengelap tangannya yang penuh busa, hendak menjawab panggilan.
"INI SUDAH PUKUL 23:30, CEPATLAH!" Suara melengking gadis di seberang panggilan terdengar jengkel.
" Aku sedang mandi." Gadis itu menjawab dengan malas.
"30 MENIT LAGI SUDAH TAHUN BARU, KAU BERENCANA UNTUK MATI DIRUMAHMU? CEPATLAH!" Panggilan berakhir. Gadis itu membilas tubuhnya untuk yang terakhir kali, tanda acara mandinya telah selesai.
Sebenarnya dia tidak tertarik sama sekali dengan acara tahun baru seperti yang kebanyakan orang nantikan. Apa menariknya? hanya berganti tahun, matahari tetap akan sama teriknya seperti hari-hari sebelumnya. Mengapa mereka harus berbahagia hanya untuk menghitung mundur detik sebelum pukul 12 malam? Petasan? Apa itu sangat indah? Mereka bisa saja memutar video petasan setiap hari melalui ponsel bukan?
Jessy Redriguez, kakak perempuannya yang sejak sore tadi terus memaksanya menerima panggilan agar mereka merayakan malam tahun baru bersama. Berceloteh panjang sebanyak tiga belas panggilan tanpa henti, hingga ia menyetujuinya.
Maka disinilah dia sekarang, dengan celana jins pendek, sweater hitam kebesaran dan sepatu sneakers hitamnya. Rambut hitam sepunggungnya dibiarkan tergerai begitu saja. Tas selempang kecil yang hanya berisi ponsel dan dompetnya dia kenakan dengan malas setelah mengunci pintu rumah.
....
Jalanan tampak ramai, dipenuhi orang-orang dengan tawa-tawa di setiap sudut kota. Lampu-lampu jalan menyala terang, berwarna-warni. Anak-anak kecil berlarian saling mengejar, dengan gelembung-gelembung yang mengelilingi mereka. Gadis itu terus berjalan, sesekali memperhatikan sekitar. Satu dua orang menyapa terlihat ramah, namun dia tidak tertarik membalasnya.
Pukul 23:58, dia telah sampai ditempat tujuan. Tak kalah ramai dari pada di jalan-jalan sebelumnya. Didepannya, berkerumun ribuan orang. Gedung tinggi 63 lantai, dengan bangunan pintu depan yang terlihat mewah menjadi latar belakang kerumunan. Layar-layar besar di jendela gedung menampilkan waktu hitung mundur pergantian tahun.
Kebanyakan dari kerumunan dipenuhi gadis-gadis yang terlihat berisik menyorakkan nama seseorang, terlihat seperti fans K-pop yang tengah menunggu idola mereka.
"LISA !" Suara melengking Jessy mengalihkan perhatiannya. Saudara perempuannya itu berlarian menghampirinya, masih mengenakan seragam kerjanya.
"Kau membuang waktuku, aku harus kembali menulis."
"Kau akan mati di apartemen itu tanpa pernah merasakan udara malam diluar." Jessy mengeluh di dalam hati. Adik perempuannya itu masih tetap sama, tidak memiliki ekspresi atau ketertarikan dengan kehidupan normal seperti orang-orang pada umumnya.
Lisa tidak akan keluar rumah walau hanya untuk membeli air di supermarket, dia akan memilih memesan jasa antar makanan. Sepanjang hari hanya duduk di depan laptop, entah untuk menulis atau menonton serial drama Korea favoritnya. Dia bukan seseorang yang suka menyendiri dan ketus dari kecil. Lisa adalah gadis yang aktif dan ceria sampai beberapa tahun terakhir. Jessy tidak tahu pasti penyebab adiknya itu menjadi penyendiri dan ketus seperti sekarang.
"Aku bukan orang lemah!" Lisa menjawab pendek.
Suara teriakan gadis-gadis di depan gedung itu semakin riuh, berlarian ke depan pintu masuk Hotel saat sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan pintu masuk. Pria-pria yang mengenakan jas hitam berlarian dari dalam gedung, berbaris rapi membuat barikade jalan untuk menyambut penumpang didalam mobil hitam.
"Davier William, CEO WJ Group, putra tunggal Daniel William yang termasuk kedalam 5 orang-orang terkaya di Amerika Serikat. Dia baru kembali dari Prancis minggu lalu, dan akan merayakan tahun baru bersama teman-temannya disini. Para gadis-gadis ini datang untuk melihatnya." Jessy menjelaskan sambil ikut meloncat-loncat seperti gadis-gadis berisik di depannya.
"Bukankah kau bekerja disini?" Lisa melirik sekilas seragam hotel yang masih dikenakan oleh Jessy.
Jessy melihat seragamnya. Astaga, dia bahkan lupa bahwa dia bekerja di hotel ini karena terlalu bersemangat. Rencananya adalah akan mengajak Lisa bermalam di hotel untuk merayakan malam tahun baru mereka.
Sebagai seorang kakak yang hanya dia keluarga yang dimiliki Lisa, Jessy bukan tidak pernah mengurus adiknya, hanya saja Lisa memintanya untuk mengurus hidup masing-masing. Dia tahu sifat Lisa yang tidak suka diganggu.
"SEPULUH!"
"SEMBILAN!"
"DELAPAN!"
"TUJUH!"
"ENAM!"
"LIMA!"
"EMPAT!"
"TIGA!"
"DUA!"
"SATU!"
"HAPPY NEW YEAR!"
Setelah hitungan mundur bersama, suara petasan terdengar saling sambut menyambut tanpa henti. Layar-layar lebar menampilkan video-video petasan yang juga meledak di dalamnya, diikuti tulisan "HAPPY NEW YEAR 2022".
Seluruh langit kota nampak terang dipenuhi warna-warni petasan, terlihat seperti bunga-bunga menyala. Lisa menyapu pandangannya, semua orang menatap ke langit berlompat-lompat ria, terlihat senang.
Apa itu membuat mereka bahagia? Suara-suara bising ini membuat mereka senang?
Bersamaan dengan adegan dramatis petasan itu, seorang pria tinggi dengan setelan jas hitamnya keluar dari mobil hitam yang kini tengah dijaga ketat oleh beberapa pengawalnya.
Para gadis-gadis kerumunan berteriak-teriak, berdesakan ingin mendekati pria yang mereka tunggu-tunggu. Pria itu berjalan diiringi pengawal-pengawal yang bersetelan jas hitam pula, terlihat kekar menjaga tuan mereka. Lisa melihatnya sekilas, punggung pria itu melewati pintu hotel, kemudian menghilang.
"Ikut aku!" Jessy menarik tangan Lisa, menuju bagian belakang hotel.
"Aku tidak tertarik, aku harus pulang!" Lisa berhenti, menarik kembali tangannya. Dia telah berada keluar sekitar tiga puluh menit, itu sudah termasuk waktu yang lama baginya. Dia belum menyelesaikan ceritanya. Pekerjaan sebagai seorang penulis tidak bisa dia tinggalkan. Drama-drama Korea sebagai sumber inspirasinya menunggunya di rumah.
"Kau akan ikut aku, atau kau mau terhimpit dengan keramaian disini? Sebentar lagi tempat ini akan lebih ramai lagi, ikutlah sebentar saja!" Jessy kembali memaksa.
Lisa melihat sekitar, benar saja. Suasana semakin ramai, sepertinya taman hotel ini memang menjadi tempat favorit banyak orang. Orang kebanyakan memang menyukainya, tapi dia tidak.
"Astaga, sebentar saja." Jessy menarik Lisa lagi, dia tau adiknya itu pasti akan memilih mengikutinya daripada berada di kerumunan orang banyak.
Mereka melewati pintu belakang, naik menuju lift.
Tiba di lantai empat puluh dua di depan sebuah kamar suite. Lisa melirik Jessy, meminta penjelasan mengapa membawanya ke kamar hotel.
Jessy hanya mengibaskan tangan, menyuruhnya cepat masuk, dia harus menyelesaikan pekerjaannya sebentar. Namun Jessy lupa bahwa adiknya itu bukan orang yang mudah diatur.
Lisa berbalik, tidak tertarik menuruti perintah Jessy, dia akan kembali ke rumahnya secepatnya. Membosankan, pikirnya.
Jessy menarik tangan Lisa agar menurut, menunggunya disana. Mengaduh di dalam hati, bagaimana bisa adiknya memiliki sifat keras kepala ini.
"Lepaskan tanganmu!" Lisa menatap tajam, tangannya masih ditarik Jessy sejak tadi. Jessy bersumpah dalam hati, adiknya itu memang menakutkan.
Pintu lift terbuka, Lisa siap melangkah masuk, namun ditahan lagi oleh Jessy. Kamar hotel sudah di bayar untuk memanjakan adiknya itu sekali saja, tidak mungkin bisa dikembalikan.
Jadi begitulah, lima menit kedepan adalah adegan tarik menarik antara dua kakak beradik itu.
TING !
Suara lift di ujung terbuka, itu kesempatan emas Lisa untuk lepas dari Jessy. Menarik paksa tangannya kemudian berlari menuju lift di ujung yang baru saja terbuka. Lisa berlari masuk tepat sebelum pintu lift tertutup, setelah satu orang di dalamnya keluar.
Kejadian itu cepat sekali, tanpa Lisa pernah duga hal-hal seperti itu akan dia alami di kehidupan nyata.
Lima pria di dalam lift itu tengah bercanda, percakapan antara pria seperti biasa. Mereka entah tengah bermain atau saling mengusili, posisinya persis seperti di dalam drama-drama yang sering Lisa tonton. Empat pria berdiri berseru-seru, dan satu pria dengan posisi jongkok seperti sedang menerima hukuman dari empat pria lainnya. Jelas sekali, mereka adalah teman dekat.
Yang tidak mereka sangka, ketika pria yang berada dalam posisi duduk hendak berdiri, Lisa masuk dengan berlari, tanpa melihat sekitarnya.
"WOW!"
"WAH!" Lima detik. Salah satu pria dengan suara riang bersorak, menepuk tangannya, berlagak sangat kagum.
Lisa membuka matanya.
Mata coklatnya bertemu dengan kedua bola mata hitam milik pria yang tengah berbaring di atasnya. Itu bukan posisi yang dia sukai, tapi di dalam cerita yang ditulis, dia menyukai adegan itu. Saat karakter wanita dan pria terjatuh dalam posisi saling menatap.
Jika posisinya sedang menonton drama, sekarang harusnya dia akan berteriak gemas.
Lisa bisa mencium aroma coklat dari parfum yang dioleskan lembut di leher pria tersebut. Aroma strawberry dari lip balm di bibirnya yang plump berwarna pink. Napas pria di atasnya itu memberi rasa dingin, menyentuh kulit wajahnya.
Lisa sungguh dalam keadaan sadar, tapi dia tidak bisa bergerak, dengan ukuran badannya yang tertutup habis oleh pria di atasnya. Seharusnya dia akan mengumpat sekarang, tapi pria di atasnya terlihat seperti hendak memakannya dengan buas.