Chapter 32 - Kelimpungan

Sudah berapa hari berlalu tokoku makin hari makin bertambah rame aja, suamiku sudah mulai kelimpungan sendiri melayani pelanggan, baik pelanggan yang diluar maupun pelanggan yang didalam, sambil beli kue dan sarapan pagi sempat-sempatnya mereka lirik kedalam galeri, kayaknya harus cari orang tuk bantunya, belum lagi orang yang beli minta dibungkusin kado kan tambah lama prosesnya, kertas-kertas kado memang sudah aku buat semuanya bermacam-macam model sudah ku bentuk, suamiku tinggal masukin aja dan lem dibagian bawahnya, kalau ada sekali beli 5 orang kan memakan waktu juga tu, kasian juga beliaunya.

Pagi-pagi mak dan ayah sering juga bantu-bantu aku Cuma gak tega aja sama orang tua, biarin aja mereka istirahat sekarang bukan waktunya lagi mereka tuk bekerja, yang namanya orang tua mana pernah betah duduk diam saja, katanya biar ada gerak keluar keringat segar jadinya, yadahlah aku biarin aja, yang penting mereka senang, gak lama lagi mertua ku mau datang nih sama adek ipar perempuanku, karna bulan depan dirumah mak mau pesta resepsi adek laki-lakiku, senang rasanya.

Dari semenjak toko ku buka, aku setiap hari menyisihkan uangnya dari hasil jualan kue dan barang-barang yang ada di gallery aku, aku simpan semuanya di dalam celengan, anak-anak juga aku bekali semua celengan per satu orang dais dan arum semangat kali masukin uangnya, tiap hari masukin harus masukin uangnya, uang yang mereka celeng semua uda punya target, begitu juga dengan aku, aku juga punya target dulu aku pernah bilang ke mas umang, andai punya uang nanti pengen mengumrahkan ke dua orang tua kami, orang tua aku dan orang tua mas umang yaitu mertuaku sendiri, kalau haji kan lama ngumpulin uangnya juga lama kali, makanya ambil cara mudah aja yaitu umrah, biar kedua orang tua kami bisa lebih cepat bisa menginjakkan kakinya ditanah haram., semoga aja impianku disuatu hari nanti bisa tercapai, aku pun selalu selipkan doaku, ya Allah mudahkan rezeki kami, jadikanlah kedua orang tua kami tamu kehormatan dirumahmu, panjangkanlah umur mereka, agar aku bisa menunaikan janjiku ya Rabb.

Semua kebutuhan dan impian anak-anak sudah aku penuhi, tinggal satu lagi yang belum sepeda belum kami beli, kami juga mengajarkan anak-anak kalau menginginkan sesuatu harus didapatkan dengan cara berusaha, jangan Cuma bisa minta dan mengandalkan pemberian orang tua, makanya aku dan mas umang bekali mereka celengan, aku juga mengajarkan anak-anak gimana cara mendapatkan uang, setiap mereka bantuin aku bikin kue aku bayar mereka 5ribu per hari, uangnya itu ditabung, aku juga kasih uang jajan tiap hari untuk mereka jajan, alhamdulillahnya anak-anakku sangat bisa diatur dalam hal keuangan.

Walaupun arum masih kelas 3 SD aku sudah mulai mengajarkan dia masak nasi, cuci baju, beresin rumah, beresin tempat tidur dan juga cuci piring, kalau arum menginginkan sesuatu dia langsung lapor ke aku " mi kakak uda siap beresin rumah tempat tidur juga uda rapi, kakak nonton laptop ya, kakak pinjam laptop ummi ya". Aku termasuk orang tua yang kejam kalau dalam hal mendidik mereka teruta masalah kerapian dan kedisiplinan, kalau mau nonton harus udah mandi, uda rapid an udah wangi, begitu juga dengan adeknya jangan kakaknya aja rapi dan wangi, aku juga mengajarkan saling tanggung jawab, walaupun dais masih kecil aku juga sudah mengajarkan cara beberes mainannya.

Aku gak peduli apa kata orang, pernah aku dikatakain sama kawan-kawanku eksploitasi anak, aku bilang aku mau mengajar anak-anakku mandiri itu latihan dan gak aku suruh setiap waktu, palingan dalam sebulan sekali, itupun belum tentu aku suruh, kadang-sebulan sekali juga belum tentu aku suruh, kasian juga arum pergi sekolah pagi pulangnya jam 15.00 belum lagi sampe kerumah masih dijalan aja udah ngaji asar, dia juga harus siap-siap tuk pergi ngaji, dia ngeluh kecapean juga kadang-kadang kasian juga, capek kakak mi, aku bilang nanti pulang ngaji kakak langsung istirahat sampe malam, malam fokus main aja dan nonton dan juga palingan ulang-ulang pelajaran aja.

Aku juga bilang adek sama kakak ini celengan ini diisi sampe penuh ya, nanti kalau uda penuh kita beli sepeda, anak-anak dengan semangatnya setiap hari bantuin ayahnya jaga galeri dan kue. Alhamdulillah hidupku sekarang sudah mulai berwarna, sudah mulai berubah menjadi lebih baik, 180 derjat berubah dari susah menjadi senang, kita juga harus bersyukur apa yang Allah kasih, syukuri, nikmati dan jalani aku juga selalu memotivasi diri dengan kata-kata itu, aku juga tak lupa mengajarkan kepada anak-anakku, kalau kita berada dibawah jangan lupa bahwa ada yang lebih dibawah kita lagi kita bersyukur udah punya rumah dan motor dan juga lainnya, Cuma kekurangan uang sedikit saja itulah Allah uji kita, kira-kira kita mampu gak bertahan, ingat gak sama Allah, dengan ujian yang seperti ini Allah mau lihat kita menjadi lebih baik atau mau menjadi lebih buruk, dan juga aku tak pernah lupa bilang sama mereka ketika kita berada diatas jangan pernah lupa sama orang yang masih dibawah, bantu mereka ajak ke atas, kasihani mereka, kita harus dermawan, kita harus sering berbagi dengan kelebihan yang kita punya, sedekah itu gak akan buat kita miskin, justru sedekah itu yang akan membuat kita kaya, secara real memang uang atau barang yang kita sedekahkan itu akan berkurang tapi secara pahala itulah rezeki kita yang kita titipkan didunia nanti pas kita sudah dialam kubur dialah yang akan membantu kita, kalau aku udah ngomong kayak begitu mereka dengan sering mendengarkannya tanpa membantah sikitpun dan mangut-mangut aja.

Aku kadang-kadang sama anak-anak harus serba bisa karna anak jaman sekarang sangat jauh beda dengan anak jaman dulu, anak jaman sekarang harus pintar-pintar kita mengakali juga harus banyak akal, tetapi aku gak akan pernah kehabisan akal, ada aja yang aku lakukan, aku harus jadi seperti orang yang multi talenta didepan mereka, tiba-tiba jadi ustazah eh setelah tu jadi guru, kadang-kadang juga jadi penceramah, kalau aku jadi penceramah sama mereka harus ada timbal baliknya, aku pasti bertanya dan harus tau harus ada yang menjawab.

Pesta adik laki-lakiku tinggal menghitung hari nikahnya sudah siap hari senin kemarin Hari H nya tinggal beberapa hari lagi, dirumah sudah mulai sibuk mulai buat Tape sibuk mencari daun pisang untuk bungkusan tape, bikin kue lapis, karna kalau adat disini pesta tu hampir sampe 1 minggu kita sibuknya, belum lagi setelah acara sibuknya juga luar biasa, sibuk beberes rumah, sibuk buka kado yang sudah menggunung, begitu juga gula harus kita hitung dan kumpulin sampe bebera karung hampir mencapai 500 kilo, belum lagi telor sampe ratusan papan, pokoknya pusing dah selesai pesta, rumah tu macam gudang, gudang kado, telur dan gula.

Mak orang yang murah hati kadang dibaginya tuk orang-orang sampe 1 papan telor per rumah, gula 1 kilo kado yang uda dibuka juga dikasih ke saudara-saudara ayahku disini, giliran dirumah mereka ayahku ada yang gak pernah dikasih apa-apa, kasian ku tengok ayahku.

Kalau pesta di sini harus betul-betul persiapan yang matang, menghabiskan uang puluhan juta itu pestanya yang standar aja Cuma undangan sekitaran 500 orang beda jauh dengan pesta ketika aku nikah, luar biasa undangannya, undangan yang aku cetak aja mengahiskan kertas hampir empat rem, kita bulatin aja jadi ya, 3 rem x 4 = 1.200.000 lembar karna undangannya dalam satu lembar kertas bisa menghasilkan 4 lembar undangan, itu pun ada yang yang dikasih undangannya karna uda mepet waktunya gak sempat di cetak lagi karna gak sempat lagi aku cetak jadi yang ketinggalan, mak dan ayah ngundangnya secara lisan aja, itupun masih banyak juga saudara yang di gak diundang sama sekali sengaja mak dan ayah tinggalin karna mak mikir masih ada 3 kali lagi pesta nanti.

Setelah pesta kita langsung bisa toko, hasil dari kado bisa balikin modal, mak dan ayah menjual kado beberapa yang tidak dibutuhkan, ada yang dtinggalin karna banyak yang diringgalin jadi mak Cuma dapat sekitaran 3 juta rupiah aja, hasil jualan telur mencapai 6 juta lebih, hasil dari jualan gula juga banyak aku gak ingat lagi berapa, itu pas aku nikah ya pesta aku, lebih kurang hampir mencapai 20 juta yang ayah dan mak dapat, belum lagi uang dari amplop, lebih kurang 3 juta kalau gak salah. Pesta reza gak terlalu banyak karna yah undangan tadi dibatasi baru akja siap pesta tahun lalu nikah rizka dan resepsi juga menguras semuanya.

Yang paling bahagia aku, aku dapat paling banyak, mulai dari daster, baju tidur, selimut bulu, seprey emboss, dan banyak lagi yang mak kasih kayak peralatan rumah tangga, tirai anti nyamuk, set gelas barang cantik dan unik-unik lainnya, baju tidur dan daster aja setengah lusin lebih aku ambil belum lagi piama tidur, pokonya panen banyak lah, jelbab juga dikasih sama rizka, kata dapat jelbab syari 5, kita dapat satu seorang ya, alhamulillah kataku. Kado yang dibawa sama orang yang aku yaitu kawan-kawan aku semua dikasih untuk aku sama mak, ya aku gak egoislah harus mengambil semuanya, aku ambil seperlunya aja, mak juga kekeh harus aku ambil, terpaksa aku ambil seperlunya aja, padahal gak mau ambil karna uda banyak ku ambil yang lainnya. Sang suami pun gak mau kalah mas umang juga minta tolongin aku kalau mak nawarin nanti, adek bilang abang mau sajadah tebal tu ya yang warna merah,

" apalah abang nih gak mau bilang gitu" kataku sambil tersenyum manis hehhe".

" kana bang gak minta, kalau ditanya"

" kalau gak ditanya gimana"

" yaudah katanya"

" itu sajadah tebal lo, sajadah mahal tu, hampir 200 ribuan harganya"

" kalau dikasi yah alhamdilah, kalau gak dikasih gak apa-apa"

Aku nyetuk lagi, apa yang gak dikasih untuk menantu tertuanya, sekaligus menantu kesayangannya hehehe kata ku lagi. Bener aja seperti kataku, apa yang diinginkan mas umang dengan mudah ia dapatkan begitu saja, awalnya mak agak berat ngasihnya karna Cuma 2 aja. Yadah dikasihlah satu untuk mas umang. Semua adik-adik ku mengejek sinis mas umang sambil mereka candaiin mas umang, heuh tuk menantu kesayangnya gimana gak., mak tersipu malu, sambil senyum menjawab kata-kata adikku, sayang kita tengok ayahnya Arum capek kali dia, gak berhenti-henti kerja bantuin kita, untunglah ada dia, kalau gak kelimpungan kita semua, Cuma sama dia yang bisa kita andalin.

Bener seperti kata mak, Karna suamiku mas umang orang yang paling peduli dan paling peka dalam segala hal kalau dirumah mertuanya yaitu mak aku, gak salah adik-adikku melebelinya dengan menantu kesayangan dan menantu pujian, apapun yang dilakukan dan dibuatnya selalu dapat pujian, gak pernah salah dimata keluarga istrinya yaitu keluarga aku, suamikulah tempat mereka berteduh dan tempat mereka mengadu, sekaligus tempat bertukar pendapat, kalau ada apa-apa mereka lebih sering minta bantuan ke mas umang ketimbang abang kandungnya sendiri. Daan Setelah acara semuanya tepar karna uda kelelahan, semua terkuras secara paksa.

******

Rasa bahagia kini selalu menghampiriku, aku yang dulunya selalu selalu murung, sedih dan sering kali menangis, tapi sekarang sudah berubah lebih ceria dan lebih bahagia, betul kata seseorang dulu kalau gak salah namanya pak umam, aku sempat nyimpan video beliau, aku abadikan di channel youtube aku, ups malu rasanya bilang chanel youtube karna aku Cuma ngonten abal- abalan gak terlalu serius, ingat banget kata-kata bapak tu dan sekarang itu yang aku jadikan inspirasi aku sebutinnya satu aja ya" uang bukanlah segala-galanya, tapi segalanya butuh uang, so carilah uang sebanyak-banyaknya".tapi carilah uang yang berkah katanya, uang yang berkah akan berada diorang yang tepat.

Aku selalu mempraktekkan dalam kehidupanku sehari-hari dan selalu mensugestikan diri dengan kata-kata yang positif, aku selalu berbaik sangka sama Allah, karna Allah tidak akan pernah menguji hambanya diluar batas kemampuan hambanya, Allahlah satu-satunya tempat aku bermohon, aku bergantung dan aku luahkan segala rasa disajadah merah, karna dirumahku kebanyakan sajadah warna merah, aku serahkan segenap jiwa dan raga dengan penuh keyakinan, aku akan berubah 100 % dan 100 derjat Celsius disuatu hari nanti, dulunya aku paling sering duduk diatas kasur menghadap ke jendela kamar sambil menopang daguku dijendala kamar tatapanku kosong kearah sawah, fikiranku melayang-layang dan air mataku mengalir dengan derasnya.

Sekarang semua masa itu akan ku kenang baik-baik, tidak pernah hilang dalam ingatanku, masa dimana aku pernah diremehkan, direndahkan, semuanya akan kembali ke sipemilik rasa, pelan-pelan si penabur rasa sakit itu mulai Allah balas, aku akulah saksi nyata hidup, ketika yang mereka lakukan ke aku dulu sekarang mereka yang rasakan, dulu mereka menanam rasa kepada aku sekarang Allah kasih saatnya tuk mereka petik rasa yang pernah mereka tanam dulu, walaupun aku pernah disakitin saat itu, tapi ketika karma itu balik ke mereka, aku sempat sedih dan kefikiran kenapa itu terjadi, tapi kayak ada yang bisikin ditelingaku, Rani !, coba lah ingat-ingat kamu jangan menolak lupa, inilah yang pernah kamu rasain dulu, aku sempat syok, sambil berurai air mata, memohon ampun sama rabbi, ya Allah jangan kau hukum aku seperti ini nantinya, suatu hari nanti janganlah ini sempat terjadi sama aku, mungkin aku gak sengaja dulu pernah kecoplosan keluar kata-kata ketika mereka menginjak-nginjak harga diri aku, butul saja doa orang yang dizhalimi sangatlah cepat dikabulkan sama Allah.

Reza yang baru nikah dia belum punya kerjaan tetap, dia kasih ide ke aku kalau dia mau buka usaha cetak batako, itu ide yang bagus menurut aku, kami pu sepakat aku mau buka itu, dengan modal dari aku dia Cuma pekerjanya saja, padahal dari dulu ayahku sudah pernah bilang kalau kita buka usaha itu kayaknya jalan, karna itu dibutuhkan banyak orang, Reza punya keahlian dalam hal itu, dulu sebelum dia nikah dia memang kerja sama abang sepupu kami yang punya bisnis atau usaha yang bergerak dibidang itu, sampek bang dadang juga kelimpungan karna meledaknya permintaan akhirnya dia tambah 2 orang lagi pekerja.

Ayah bilang ke aku modalin terus reza tuk buka usaha itu, ayah yakin akan berhasil, kasian juga dia gak punya penghasilan, kalau disawah cocok tu, mataharinya gak ada penghalang langsung ke batako, dan juga cepat kering kalau dijemur, kata ayah berarti kita gak bisa bercocok tanam lagi ditanah yang baru kamu beli itu nyak, kata ayah kepadaku, walaupun aku udah punya dua anak ayahku masih menyebutnya "NYak " tuk aku. Yalah, tapi gak apa-apa kan uda pernah kita makan sekali panen padi dari tanah baru itu yah, kataku, yalah berarti harus kita timbun semua dan kita buat pembatas agar tanah-tanah atau sampah-sampah kita gak jatuh kesawah orang kata ayahku.

Dan gak butuh waktu lama, area yang akan digunakan tuk ladang bisnis usaha batako itu mulai dikerjakan besok, ayah dengan sigap dan gercep langsung ke belakang rumah, kerumah tetangganya bang apoy, kebetulan abang itu punya mobil dam truck, mobil angkut pasir, memang itu pekerjaanya, dan sudah menjadi pekerja sehari-hari sekarang, ayah langsung menjumpai dia, ayah ngomong panjang lebar dan gak lama setelah itu ayah udah pulang, ayah lapor ke aku dan ayah pun bilang, bilangin ke ayahnya Arum ya besok pasirnya diantar sekitaran jam 07 atau jam 08.00 pagi, insya Allah kalau gak ada halangan kata ayah, aku meng iya kan apa kata ayah.

Dalam hitungan detik setelah ayah bilang ke aku gitu mas umang pun sampe pas lagi bilang asslamualaikum dipintu hand phonenya mas umang pun bunyi, mas umang langsung meregoh dan meraba koceknya mencari benda pipih itu, dan langsung menempel ketelinganya, prasangka aku bang apoy yang nelpon, benar aja seperti dugaanku, bang apoy bilangin ke mas umang apa yang sudah terjadi antara dia dan ayah, dia ngecek kebenarannya lewat mas umang lagi, mas umang certain semuanya sama bang apoy, dan mas umang juga berteman dekat dengan mas apoy, mas umang sering diajak bantu sama mas apoy kalau mas apoy lagi gak ada kawan, lagi ada kawan pun juga sering diajak kerja, mas umangnya terlalu sering menolak ajakan mas apoy, tapi walaupun terlalu sering ditolang, tidak pernah surut langkah mas apoy mengajak mas umang, aneh memang mereka.

Mas apoy bilang ini kayaknya uda ada kerjaan tetap aku ya, selama reza gak bertingkah dalam menjalani usaha ini, mereka sempat ragu, karna reza orangnya malas-malasan, antara iya dengan tidak kalau dalam bekerja, mood-moodtan orang lagi senang kerja, lagi malas ya tidur, katanya kalau memang uda rezeki pasti diantar ketempat tidur gak mesti dicari, dia tu punya prinsip yang aneh sendiri diantara kami ber 4.

Aku kalau keingat semua perkataan dan perlakuannya reza ke aku, rasanya dunia akhirat aku gak akan pernah mau lagi menganggapnya adik, dia tu layaknya kayak anak salah didikian, padahal gak sama sekali, dia nya aja sendiri yang aneh, tapi namanya adik kandung yadah sabar-sabar ajalah semoga Allah kasih hidayah yang berlimpah suatu hari nanti, dia berubah menjadi lebih baik dan lebih dewasa.

Gak butuh waktu lama semua area yang akan dipakai sudah siap, sebegitu cepat ayahku, mas apoy, mas umang dan reza bekerja, hanya butuh waktu beberapa hari aja, itu atinya reza besok sudah siap bekerja.

Baru satu hari reza cetak tuh batako, belum lagi kering, udah ada yang pinang, dia minta 3000 biji tu batako, reza kegirangan bukan main, langsung dikasih uang 1 juta dulu untuk panjar, itu arti reza harus kerja keras dan kerja ekstra, aku bilang tuh uang bagi 2 terus untuk kamu setengah dan setengah nya lagi untuk beli materialnya, kata si pemesan dia mau dalam tempo seminggu paling lama ya, dan setelah itu dia bakalan pesan lagi 6000 biji, reza juga sudah mulai kelimpungan tu, mulut aku kaku menganga sambil mata melotot rasanya aku gak percaya, kayak mimpi aja, karna baru sehari, aku dalam hati tak pernah berhenti mengucapkan kalimat-kaliamt pujian, dan puji syukur ke sang rabbiku, yang telah melimpahkan rezeki yang deras kayak air Tsunami melanda,.

Reza pun gak lupa bersyukur katanya ini rezeki pengantin baru yakan kak, aku mals meladeni dia, aku Cuma bilang rezeki sudah diatur, tinggal kita menjemputnya saja dengan cara yang halal dan penuh keberkahan, aku ngomong gitu ke reza sambil berlalu malas lagi memperpanjang, nanti ada aja yang di jawab dia buat aku konslet nanti, makanya aku berlalu aja terus dari hadapan dia, kalau kita malas-malasan siapa lagi yang mau kasih rezeki, jangankan orang lain orang tua kandung kita aja benci liat kita.

Aku balek lagi ke reza sambil bilang: nabung terus buat beli motor jangan bikin susah orang tua terus-terusan, kasian ayah motornya kamu bawa terus, aku langsung memunggunginya, dan iya juga menjawab iya kak, dia juga berencana tuk nyewa rumah, kan butuh biaya besar tu, beli ini itu, bisa mencapai jutaan juga nantinya, karna akulah saksi hidup dulu pas nyewa rumah, harus beli peralatan semuanya serba sendiri, masalh ini aku belu sempat dan belum pernah ngomong ke diyanti istrinya reza, rencana mau aku omongin juga nanti kalau uda dapat waktu yang pas.

Karna diyanti pernah bilang dia lagi nyari-nyari kontrakan juga, gak mau lagi tinggal dirumah bundanya, dia mau mandiri, kerumah maknya juga gak mau pulang biar adil katanya.