Chereads / Mr.Punishment / Chapter 2 - Second

Chapter 2 - Second

Gadis dibawahnya mencoba bergerak kecil. Dave menekan tubuhnya, membuatnya terdiam tidak bisa bergerak lagi. Bola matanya berwarna coklat gelap, namun bersih, gadis itu balas menatapnya. Dave bisa melihat pantulan dirinya .

Dave bisa mencium aroma Raspberry dari rambutnya saat ia bergerak kecil.

"Jangan memakannya Dave, dia hanya seorang gadis kecil."

"Diamlah Tomy, tuan Dave kita sedang menikmatinya."

"Tutup matamu Jack, kau masih anak dibawah umur!"

"Usiaku hampir dua puluh lima tahun, jaga bicaramu Tomy!"

CEKREK!

CEKREK!

Sementara kebiasan ribut Jack dan Tomy terus berlanjut, Harry mengambil gambar drama pasangan mereka malam ini. Lisa, gadis yang tidak sengaja masuk ke dalam lift, menabrak Dave dan sedang bersiap dimakan habis-habisan olehnya.

"Menyingkir dariku!" Lisa membuka suara, terdengar datar dan tajam. Dave menatapnya. Tatapan Lisa terlihat datar dan tajam. Kembali berusaha melepaskan diri dari tekanan badan Dave.

"Heh," bibir Dave terangkat sedikit, dia mulai tertarik dengan sikap Lisa. Tidak seperti suara merayu wanita-wanita yang sering dia dengar. Tatapannya juga tidak terlihat dibuat-buat. Apa gadis itu sedang bermain trik tarik ulur dengannya?

"Bagaimana bisa aku melepasmu lebih dulu ketika kamu yang melemparkan dirimu kepadaku?" Dave berbisik dalam disamping telinga Lisa, terdengar nakal. Dia menempelkan dahinya di atas dahi Lisa, tersenyum nakal.

"SAMPAH!" Lisa menyundulkan kepalanya dan kepala Dave dengan keras. Dave meringis, tidak mengira Lisa membalas rayuannya dengan pukulan keras.

Lisa kembali melawan saat melihat lawannya mulai lengah. Dia mencoba mendorong tubuh Dave lebih keras. Namun kekuatannya jauh dari menang jika melihat dari ukuran tubuh lawannya. Bukannya terlepas, justru Dave semakin menguncinya. Kedua tangan Lisa ditekannya dengan mudah dengan satu tangannya yang besar.

"Kenapa begitu galak?" Dave mulai memainkan rambut hitam panjang Lisa dengan jari telunjuknya. Mulai menyapu setiap inci wajah gadis di bawahnya dengan teliti. Tangannya mengelus pelan pipi Lisa dengan lembut.

Semakin jengkel tatapan Lisa, semakin membuat Dave semangat menggodanya. Belum pernah ada wanita yang lolos dari rayuannya, tentu saja dengan wajah sempurnanya sebagai pendukung.

Lisa tidak membalas kata-katanya, justru terdiam tenang. Dave kembali mengelus bibir Lisa dengan lembut. Menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Dave tersenyum, gadis di bawahnya terlihat seperti kucing penurut ketika diam.

"Sudah menyerah?" Dave kembali berbisik pelan di telinga Lisa, membuatnya bergerak kecil.

"Jika tidak salah, adegan selanjutnya seharusnya kau menciumku." Lisa mengangkat kepalanya sedikit, sengaja berbisik pelan membalas Dave.

Dave terdiam, napas kecil Lisa berhasil membuat geli telinganya. Dia tahu gadis ini sedang balas menggodanya. Dia salah mengira gadis ini berbeda dengan gadis-gadis yang ditemuinya di kelab setiap malam. Memancingnya dengan godaan kecil saja sudah membuatnya menampilkan sifat aslinya. Wanita sama saja. Dave memaki dalam hati.

Dave melepaskan pegangan tangannya, kemudian berdiri melepas Lisa dari tubuhnya begitu saja.

TING!

Lantai lima puluh, pintu lift terbuka. Lisa bangun dari posisinya, menepuk-nepuk bajunya dari sisa debu lantai yang menempel. Lisa menyapu pandangannya, sedikit mendongak melihat lima pria yang bersamanya sejak tadi. Matanya menatap tajam kepada Dave, kemudian tersenyum miring.

"Membosankan!" lalu melangkah keluar, tanpa melihat ke belakang lagi.

....

"Haruskah aku mengirim foto ini ke nyonya William Jack?" Harry tertawa puas melihat hasil jepretannya kembali. Sekitar lima belas foto dengan sudut yang berbeda-beda. Foto eksklusif untuk memeras Dave bertambah Lima belas di ponselnya.

"Nyonya William akan senang, kau akan mendapatkan mobil Rolls- Royce Boat Tail edisi terbaru. Kirimkan padaku poto itu juga!" Brian mendekat kearah Harry, melihat foto eksklusif Dave.

"Kau juga menginginkan mobil itu?" Jack ikut menimbal percakapan. Setelah lelah memaki teman bermain game onlinenya sejak satu jam yang lalu dia akhirnya menyerah, ikut mendekat, melihat ponsel Harry.

"Aku ingin gadis itu, dia terlihat lucu dengan mata bulatnya ketika marah." Brian, dengan panggilannya "International Playboy", karena hobinya berganti pacar setiap minggu.

"Seorang gadis kecil juga ingin kau mangsa ckckck" Jack berdecak, menggelengkan kepalanya dengan posisi kedua tangannya dilipat kedepan. Di Dalam kepalanya sekarang merasa kasihan kepada gadis didalam poto karena telah masuk kedalam calon mangsa pria busuk di depannya. Gadis itu terlihat seumuran dengannya, atau mungkin lebih kecil.

Dave menghampiri mereka, masih mengenakan jubah mandi. Mengambil barangnya di ruang tamu.

"Dave, kau harus memilih salah satu diantara aku dan Brian, siapa yang kau pilih?" Jack mendekat kearah Dave yang tengah mengeringkan rambutnya. Dave menatapnya sekilas, kemudian lanjut mengeringkan rambutnya, tidak tertarik membalas.

"Dave pilihlah aku, aku adalah Jack adikmu yang imut dan lucu, aku akan merawat gadismu dengan baik. Jika kau memilih Brian tamatlah riwayat gadismu," lima menit kedepan ialah Jack yang terus mengganggu Dave agar permintaannya direspon. Menarik-narik handuknya, memeluk kakinya agar Dave tidak bisa bergerak, mencabut kabel pengering rambutnya dan memeluknya dari belakang, menggelantung disana, menempel kemanapun Dave melangkah.

Dave mulai kesal. Faktanya Jack akan berusia dua puluh lima tahun, tapi masih bertingkah seperti seorang anak berusia delapan tahun. Kebiasaan lainnya seperti dia harus memeluk sesuatu saat tidur jika tidak ada seseorang yang tidur dengannya, membeli setiap jenis es krim dengan topping melimpah setiap mereka keluar bermain. Jangan lupakan tubuhnya yang tidak bisa diam, terus bergerak sepanjang waktu.

Jack tumbuh bersama kakek dan neneknya, Bill Rogers dan Anna Rogers, pemilik perusahaan properti terbesar kedua di kota Los Angeles. Kedua orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan ketika dia masih berusia lima tahun.

Bill dan Anna yang sangat memanjakannya tidak membiarkannya tergores walau seinci. Bahkan hingga usianya yang kedua puluh lima ini, Anna masih memberikan minuman susu setiap pagi dan sebelum tidur.

"Baiklah aku akan memilihmu, sekarang menjauhlah dariku!" Dave melepas paksa pegangan tangan Jack yang masih menggelantung di punggungnya.

"Yes! Kau kalah Brian!" Jack melompat girang, tertawa atas kemenangannya dari si playboy Brian.

Pukul lima pagi, Dave kembali masuk kedalam kamar, memakai pakaiannya kembali. Claire William, ibunya telah menghubunginya sebanyak sepuluh kali sejak dia sampai di hotel tengah malam tadi.

Acara makan keluarga besar katanya. Dave tahu acara makan besar yang dimaksud ibunya adalah acara perjodohannya. Sejauh ini sekitar tujuh acara makan besar yang telah dia hadiri. Claire seperti biasa akan menelponnya puluhan kali jika dia tidak datang, mengganggunya sepanjang hari.

Dia baru berusia dua puluh Sembilan tahun, dan kedua orangtuanya sudah mengatakan ingin memiliki menantu di usianya yang ke dua puluh enam silam. Selanjutnya terus mendesaknya ingin memiliki cucu di usianya yang ke dua puluh tujuh. Bahkan ketika Dave di Prancis, Claire mengirim banyak gadis untuknya, berharap salah satu dari mereka bisa membuat Dave tertarik untuk menikahinya.

Untuk menghindari pengawasan orang tuanya, Dave setiap malam bersembunyi di kelab malam. Berpura-pura bermain dengan gadis-gadis disana. Wanita, tidak pernah ada di dalam rencana hidupnya sejauh ini. Di Mata Dave, wanita hanya menyebabkan masalah dalam setiap rencana.

Dave keluar dari kamar, bersiap pulang. Jack dan Tomy terlihat sedang sibuk bermain game online. Brian sedang menelpon entah dengan siapa, Harry sedang membaca buku. Mereka tidak menyadari Dave yang tengah berdiri mengamati mereka.

"Aku harus pulang, Mom terus menerorku dengan panggilan." Dave memasang sepatunya, bersiap pergi.

"Acara perjodohan lagi heh?" Tomy menjawab tanpa melihat, focus pada permainan ponselnya.

"Nyonya William sungguh kejam, kau baru saja kembali satu minggu, arghh! " Jack terlihat kesal, sepertinya musuh bermainnya membuatnya mati lagi. Dia melempar ponselnya sembarang keatas sofa, bertingkah sangat putus asa.

"Datanglah ke rumahku di waktu berikutnya!" Dave menutup pintu, berjalan turun, sudah hampir pagi, dan ponselnya kembali bergetar, pesan dari Claire. Mengingatkannya untuk acara besok.

Dave menghembuskan nafasnya dengan keras. Sepertinya Claire tidak akan berhenti membuatnya menghadiri acara perjodohan sebelum dia benar-benar menikah.

Dave melangkah ke dalam lift, melihat asal lantai berwarna keemasan yang mengkilap. Mengingat sedikit kejadian di lift dengan gadis asing yang mengatakan dirinya membosankan.

Bibirnya sedikit terangkat, tanpa dia sadari.

Jika pertemuan kedua dan ketiga yang tanpa disengaja memang definisi dari takdir, maka Dave dan Lisa pastilah memang dipertemukan oleh takdir yang mengikat mereka satu sama lain.