Chereads / Kesabaran belum berpenghujung Meniti Hidup Mandiri / Chapter 33 - Berkembangnya Bisnis Kedua

Chapter 33 - Berkembangnya Bisnis Kedua

Liburan semester ganjil baru saja usai aku gak mau ambil pusing aku gak bawa anak-anak kemana-mana, intinya kami gak liburan, aku Cuma menghabiskan sisa liburan pergi nyuci kesungai, kain yang sudah segunung tingginya sangking banyaknya cucian aku sangat-sangat kewalahan, membutuhkan waktu berjam-jam tuk nyelesai cuciannya, enaknya nyuci disungai karna bisa menghemat tenaga dan menghemat listrik, bisa mempermudah aku pas ngebilasnya, itulah aku lebih senangnya nyuci ke sungai bisa sekalian cuci mata rekreasi hati dan rekreasi mata juga.

Reza sudah mulai berkreativitas dengan usaha kami yang sedang berkembang, dia sudah mulai kewalahan menangani orderannya, katanya dia uda gak sanggup lagi sendiri harus nyari kawan satu orang buat bantunya, aku bilang nyari aja sendiri siapa yang cocok untuk kamu ajak kerja sama, iya katanya. Ini harus segera ni dan cepat kita cari, sangking banyaknya dan meledak orderannya kadang-kadang reza sudah lepas magrip langsung tepar tak berdaya. Alhamdulillah kataku ini bisnis kedua keduaku sudah mulai berkembang dan hasilnya sangat memuaskan.

Aku sempat bilang ke reza, jika kita berusaha dengan yakin dan tekun insya Allah rezeki akan datang, kamu ni bersyukur pas buka langsung dapat orderan yang banyak, kakak dulu pas jualan kue harus nyari warung-warung dulu tuk nitip kuenya kakak, aku malas kali ngomong sama dia padahal, karna dia orangnya gak akan pernah bisa dibilangin, orangnya ngeyel, suka malas-malasan. Maunya tidur aja gak peduli apapun.

Selama dia nikah dan udah punya istri Alhamdulillah ada ada perubahan juga sedikit demi sedikit, dan kami sangat menikmatinya dan menunggunya, sepertinya istrinya sudah mulai ngisi alias hamil, aku sudah mulai resah kasian mak dan aku akan menghabiskan uang jutaan rupiah lagi nanti, karna pas 7 bulanan nanti kami dari pihak cowok harus mengantar segala rupa dan segala jenis makanan minuman pokoknya macam-macam, yang sangat terkuras tenaga, energy dan uang, itu sebagai bentuk kemulian dari pihak lelaki menunggu anak atau cucu pertama yang akan lahir, Dan setelah lahir juga gak akan cukup dengan lahir aja, kita juga harus buat lagi acara tasyakuran turun tanah atau turun air anak bayi yang baru lahir.

Hari ini harus belanja lagi bahan-bahan material yang sudah habis, mereka yang uda jadi langganan supplier kami, tinggal telpon lagi aja, mereka siap meluncur dengan sigap, dan memang itu yang ditunggu mereka, aku sering bilang dan aku juga punya prinsip jangan disaat barang habis total baru kita belanja, kita harus punya stok kayak pasir dan semen harus ada stok yang tersisa jangan sampe kosong total, terus kita kan gak tau nanti sang supplier tersebut dia kan manusia juga entah dia sakit atau dia ada musibah yang gak bisa nyetokin bahan untuk kita dan semau kita disaat kita butuhkan segera dan saat ini juga, setidaknya kita masih bisa kerja karna bahan yang kita stokin masih bisa kita pakai dulu, jangan gara-gara gak ada bahan-bahan kita harus berhenti kerja, kan rugi jadinya, okelah kalau lagi gak banyak orderan aman-aman dikit lah tapi coba kalau lagi banyak orderan bisa-bisa pelanggan kita lari nanti nya karna lama kali proses pembuatan, namanya aja pelanggan, kan macam-macam-macam tingkahnya, kalau dapat pelanggan yang yang sabar lumayan, kalau dapat pelanggan yang serba buru-buru dan mau cepat-cepat aja, mampuslah nantinya, aku selalu bilang nyetokin paling banyak atau paling sedikit setidak diatas 5 sak semennya, dan pasirnya setidaknya sekitan setengah truk gitulah.

Reza yang lagi istirahat sebentar karna waktunya sudah siang, dia mau makan dan shalat zuhur, baru saja dia mau beranjak tiba-tiba telpon aku dan telpon dia bordering barengan, kami langsung menjawabnya, rupanya ada lagi yang mau pesan dan ini juga dalam jumlah yang sangat-sangat besar melebihi dari kemaren, kami berdua shok bersamaan dan terkaget-kaget, dikasih waktu dalam tempo 1 minggu harus sudah selesai, yang pelanggan sama reza setidaknya lama waktunya 10 hari harus sudah selesai juga, aku dan reza langsung berpandang pandangan, kami berdua sumringah menunggu rezeki yang datang bertubi-tubi, untung aku gak pingsan, berarti hari ini dalam menit yang sama kami dapat 2 orang pelanggan baru, semoga mereka puas dan next time balek lagi sama kami, reza dan kawan kerjanya sudah mualai kewalahan juga menampung orderan yang kian hari membeludak, Alhamdulillah ya Allah rezeki anak shaleh dan shalehah dan calon si jabang bayinya reza.

Berselang dua hari reza selesai orderan dua pelanggan baru kami, tiba-tiba dia dapat orderan lagi yang jumlahnya juga lumayan besar, makin lama dia makin kewalahan dan dia hampir mengeluh karna kekurangan tenaga dia bilang ke aku lagi:

" kakak, kayaknya ni kita harus tambah karyawan lagi, gak mampu lagi kami Cuma berdua aja, katanya"

" cari aja terus siapa yang kamu percaya, kakak terserah kamu aja, kan dia kerja sama kamu, kamu nanti yang pakek jasa dia, kakak mana tau"

" iya walaupun aku yang cari, aku kan harus lapor ke kaka dulu, kan kakak bos nya disini, aku Cuma pekerja, ledeknya sambil terkekeh ke aku"

" mataku membulat dengar apa katanya, sambil nyengir dan bilang BOssss??? Hahaah"

Padahal aku gak pernah merasa seperti itu, iya memang ini modal aku semua, aku yang punya, dia Cuma pekerjanya saja, tapi gak lah sampe segitunya, dia itu kan adek aku, kita kan harus sama-sama juga merintis usaha ini, aku diam aja mendengar apa katanya, reza lagi berusaha juga mencari siapa kawannya yang bisa tuk diajak kerja dan yang bisa membantunya, kalaupun gak bisa kerja aku bilang yang penting rajin dan bisa diajarin, masalah belum pande gak masalah bagi aku yang penting orangnya mau bekerja dan mau belajar, orang yang seperti inilah yang aku cari, tuk apa yang pinter tapi malas dan sok berkuasa, aku selalu bilang gitu reza, Alhamdulillah juga dalam hal ini kita sepaham dan sepakat seperti dari kataku yang dari awal.

Dan sebelum kami merintis usaha ini kalau versi aku ini usaha atau bisnis ke dua aku, kami uda rapat kecil-kecilan aku tanya ke dia mau nya nanti kita gimana, kamu mau kita bagi hasil atau gaji kayak pekerja, katanya dia lebih milih gaji pekerja aja, dia gak mau bagi hasil, aku mau gaji karyawan aja kakak, kan ini uang kamu modal kamu, aku Cuma jadi pekerjanya aja nanti katanya, ya seperti kemauan dia sekarang dia betul-betul pekerja dan dia juga yang menghandel semuanya, aku Cuma ambil uang yang tuk modal putaran kedepan lagi, selebihnya urusan dia, masalah absen kehadiran dia yang tulis, aku Cuma bayar uangnya aja ke para pekerja, dan mulai dari awal sampai sekarang sudah berkembang, boleh kita bilang sudah maju dan kemajuan ini sangat pesat malah, aku bahagia karenanya.

Mak dan ayah aku semakin lama semakin bahagia menikmati dan melihat hasil kerja sama kami, yang dulunya kami tak pernah akur berdua, tak pernah akur karna rezanya anak yang sangat keras kepala anaknya pelawan gak bisa dibilangin sama sekali, membantah pokoknya lengkap semua sama dia, nanti ujung-ujung betul semua yang aku bilangin, itulah karakter reza, bahkan tidak jarang kami sering kali bertengkar perang mulut, karna adu argument yang akan pernah benar apa yang kita bilang.

Hari ini adalah hari pergantian tahun tepatnya tahun baru masehi tanggal 1 januari, biasanya kami sekeluarga berkumpul berpergian tuk rekreasi sama – sama, aku, reza, kirana dan rizka, sekarang sudah rame dan udah pada nikah kecuali kirana yang belum nikah, padahal pada aturannya yang harus nikah duluan kirana bukannya rizka, karna kiran atau kirana lebih tua dari pada rizka, Cuma kiran gak mau nikah duluan dia maunya setelah sarjana baru nikah, rizka gak mau kuliah lagi, dia bertahan sampai di semester 4 saja, karna dia gak mau capek-capek ngerjain tugas kuliah, akhirnya kiran dilangkahi sama rizka alias ika, jadi sekarang anak mak kami ber 4 Cuma kiran yang belum punya pasangan halal, padahal calonnya dia uda minta lamar, kirannya aja gak mau, takut nanti kejadian kayak aku nikah sambil ngegendong anak, aku bilang walaupun ngegendong anak, ujung-ujungnya sarjana juga kan, bisa juga berkarir sambil kuliah dan sambil ngegendong anak.

" tulah kak, aku gak bisa kayak kakak, aku gak mau ada sangkut paut dulu sama status , masih betah dengan status sekarang belum mau menjadi status istri, heheh, katanya sambil tersenyum"

" terserah kamu aja, tapi ingat dan fikirin juga umurnya uda mau 30 an tu"

Kirana ini tipe yang suka berubah-ubah, aku selaku kakaknya bingung gak tau bagaimana cara dia berfikir, kuliahnya aja uda 3 kampus, ini yang lumayan bertahan, wajar aja uda mau 30an umurnya, masih belum sarjana, terus dia termasuk orang yang high, anak orang kurang mampu, masih berani dia ambil kuliah jurusan teknik arsitektur, aku aja ngeri-ngeri sedap, karna takut nantinya gak mampu, kasian dia, dan bener aja apa kataku, dia sering kelaparan disana, Cuma dia sama kayak aku gak mau tinggal diam tanpa uang, dia juga buka usaha kecil-kecilan, bikin buket, segala jenis buket, bikin cemila dan makanan, bikini salad buah, semuanya dijual online sama dia, alhamdillah lepas-lepas untuk jajan dan bisa dia buat tugas dengan uang hasil keringat dia sendiri, aku juga sering bantu dia kirimin jajan untuknya.

Kami berempat yang beda pemikiran Cuma reza sendiri, dan yang kurang dan jarang perhatian kekeluarga Cuma reza, dia asik dengan dia dan dunianya sendiri, kami bertiga sesame perempuan, rasanya dari dulu-dulu semenjak aku kecil dan sampai saat sekaran ini, kami selalu sefaham, selalu sepakat, selalu seayun langkah dan sering bahu, kami juga saling bantu membantu dan saling bahu membahu, walaupun sekali-kali ada salah faham, ya itu wajar dan gak berkelanjutan, palingan sebentar aja dan selesai, dan bahkan tidak jarang reza sering tinggal dalam segala hal, karna dia selalu ngumpet dan diam dikamar diatas, macam gimana gitu ya.

dan liburan tahun baru sekarang uda rame keluarga kami, aku udah berempat yaitu keluarga kecilku, rizka uda punya suami dan reza uda punya istri, tinggal kiran yang masih singgel, seharusnya karna uda bertambah anggotanya, uda rame dan kami uda gak kekurangan begitu juga dengan mak, gak akan kesepian namun justru pada kenyataannya itu semua tidak sesuai realita dan apa yang mak harapkan, mungkin mak pengen hari baik bulan baik karna ini liburan, pengen anak-anaknya berkumpul semua, tapi sayang Cuma aku dan mas umang yaitu keluarga kecilku yang bisa bawa mak jalan-jalan, sedang reza yang dekat aja dia lebih memilih pergi ke sungai dengan keluarga barunya, dan keluarga besar istrinya, rizka yang jauh dan tinggal terpisah dengan kami, gak terlalu jauh kali juga tetangga kabupaten sampe dal tempo 2 jam kalau kita pulang pergi, dia juga gak bisa bergabung sama kami, karna di kantor suaminya juga buat acara untuk menyambut tahun baru, mertua rizka yang awalnya berjanji mau gabung sama kami juga tak kunjung datang.

Awalnya kami berjanji dengan keluarga mertua rizka untuk pergi sama-sama ketepi sungai, disitu aja kita rekreasinya nanti, aku telponan sama nivi adeknya suami rizka, kita pergi habis asar karna aku harus pergi tunaikan nazar dulu ke mesjid yang terletak lumayan jauh dari rumah aku, selesai dari sana kita langsung gerak, aku siapin masak-masak dulu, setelah semuanya selesai sudah ku isi kedalam rantang aku langsung berangkan tuk menunaikan nazar aku sesuai yang aku ceritakan ke nivi dan mertuanya rizka, handphon aku gak tau aku tarok kemana, dari tadi bordering Cuma terdengar suaranya aja, posisinya aku gak tau dimana, aku yakin itu pasti nivi yang nelpon, karna sudah tidak terburu waktu aku putuskan hanphone alias hp aku tinggalin terus dan tidak aku cari lagi karna gak ketemu dari pada telat mikir aku gitu.

Setelah aku selesai bayar dan tunaikan nazar aku, aku langsung pulang kerumah, menjumpai mak, rupanyanya mak lagi shalat, Cuma ayah yang duduk disofa tungguin kami, rantang yang aku tarok tadi masih ditempat semula belum berpindah tempat, aku bilang dan tanyakan ke ayah, belum sampe orang nivi yah?, belum kata ayah, ya Allah apa lagi ni udah sore kali udah jam setengah 5 atau jam 17.30, gak usa kita tungu lagi kita berangkat terus aja lagi, iya kata ayah, nanti sore kali gak puas mandinya, kasian anak-anak, kata ayah lagi, aku bilang ke ayah, ni ada ikan, mi goreng, dan sambal daun bawang, ayah makanlah, kan ayah gak ikut, aku buka rantan, aku ambil sikit tuk ayah, aku isi ke dalam piring, aku kasihlah mie goreng khas aceh ke ayah ku dank u isikan dalam piring, karna kalau aku yang bikin mie nya mereka suka, aku kurang terlalu banyak masukin penyedapnya.

Setelah aku dan mas umang sampai ke sungai, aku cari tempat yang enak untuk kita duduk, anak-anak aku turunin aku langsung jemput mak kerumah, karna kebetulan jauh tempuh rumah mak ke sungai gak terlalu jauh, kalau jaman dulu kami jalan kaki aja ke sungai, sampai disana disungai kami uda ada diposisi aman, aku langsung buka rantang kasih anak-anak makan, mas umang dan juga mak, terakhir baru aku, sambil duduk mak nyeletuk mungkin keceplosan kadanga ya mak bilang

" dulu sebelum nikah diyanti gak kita ajak pun, bareng-barengan kesini sama kita pas ada acara makan-makan tahun baru, sekarang jangankan pergi sama kita diajakpun kita gak"

" aku dengan nada kesal dan sedih aku bilang ke mak, kepengen kali emangnya mau pergi sama mereka, gak usah terlalu berharap, ni uda dibawain mak, kan pergi makan-makan juga ni, walaupun gak ada mereka kan mak gak kami tinggalin juga kan"

Miris kali rasa hati ini mendengar kata-kata mak tadi, sedih kali bukan main, rasa hatiku ini sudah campur aduk tak karuan, aku bisa memahami perasaan mak, kadang mak sedih sama reza, reza pun satu, hari baik bulan baik apa salah basi basi ke mak bilangin mak kami mau pergi makan-makan sama keluarga diyanti, mak gak usa ikut aja, aku malas sama keluarga mereka, kan bis abilang kayak gitu, ni gak sepatah kata pun gak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, ambil Honda langsung berangkat dengan nada yang kurang lah gitu, dan menurut cerita dia ke rizka dia udah ajak aku tapi akunya gak mau, padahal sepatah katapun ada yang keluar dari mulutnya yang terangkai menjadi sebuah kalimat ajakan, aku bingung juga pas rizka bilang gitu ke aku.

Aku certainlah semua kronologinya ke rizka, ke kiran belum sempat aku cerita sampai saat ini, rupanya rizka marah besar ke reza, rizka telpon kiran hampir nangis certain semua ke kiran, kiran kan tau sendiri orangnya, kiran bilangin gini ke rizka "alah ngapain pergi makan-makan udah tua-tua, bukannya tidur-tiduran aja dirumah", rizka agak sedikit marah ke kiran dan sambil ketawa, kalau rizka panggilnya kak na ke kiran, dibilangnya sedih kali aku kak na euk dengar cerita kakak, katanya pas tahun baru mereka gak kemana-mana, mak gak ada siapa yang bawa, untung ada kakak yang bawain ke sungai, sakit kali hati aku sama abang, kenapa dia gitu kali ya, dari belum nikah sampai uda nikah gak pernah berubah-berubah, selang beberapa hari kemuadian setelah cerita tahun baru aku di telpon rizka katanya dia ajak aku keluarga kecilku dan keluarga kami yaitu mak aja tu bakar-ikan di tempat yang berbeda, di sungai juga, tapi ini sungainya dijalan menuju bukit, kalau disini dibilangnya pegunungan, padahal gunungnya gak tinggi, masih masuk dalam kategori bukit, aku bilang boleh-boleh aja, tapi dia lagi gak mau ajak mertuanya maunya kami-kami aja yang pergi, dia tanyain ke aku ikan nila berapa sekilo, mana aku tau, orang aku gak suka, katanya suaminya mau pergi bersama tim kantornya ke negeri diatas awan, aku yang selalu menyebutnya negeri diatas awan karna itu kampung dikabupaten tersebut memang terkenal dengan kedinginan yang buat orang gak kuat kalau belum pernah pergi kesana, aku sangat suka berkunjung ke daerah itu selain pemandangannya indah, disitu terkenal dengan perkebunan yang indah, yaitu Perkebunan kopi, gunung-gunungnya yang indah diselimuti kabut. (di next part author akan ceritakan indahnya negeri diatas awan), suaminya rizka liburan Cuma beberapa hari, jadi rizka manfaatin waktu libur suaminya tuk liburan juga dengan keluarganya, karna rizka gak ikut dengan suaminya, orang kantor tu juga gak bawa istri-istri mereka, Cuma anggota tim kantor aja yang pergi.

Hari yang kami janjikan hampir tiba rencananya besok kan minggu pagi-pagi mereka pergi kelaut tuk cari ikan nila, jadi sore ini aku ma siap-siap pergi nyuci kesungai besok pagi tinggal jemur aja, karna hari minggu aku fokuskan untuk menggosok saja, rupa-rupanya aku lagi asik mencuci datang tetangga ayah kakak sepupu aku juga, dia manggil kami dari atas, tanyain mak aku kemana, mertuanya rizka uda sampai dirumah mak, aku dan mas umang bilang gak tau, tadi sebelum kami pergi mak sama rizka masih ada dirumah, mungkin setelah kami pergi mak juga pergi gak tau juga, coba telpon rizka kata kakak tu, aku bilang gak bawa hp kak, hp tinggal dirumah, namun setelah dia pergi baru ingat hp dalam kantongnya mas umang, aku bilang ke mas umang, ka nada abang bawa hp tadi, bukannya di kantong abang, alah biarin aja, rupa mas umang juga lagi kesal sama sama mertuanya rizka, aku gak tau apa permasalahnnya, dia kayak lagi malas aja, aku belum sempat tanya ke mas umang, kenapa.

Pagi-pagi aku sudah bangun, walaupun hari minggu tidak membuat aku tuk malas-malasan aku jemur terus pakaian atau baju-baju yang aku cuci kemaren sore, terus aku beberes rumah, aku cabut rumput dibelakang rumah aku juga tak pernah absen bakar sampah, setelah bakar sampah, niat hati mau menggosok, rupanya gosoan gak ada aku kan pelupa, pelupanya parah banget, uda capek aku mondar madir cari gosoan kalua aku ngegosok mungkin sudah setengah ember habis, jadi waktu aku terbuang sia-sia aja tuk mencari gosoan, akhirnya aku putuskan telpon rizka, aku tanyain gosoannya mak, aku mau pinjam, kata rizka ada biar aku yang antar ke rumah kakak katanya, ok cepat ya kataku.

Sesampainya dirumah aku, seperti yang aku fikirkan sedikitpun tidak meleset dari yang ada difikiran aku, rizka langsung bahas masalah pergi makan-makan dan bakar ikan, aku bilang kemaren sore kak liana cari aku sampai kesungai katanya mak kamu dirumah mak, terus orang kalian kemana dicariin kak liana kalian gak ada dirumah, tulah tu, kenapa pula orang tu pergi kesini hari ini ya malas kali aku, orang tu juga ajak makan-makan juga, malas kali aku kak, dia bercerita panjang lebar, balek lagi dia tanya ke aku jadi intinya gimana ni kak, jadi atau gak nya kita pergi, terserah kalian, sempat adu argument juga antara kami bertiga mas umang nyerang kami berdua sama rizka, kenapa pula kamu malas kalau mertua pergi mas umang rada-rada ngejek dan nyindir candaiin rizka, bukan gitu masalahnya bukan aku gak mau sama mertua bang, karna mereka udah dimanjain sama bang Arfin kemaren tu pas mereka nginap dirumah, mereka uda juga diajak jalan-jalan uda dua kali makan bakso, sekarang giliran kalian pula aku bawa, mas apin (aku lebih sering nyebut apin tuk suaminya rizka) aja bilang gak usah ajak lagi mamaknya, bukan aku yang gak mau ajak, pada dasarnya aku gak mau ajak juga, eh tau-taunya mereka datang sendiri, malas ahh.

"Jadi intinya gimana nih bang, tanya rizka ke mas umang"

" gak apa-apa biar aja mereka pergi kita bakar aja ikan"

" ydah sekarang dimana kita beli ikan, aku maunya ikan nila kata rizka"

" kalau ikan nila berarti kalian aja yang makan, kakak gak bisa makan berati"

" nanti kami beli ikan tongkol tuk kakak"

" yadah siap-siap terus"

Sambil mas umang siap-siap kita cerita lagi lu kak, di curhat panjang lebar uda hampir sejam di rumah aku, dan bener lagi firasat aku, nivi sampai kerumah cariin rizka, mas umang mau mandi katanya mana kopi abang dek, yaAllah baru bangun itu langsung ditanyain, siapa suruh bikin kopi enak, makanya kan ketagihan abang, sambil merepet aku n goceh-ngoceh yadah besok-besok adek bikin garam aja ke kopi biar abang senyum minum kopi buatan istri abang, rizka juga nyeletuk sama kayak mas apin mie dan kopi buatan istri abang kata mas apin gak ada duanya, jadi yang lain gak enak kata rizka ceritanya panjang lebarlah, setelah tu rizka langsung motong cerita yaudah gak usah panjang kali ceramah abang siap-siap terus, biar cepat gerak kita.

Apapun cerita mau ngapain kalian hari ini terserah, pokoknya kakak siapin gosoan yang udah menggunung nih, seabrek pula banyaknya nih, kakak gak bantuin ya, mereka uda siap mau beli ikat ke laut, langsung gerak, setelah mereka pulang, aku sama sekali gak peduli apa yang mereka lakukan sedikitpun aku gak bantuin, aku focus dengan kerjaan aku menggosok, mereka bertiga langsung bersihin ikan aja, dibilang sama rizka kak bakar ikannya nanti pakek bumbu putih ya, bumbu kuning maksudnya, iya katanya, aku gak juga beranjak masih sibuk dengan kegiatan aku, sambil ngebersiihin ikan rizka manggil aku lagi kak, hampir siap nih, kakak buat terus bumbunya, bak tenang gak lama tu bentar aja siap, minta tolong nivi terus kupas bawang biar kakak kasih tau takarannya semana, kan kamu bisa juga buatinnya, aku buat nanti gak enak kak, kakak yang aja yang buat, bumbu buatan kakak enak, alah alasan aja kamu, hai iya kak, beneran aku bilang, biar cepat siap. Ikan uda siap dibersihin, bumbupun siap, aku bilang balurin terus bumbunya biar meresap, kata rizka gak nanti aja disana kak, sekarang terus biar merersap nanti tambah enak dan gurih, iya juga ya kata rizka.

Mak aku dan mertua rizka dirumah mak mereka juga kerja rupanya, mereka masak nasi, nasinya di kukus sebanyak 1,5 bambu, sayur rebus juga gak ketinggalan, kataku sambal kecapnya nanti aja kita buat disana, sambil nunggu masak ikannya kita buat terus sambal kecapnya, gak lama tu kita cincang-cincang nanti, dari pada kita melangak-langak nanti, mending kita disana aja, bawa aja keperluannya tuk bahan-bahan sambal kecapnya, pisau juga jangan lupa ya, kita tunggu nasi nya belum matang sikit lagi, langsung berangkat, bersambung