Chapter 25 - bos baru

1 bulan lebih sudah beliau menjabat sebagai kepsek baru banyak perubahan -perubahan yang sudah dilakukannya dan mulai nyata juga terlihat kalau masalah kerajinan beliau sama rajinnya juga dengan pak Udin mantan kepsek kami yang dulu, beliau juga bersih dan servis orangnya, 1 Minggu yang lalu kami sudah dipanggil keruang nya tuk menghadap dan pembagian tupoksi serta tanda tangan kontrak kerja yang bakalan dilaksanakan 1 tahun kedepan.

rasa nyaman dengan pemimpin baru mulai hinggap, sisi lain mau tidak mau suka tidak suka sebelum jam 7.30 harus Uda ada disekolah, itu lah kelemahanku, aku berusaha dengan pontang panting kejar-kejaran pagi hari sebelum subuh aku sudah mulai bergegelut dengan minyak dan pertepungan. karna jam 07.30 sudah mulai apel pagi disetiap hari Selasa dan Rabu.

Tiap pagi aku selalu melawan kantuk demi tercapai semua target aku, jam 05.00 aku sudah mulai menggoreng, kadang2 bisa cepat siap bisa pula lama, sambil mengantar kue aku mengantar Arum kesekolahnya pulang dari antr kue baru aku mandi, tapi sekarang gak bisa lagi mau gak mau jam 06 lwat aku harus sudah mengantar kue, pulangnya aku mandi dan Arum pergi bareng aku setiap pagi,.

kadang-kadang pas tiba disekolah rasa ngos-ngosan selalu yang aku rasa, aku langsung ikut zikir, zikir pagi juga dimulai dari jam 7.30 seleainya jam 08.00, aku kadang-kadang suka kehabisan kata-kata pas ditanya kenapa sering telat, aku gak tau harus jawab apa kekawan-kawan, namun sejauh ini pak Ryan sang kepsek belum pernah komplin apa-apa ke aku, yang sering terjadi dan selalu dia meminta tolong buatkan surat yang keperluan dia untuk keperluan sekolah juga dan yang berhungan dengan kesiswaan dan sesuai tugas aku.

aku berkolaborasi dengan wakil urusan kesiswaan yang selalu mengarahkan aku, dan dia juga sering menegur aku kalau aku buat kesalahan, aku suka itu.

yang sudah kelihatan selama 1 bulan dari sosok pak Ryan kebanyak sisi positifnya bagi aku sangat menguntungkan aku, karna semua kerjaan dan tupoksinya dikembalikan ke pemilik masing-masing, jadi banyak sudah beban kerja yang selama ini aku tanggung dan selama ini dianggap menjadi tanggung jawab aku padahal bukan tanggung jawab aku itu dikembalikan ke pemilik jabatan masing-masing, aku bisa bernafas lega.

dua Minggu yang aku membantu mengerjakan pekerjaaan wali kelas yang bersangkutan dengan rapor, aku sudah capek bolak balek mutar-mutar mencari cara bagaimana itu bisa selesai, dari kantin ke kantor guru, terus ke ruang aku, siap tu ke laboratorium komputer, sambil wali kelasnya aku telpo-telpon yang gak pernah ada jawaban sampai akhir pekerjaan itu selesai aku kerjakan, disela-sela menunggu rapor diprint sang operator sekolah, pak Ryan nyelutuk, padahal ini bukan kerjaan Rani, ya pak jawabku.

mungkin beliau kasihan liat aku, Uda capek dan lelah mutar-mutar, kasian juga orang tua siswa Uda lama nunggu, itulah aku walaupun bukan kerjaan aku tetap aku kerjain kalau Uda disuruh, walaupun kadang kala aku merasa jengkel namun tetap aku kerjain semuanya.

terus kalau masalah finansial sepertinya beliau perhatian ke kami, kalau ada lemburnya pasti ada fee nya, ibarat kata ada capeknya pasti ada haknya, sosok pemimpin yang seperti inilah yang aku cari selama ini, baru kali ini aku dapatkan, walaupun itu belum terwujud, setidaknya sudah ada harapan, aku berharap semoga semua kata-kata beliau pak Ryan sang kepsek baru terwujud kedepannya.

kemaren kami kedatangan tamu dari kabupaten lain untuk melakukan studi banding kesekolah kami, tamu yang datang juga dari sekolah boarding yang sudah lama berdiri dikabupaten tersebut, kami banyak dapat wejangan dari kepseknya, beliau lah kepsek terlama yang menjabat disekolahnya kata beliau.

sambil menunggu kedatangan tamu kami kumpul semua berbaris memanjang saling hadap-hadapan, dan ada beberapa kepsek sekolah lain kebetulan mereka juga berhadir untuk menyambut kedatangan tamunya, kepsek sekolah lain juga bergabung sama kami, dan ibu imilda nyeletuk Sama Bu Asmi beliau mantan guru disini juga, katanya beliau kaget kali pas lewat sekolah kami kok Uda bersih banget, katanya pak Ryan kan bersih orangnya, gimana enggak selama beliau disini Uda beberapa kali gotong royong dan semua terlibat, gak ada istilah kerjain kerjaan masing-masing tetap harus gotong royong dulu " desis ku dalam hati" mana berani ngomong terang-terangan, orang pak Ryan nya gak jauh berdiri dari aku hehehe.

aku serasa marwahku kembali lagi, serasa betul-betul berharga dan dihargai selama beliau ada disini kalau memang itu bukan pekerjaan aku, selagi yang punya pekerjaan atau si pemilik tupoksi masih bisa nyelesainya kenapa harus aku yang nyelesaikan kan gitu maksudnya, begitulah kata-kata beliau yang selalu melekat dalam ingatanku.

terkadang aku lelah memikirkan pekerjaan, tiada habisnya, belum lagi orang tua siswa datang dan marah-marah sama aku, karna katanya aku memperlambat proses pengambilan ijazah anaknya, kemaren sempat perang mulut sang orang tua tersebut, aku tidak tau mengapa bisa seemosi itu, biasanya orang yang punya masalah aku yang menyelesaikan, tapi kemaren aku betul-betul tersulut emosi, karna bukan salahku sang bapak tersebut mulutnya lemes banget, gak layak disebut orang tua, padahal bukan tipe aku memaki-maki orang.

sampai-sampai anak yang lain mau mengambil ijazah itu jadi tontonan gratis buat mereka, mereka sangat syok liat aku kayak orang kesetanan, katanya ibu kami takut, kami gak pernah liat Bu Rani marah-marah, ibu gak pernah marah-marah, bahkan kami udah tamat ni kami lagi ambil ijazah malah, kami gak pernah dimarahin Bu, walaupun kami sering dan pernah bikin salah.

aku orangnya juga bisa meminimalisir marah sama satu orang ya sama satu orang aja, gak berimbas ke orang lain, anak-anak itu bilang kami kirain ibu juga bakalan marah sama kami, ya enggaklah bahkan ibu bisa ketawa lagi sekarang kayak kalian liat, tolong dong jangan tegang kayak gini, lupain aja yang baru terjadi, anggap aja gak ada, suasana pun mulai mencair, anak-anak sudah ketawa lagi ramah kayak biasa sama aku. kami pun mulai bercanda ria lagi sama anak-anak dan sambil bercerita lucu-luan, kamu pun tertawa berbahak-bahak, seolah-seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

ijazah pun sudah selesai aku leges, anak-anak sudah aku bolehin pulang, dan sebelum pulang aku minta tolong hubungi kawannya yang tadi nya orang tuanya sudah siap perang mulut sama aku, aku minta ngomong sama Anizarina namanya, aku bilang sama dia, ibu minta maaf ya atas kejadian tadi, iya Bu Niza juga minta maaf ya Bu, padahal anak ibu sakit, ibu teringat janji sama kamu makanya ibu datang, dia juga berkali-kali minta maaf setelah aku.

setelah kejadian itu terjadi, rasa nya aku butuh tempat untuk bersandar...Kini kerapuhan itu tengah mengintai aku...

Masih adakah tempat itu tersisa untukku...Sungguh pertanyaan yang tak pernah ada jawabnya..