Tepat pukul 6.15 pagi semua gerai di kantin rumah sakit sudah siap menjajakan dagangannya, Arya segera beranjak dari duduknya untuk memilih-milih makanan.
Pagi itu Arya merasa hatinya lebih perih daripada perutnya yang lapar, jika memang benar Diana telah mengkhianati Arya selama ini dia tidak akan memaafkan Diana dan Ryan.
Kata maaf dari bibir Arya tidak mudah terucap begitu saja walau dia adalah laki-laki yang taat pada agama, sulit rasanya mengampuni seseorang apalagi memaafkan kekasih dan rekan bisnisnya.
Arya melihat-lihat menu yang terpampang di atas gerai makanan khas sunda 'Bu Euis', lalu setelah mendapatkan apa yang dicarinya dia pun membeli satu porsi nasi kuning dan segelas teh hangat.
"Bu, saya minta nasi kuning satu bungkus dan teh panas," ujar Arya pada si pemilik gerai.
"Tunggu sebentar ya, saya siapin dulu makananannya," sahut ibu itu.
"Ya, Bu."
Beberapa saat kemudian hidangan untuk Arya sudah siap tersedia di piring bersama segelas teh panas lalu Arya membayar pesanan tersebut. Sarapan pagi yang harusnya terasa nikmat menjadi hambar dikarenakan suasana hati Arya sedang tidak baik.
Selesai sarapan, Arya bersiap-siap pulang ke rumahnya untuk mandi dan berganti pakaian. Sebelum pulang ia terlebih dahulu menemui Diana di kamar rawatnya, sekalian mengecek keadaan Diana.
Dengan gontai Arya berjalan menuju ruang VIP 1 melewati koridor-koridor rumah sakit yang panjang dan sepi, hanya ada beberapa orang di sekitar koridor itu.
Sesampainya di depan kamar, tiba-tiba Arya ragu apakah dia akan tetap menemui Diana dan berbasa-basi sebentar dengannya atau tidak sama sekali.
"Di, saya gaktau apa yang lagi kamu pikirin sekarang. Yang jelas saya gak mau denger lagi kamu sebut-sebut nama Ryan di depan saya," gumam Arya.
Sementara di dalam sana Diana sedang menangis memikirkan hubungannya dengan Ryan, ia lebih menginginkan Ryan menjadi suaminya kelak bukan Arya.
Diana sudah menjadi budak cinta, dulu ia menyerahkan kesuciannya kepada Arya dan sekarang hal itu terulang kembali. Kali ini bukan atas kehendak Diana sendiri melainkan karena godaan Ryan yang begitu mempesona.
******
Perkenalan antara Ryan dan Diana terjadi begitu saja. Hubungan mereka berawal dari pertemuan Arya, Diana serta Ryan di sebuah restaurant terkenal saat sepupu Arya melangsungkan pesta pernikahan.
Di pesta itu Arya memperkenalkan Diana sebagai calon istrinya kepada semua rekan bisnisnya yang baru bekerjasama dengan Arya sekitar sebulan lalu.
Diana Kartika, perempuan cantik, menarik, cerdas, berwajah oriental, tinggi semampai dan memiliki sebuah lesung pipit di pipi kanannya.
Kekasih Arya itu merupakan lulusan sarjana dari negeri Paman Sam, usianya 34 tahun, anak ke-tiga keluarga Andre Sasmita.
Mulanya Diana begitu bahagia waktu diperkenalkan sebagai calon istri CEO PT. Citra Buana Garment yang tampan, keren, gagah juga berwibawa.
Dua minggu kemudian sesudah pernikahan sepupu Arya, mereka bertiga bertemu lagi dalam suatu kesempatan. Sejak pertemuan itu diam-diam Ryan mulai menyukai Diana dan ingin merebutnya dari tangan Arya.
Hari yang ditunggu-tunggu Ryan pun akhirnya tiba, ketika Diana sedang sibuk mempersiapkan acara malam tahun baru di hotel tempatnya memimpin mendadak dia jatuh pingsan di hadapan semua orang.
Spontan saja sekretaris Diana yang menyadari kejadian tersebut lantas berteriak dengan kencang.
"Tolooonggg!!! Bu Diana pingsan!!"
Kemudian orang-orang di situ yang sebelumnya fokus pada tugasnya masing-masing langsung menoleh ke arah tempat Diana pingsan, di samping pimpinan mereka terlihat Fauza begitu panik dan cemas.
Nino, salah satu staf Hotel Blossom segera menghampiri mereka lalu membopong Diana keluar dari ruangan tersebut. Nino memang sudah terbiasa dengan kejadian itu, dia adalah staf humas kepercayaan Diana.
Hampir setiap tahun mereka mengadakan acara malam tahun baru di Hotel Blossom, hampir setiap tahun pula CEO cantik itu pingsan karena terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya.
Diana termasuk pimpinan yang rendah hati dan selalu bersikap baik serta bijak terhadap semua staf yang bekerja di hotel miliknya. Maka Nino pun tidak keberatan ketika harus membawa Diana ke rumah sakit bahkan menemaninya dengan sabar sampai Arya atau kedua orangtua Diana datang untuk menggantikan Nino.
Selanjutnya Diana dibawa ke RS. Dana Mulia, di rumah sakit itulah Ryan kembali bertemu Diana. Ia menjenguk kekasih Arya atas keinginannya sendiri, sikap Ryan begitu lembut, perhatian juga hangat membuat Diana cepat luluh terhadap rekan bisnis Arya tersebut.
Pertemuan demi pertemuan membuat hubungan mereka semakin dekat dan mengkhianati Arya yang berencana akan menikahi Diana.
Malam itu Diana tidak pulang ke rumahnya di Arjuna Residence, ia menginap di Hotel Azalea bersama Ryan. Diana terjatuh dalam buaian Ryan yang begitu manis dan menggoda.
"Diana, saya cinta sama kamu," ucap Ryan.
"Saya juga, Ryan. Kamu beda, gak kayak Arya yang kasar dan emosian," ungkap Diana.
"Masa sih Arya kasar sama kamu? Keliatannya dia baik banget lho sama kamu," balas Ryan tidak percaya.
"Iya kasar, dia memang pintar berpura-pura. Saya tahu banget sifat aslinya Arya, pokoknya kamu jauh lebih menarik dibandingkan dia."
"Kalau memang dia kasar dan emosian, kenapa kalian gak putus aja sih?" tanya Ryan.
"Karena saya masih cinta sama dia, tapi lebih cinta sama kamu," jelas Diana.
"Gak bisa gitu dong, Di. Kamu harus pilih salah satu ... saya atau Arya? Kalau kamu pilih saya--"
"Saya gak bisa, Yan."
"Kenapa gak bisa? Pokoknya kamu harus memilih, kamu gak bisa mencintai dua orang cowok dalam waktu bersamaan," tegas Ryan.
"Jangan paksa saya buat memilih ... itu hal yang sulit," tukas Diana.
"Ya udah, saya gak akan maksa kamu buat ngasih jawabannya sekarang. Tapi kalau kamu memang cinta sama saya, malam ini juga saya minta bukti." Ryan mulai menjalankan aksinya.
"Bukti apa itu?" tanya Diana bingung.
"Saya minta sekarang juga kita melakukannya, gimana?"
"Maksud kamu apa?"
"Iya, Di. Kita sama-sama sudah dewasa, kamu pasti tau arah pembicaraan saya ke mana."
Hati Diana bimbang mendengar permintaan Ryan tadi, ia berpikir kenapa Ryan ingin melakukan dengannya secepat itu? Padahal mereka baru saja saling mengenal satu sama lain.
"Di, kamu kok malah bengong gitu?" tanya Ryan bingung.
"Hah ... sa--saya gak bengong, saya cuma lagi mikirin sesuatu," jawab Diana.
"Kamu nunggu apa lagi? Katanya cinta, kalau cinta ya buktiin dong." Ryan mendesak Diana.
"Hmm ... saya gak bisa melakukannya sama kamu." Diana berusaha menghindari ajakan Ryan.
"Saya janji setelah ini saya bakal nikahin kamu secepatnya, tapi kamu harus putusin Arya dulu." Ryan membujuk.
"Lagian buat apa kamu nerusin hubungan kamu sama dia? Jelas-jelas saya lebih baik dan lebih kaya dari Arya," lanjut Ryan.
"Saya masih mencintai Arya ... dia itu tunangan saya," sahut Diana.
"Kalau kamu menikah dengan saya, Hotel Blossom akan saya beli selain itu kamu juga bisa jadi CEO di salah satu perusahaan milik papa saya." Ryan mengiming-imingi Diana.
"Ryan ... sebenarnya saya sudah berjanji pada diri saya sendiri kalau saya tidak akan pernah melakukan hal itu lagi sebelum menikah." Diana menundukkan kepala, ia menyesal telah memberikan kesuciannya kepada Arya dulu.
"Jadi kamu ... kamu udah gak--"
"Iya, tapi itu dulu," balas Diana lirih.
Pengakuan Diana di depan Ryan membuat dirinya terlihat lemah dan bodoh. Seharusnya ia tidak mengatakan sesuatu yang sangat pribadi kepada laki-laki seperti Ryan.
Namun, malam itu akhirnya semua rayuan dan usaha Ryan untuk mendapatkan milik Diana pun berhasil.
Hubungan itu terus-menerus terjadi di kemudian hari tanpa disadari Arya juga keluarga Diana, Ryan sangat pandai menutupi permainannya dengan Diana.
*****