Chapter 29 - Tersudutkan

setelah aku melalui sederet masalah demi masalah titik terang menuju kearah lebih baik dan lebih terang perlahan-lahan mulai menampakkan kemajuan, yang dulunya setiap hari dilanda kesusahan, kegelisahan, wajah kami kian hari makin kusut, Allah sekarang sudah menunjukkan kemenangan sedikit demi sedikit, aku dan mas Umang perlahan-lahan juga sebuah senyuman mulai terkembang dari bibir yang ranum.

hari ini aku dapat pesanan kue lagi awalnya sang pemesan minta dibuatkan kue 50 pcs 1 pasang diisi dalam plastik sebanyak 2 kue jadinya 100 kue Krn diisi sepasang, dan tiba-tiba dia minta tambah lagi sebanyak 100 kue kan jadinya 200 pcs sebanyak 2 macam kue.

aku hampir syok juga setengah mati karna tiba2 aja ketemu dipasar, aku habis belanja masih pakek baju sekolah dan tiba-tiba ada yang manggil rupanya dia mau kasih tau itu..walaupun gak seberapa dapat untungnya tapi Alhamdulillah cukup untuk jajan anak-anak dan kebutuhan hari selama 2 hari kedepan, kita harus bersyukur berapapun dan seberapa pun rezeki yang Allah kasih untuk kita, karna rezeki sudah terbakar dan tidak akan pernah tertukar, rezeki itu juga tau pemiliknya dia tidak akan pernah salah datang .

aku bilang sama sama sang pemesan kue jangan kasih tau ke siapapun kalau aku akan buat kue, iya katanya. aku malas guru-guru tu bapak protes nanti yang inilah itulah, padahal kue-kue buatan aku hampir sama juga rasanya kayak yang pernah mereka pesan bahkan dulu pernah aku makan kue kotak yang mereka pesan kata adek sepupuku, kue apa ini kak gak enak kali Uda hambar gak ada rasa lagi, jauh lebih enak rasanya kue buatan kakak.

diam aja dan makan terus itu pesanan orang bergengsi dan kue kakak kurang bergengsi kataku, sepupu aku ketawa aja. dia sudah paham maksud aku kemana.

kalaupun ada pesanan -pesanan aku gak pernah mau terima punya mereka dari pada kualitas kue ku turun gara-gara mereka lebih baik aku mundur, kenapa aku bilang begini dulu pernah waktu kawan se angkatan masih ngajar disekolah aku dia terima pesanan risol tuk guru-guru, sampe ke isiannya risol diprotes katanya Uda banyak wortelnya ketimbang kentang, Masya Allah dalam hatiku kenapa gitu kali, luar biasa orang-orang sok sempurna, aku ngomong sambil ngelus dada. begitulah mereka, ku sudah kapok dibuatnya.

hari ini aku sangat tersinggung dengan salah satu guru senior ketika acara sudah dimulai. aku gak tau kenapa dia sangat sentimen sama aku hari ini apa salah aku sama dia sama sekali tidak pernah tau, sakit kali hati aku, rasanya sakit ke ubun-ubun, aku gak ada kursi aku ambil kursi dibawah tenda Uda ditegur sama dia gak boleh ambil kursi itu karna itu untuk peserta yang berprestasi, yadah dengan berat hati aku Tarok balek, aku bilang sama kawanku kenapa baru sekarang dibilangin pas aku Uda duduk kenapa gak pas aku ambil dibilanginnya, itu teguran dia yang pertama, sekarang teguran yang ke dua

" ran, kamu kesana aja jangan duduk dibawah tenda karna kamu beranak kecil", kebetulan aku bawa Dais hari ini karna mas Umang belum tidur semalam, aku kan panitia acara juga seksi tamu, aku cerita sama kawanku lagi kenapa ya dianya aneh kali sama kau sentimen kali Hari ini, kawanku bilang aneh aja dia ya. terus yang ke tiga acara selesai aku balek lagi keruang TU karna salah satu guru minta surat yang Uda aku siapkan, rupanya semua kawan-kawan yang lain sudah membereskan tenda dan kursi-kursi. pas diajak berfoto dianya nyindir sambil ketawa dan sambilan jalan dia bilang pas didepan aku "aku besok bawa cucu aja lah biar gak payah kerja, bisa pegang-pegang cucu, deg hati ini bergemuruh.

dalam hatiku berkata lagi apa ya salahku sama dia aku cuma diam dan tak membalas apa-apa, biarkan saja dia berkarya hari ini, nanti ada waktunya ku balas, aku diam bukan berarti aku kalah kita tunggu aja tanggal mainnya, aku cerita lagi sama mereka kawan- kawan serumpun aku kenapa gitu lu ya. aneh kali dia sama aku, tadinya aku gak kerja ya, aku lari-larian dalam hujan melayani tamu-tamu tadi dimana matanya aku tarok-tarok kursi juga buat para tamu undangan dibawah tenda apa matanya sudah tertutup.

beberapa bulan kemudian....

lagi-lagi ada yang mengintegrasi aku, aku lagi-lagi disudutkan sama sang pemilik kantin, aku gak pernah cari masalah sama orang-orang tapi entah kenapa mereka sentimen aja sama aku.

hari ini aku sakit perut, baru buka mata sudah sakit, mules-mules aja rasanya, kalau perutku sakit kayak begitu gak bisa dimasukin makanan apa-apa, bukannya sembuh akunya yang tambah parah, terpaksa aku gak makan apa-apa dulu, tunggu perutku mendingan, rasanya ulu hati ini uda perih banget takut pula nanti kambuh lagi maag, aku berjalan gontai menuju kantin niat hati mencari makanan.

sesamapi dikantin aku ngomong sama ibu pemilik kantin kebetulan aku sudah dekat banget sama dia aku panggilnya kak ke dia, karna umurnya gak terlalu jauh dari aku hanya berkisar sekitaran 10 tahunan gitulah, jadi memang kayak kakak sama adeklah, kak nuri juga sudah anggap aku kayak adeknya, kalau aku gak bawa nasi aku tinggal buka aja majikom dirumahnya, aku selalu minta beli tapi beliau selalu kasih gratis, kecuali kalau uda dibungkus baru bayar, itu pun kalau gak habis laku selalu dibagiin begitulah murah hatinya kalau dalam hal itu.

tapi pagi ini aku gak tau kenapa dia marah-marah sama aku, gara-gara masalah buk waka ujungnya aku imbasnya, awalnya dia nanya baik-baik aku jawab, terus uda aku yang tersudutkan, aku gak mau perpanjang lagi masalahnya aku diam aja, padahal basanya dia bikin aku tersinggung rasanya sakit banget, ada juga aku jawab beberapa kata dia bahas masalah kunci ruang aku, katanya aku bawa pulang kunci, aku bilang gak pernah bawa pulang, udahlah melebar kemana-mana.

dia bilang lagi kamu tu masa pak udin dulu kepala sekolah sering kali gini gitu pokoknya macamlah dia bilangin ke aku, aku jawab alah kalau pak udin tu baik pun aku berbuat gak pernah betul juga akunya di mata dia, masa bodoh, yang penting aku kerja tugas aku.

aku sudah malas mendengar ocehan, karna aku gak akan pernah pas dan gak akan pernah beres dimata siapapun, rasa sakit terus menghantuiku, pagi-pagi mood ku langsung mendadak kurang bagus, padahal dari rumah aku pengen mengawali kerja dengan senyum dan keindahan hari yang penuh dengan warna warni, eh tau-taunya moodku hilang begitu aja dengar kata-kata yang manis semanis madu, yang bikin jantungku berdegup kencang karna menahan emosi yang gak tak tau kapan usai sekayaknya gak akan usai begitu saja, duh gusti Allah sakit banget.

selama aku hidup dan seumur aku sekarang, aku gak pernah punya musuh, dan gak pernah memusuhi orang, tapi aku gak tau kenapa orang-orang sering kali membicarakan aku yang selalu tentang keburukan saja, aku sempat heran juga, apakah yang ada dalam diriku ini hanya itu-itu saja, hanya bau busuk saja, mungkin kah begitu, apa mungkin dalam diriku tidak ada kebaikan sedikitpun walau hanya setetes air saja atau sebesar zarrah (biji sawi), seburuk itulah aku, se hina itukah aku, ya Allah tolonglah kuatkan hamba mu yang hina dina ini.

aku selalu berusaha tetap kuat ketika badai ocehan, hinaan dan lontaran kata-kata pedas yang menerpa aku, rasanya satu orang pun tidak pernah bisa aku percaya, dibelakang aku selalu saja aku jadi bahan gunjingan, gak ada tempat aku bersandar dan mengadu disana, aku selalu tersudutkan dan selalu disalahkan, aku ini tidak pernah ada benarnya sekalipun. padahal kadang-kadang yang aku bilang dan ide aku bagus tapi tepat salah namun pada ujungnya yang aku bilang juga pernah dipakek.

yang namanya kita bawahan dan rakyat jelata cuma bisa diam, pasrah dan terima keputusan apapun yang tepat menurut mereka, walaupun kadang kala berlawanan dengan batin dan hati nurani aku sendiri, aku cuma bisa menangis di sajadah merah, mengharap pembelaan dari sang yang maha adil, raja diatas raja, disana lah aku berpulang dan memulangkan segala masalah baik urusan duniawi maupun urusan akhirat.

karna kalau aku yang dhalim aku tersadar sendiri ketika karma itu balik ke aku, begitu juga sebaliknya, kadang kala aku sudah melupakan perbuatan sakitnya yang sudah lama-lama, tapi sang maha raja masih tetap bayarkan apa yang pernah dilakukan dan itu cash Allah bayarkan persis dan tepat didepan mataku sendiri, sampai aku menangis rintih dan pilu sambil berbisik lirih" ya rabbi aku sudah ikhlaskan semuanya, aku juga sudah melupakan semua yang sudah terjadi, namun kenapa ini kasih lagi panen yang pernah mereka tanam dulu ke aku, aku gak sanggup melihat hasil panen mereka didepan mataku, sakit banget ya Rabb. Kasian mereka.

kadangkala hasil panen tidak sesuai dengan rasa sakit yang mereka tanam ke aku dulu tapi Allah tetap bayar lebih sebagai bonus, kasian biarlah semua ini aku yang rasa jangan sampai orang lain turut merasakan kesakitan psikisnya kayak aku.