Chapter 24 - Karir

Suara azan magrib sudah berkumandang saatnya untuk melaksanakan ibadah magrib aku akan bertemu sang rabbiku, menunaikan semua utang-utangku dengan sang pencipta, saatnya bersujud menghadapnya, saatnya mengadu segala keluh kesah seharian.

hari ini rasanya begitu lelah hari yang melelahkan diawal semester melakukan semua perubahan dari yang lama menjadi yang baru, termasuk kepala sekolah kami juga baru, diawal-diawal terdengar berita, info terbaru , terupdate dan secara tiba-tiba sangat mendadak kami dikejutkan dengan pergantian kepala sekolah, sedikitpun tidak ada isu-isu kepsek akan diganti.

Paginya aku baca wa grup, sekolah kami sudah ada nama kepsek baru yang akan menggantikan kepsek lama, dari satu hati merasa senang dan satu hati merasa susah hati yang sebenarnya was-was, kebetulan aku kenal baik juga dengan kepsek baru, dari beliau masih lajang, dan kebetulan juga beliau pernah ngajar disini sebelum beliau jadi kepsek kami.

pemimpin baru pasti akan banyak hal yang baru yang akan terjadi kedepan gitu aja mikir aku, hati kecil berkata" Ya Allah semoga dengan bapak yang baru, beliau bisa mengangkat derajat dan martabat kami kelak, khususnya aku, bisik ku lirih dalam hati". karna selama ini aku sering merasakan perlakuan yang kurang adil, aku bagaikan tersisih padahal aku orang yang paling lama bekerja disitu tapi bisa-bisanya aku disenggol junior aku begitu saja, dan menurut aku itu semua tergantung perlakuan dari pemimpin.

flash back

dua orang kawan aku yang satu ruang dengan ku mereka keduanya rangkap jabatan, aku aja sendiri yang singgle jabatan, aku tidak pernah iri dengan rezeki orang aku juga gak minta, dan gak mempermasalahkannya, namun cara mereka yang membuat aku sedih dan tambah tersisih, kalau ada pekerjaan yang tidak menghasilkan uang semuanya dilimpahkan ke aku, tapi giliran kerjaan yang menghasilkan uang pasti dikasih ke mereka berdua, aku selalu mensugesti kan diriku dengan kata-kata sabar Rani, nanti ada saatnya kamu terhormat hehehe.

sekolahku termasuk salah satu sekolah unggul dan boarding school satu-satunya dikabupaten aku dan tidak ada duanya, sebenarnya sekolah unggul ada dua cuma yang satu lagi full day, gak boarding. dulunya pas awal-awal berdiri asrama semuanya administrasi siswa diasrama aku yang menghandle sendiri, mulai dari absen makan, absen shalat dll, belum lagi absen pagi dan juga absen sore, dan ini sudah menjadi tugas rutin yang aku lakukan dengan ikhlas tanpa bayaran sedikitpun selain dari gaji pokok, aku tidak pernah ngeluh dan tidak pernah minta bayaran.

absen yang paling melelahkan aku buat yaitu absen makan per bulan dan kadang-kadang itu harus direkap selama 3 bulan bahkan ada yang sampe 6 bln dan itu per kelas dari kelas X sampa kelas XII dan itu diketik setelah aku ketik aku print dan harus aku tulis tangan men cek list semua siswa, namanya aja rekap ya kan ya seperti itu lah kadang gak siap dalam tempo sehari aku yang harus selesaikan semuanya.

setelah masuk pak Udin kepsek baru, itu diusulkan sama Waka kurikulum untuk dibentuk pengurus arsama sekretaris asrama juga terpilih untuk menggantikan aku dan itu dibayar, miris banget rasanya aku menangis tersedu dalam hati kecilku selalu berbisik ya Allah kenapa begini amat ya. aku terima dengan ikhlas dan sangat ikhlas.

dan pada suatu hari sang Waka kurikulum ngegas sama aku aku harus nyelesain absen, aku ngadu sama kak Ami diperpus dia salah satu staf perpus dan dan kawannya Aira juga kawanku, aku bilang kenapa juga dipilih sekretaris asrama kalau aku lagi yang buat absennya, rasanya mau ngomong blak-blakan tapi males bermasalah lagi, karna akulah staff yang paling tidak dianggap diremehin dipandang sebelah mata dan juga direndahkan, akulah manusia yang tidak pernah bisa melakukan apapun Dimata mereka. dan kami bilang, kamu ngomong aja terus terang Rani kenapa lagi kamu yang buat, aku bilang jangan sekarang kak nanti kita tunggu waktu yang pas.

" kak sedih kali Aira tengok kakak, betul-betul kayak gak dipakek kakak disana ya, lama-lama tersingkirkan Kakak nanti, nyeletuk Aira

"gak apa-apa dek, biarin aja, nanti suatu saat semua akan berbalik, kataku"

" ya Rani kalau kerjaan yang gk ada uangnya disuruh kamu, giliran yang ada uang dikasih ke mereka berdua, asistennya, kata kak Ami"

"sabar ya, jawab mereka serentak"

dan apa yang mereka bilang sangat jelas PM selalu mereka saksikan didepan matanya, dan mereka berdua Aira dan kak Ami juga gak bisa berbuat apa-apa karna kami sama-sama bawahan.

yang lebih parah lagi ketika kami mengikuti zoom zikir tiap pagi dan itu juga rutinitas pagi wajib kami ikuti, terutama kami yang staff, pak Udin komplin masalah baju aku, padahal kami sama-sama pakek baju biasa dengan Rahmah, bukan pakek baju dinas, yang dikomplin aku aja sedangkan Rahmah diliatin aja, gak ada dibilang apa-apa, Aira spontan gak sengaja langsung bilang dengan nada suara yang agak pelan tapi kedengaran sama pak Udin, ini Rahmah baju biasa juga pak bekilat lagi, pak Udin cuma liatin aja ke Rahmah tanpa ekspresi dan no komen, kebetulan Rahmah pakek baju gamis yang bahannya Velvet baju yang lagi ngetrend sekarang.

setelah semuanya bubar, aira ngomong lagi ke aku, kenapa gitu kali bapak ya kak, aku cuma bisa diam sambil berfikir dan spontan ngejawab katanya Aira ya bedalah dek, itu anak emasnya bapak dan juga anak kandungnya, sedangkan kakak anak perak juga sekalian anak tiri.

tapi hal yang paling nyesek ketika pak Udin masih menjabat aku pernah dibentak dimarahin sambil dipukul meja, aku sangat syok menangis sejadi-jadinya dibelakang pak Udin setelah beliau pergi, namun itu hanya sebentar setelah itu beliau mencari aku lagi.

sisi positif dari sosok pak Udin aku pernah dikasih kesempatan dan support untuk mengikuti lomba dan bahkan sampe ke provinsi aku didukungnya dan juga kalau ada Diklat masalah yang berhubungan dengan ketatausahaan tetap aku yang selalu dikirim.

aku juga heran ketika mereka berbuat salah bahkan kesalahan yang sangat fatal, mereka Rahmah dan vio ngebuang nilai UAS siswa ketong sang dan itu blangko yang asli tapi ibu Risma sang Waka kurikulum sama sekali dan sedikitpun tidak marah, aku terbengong sendiri dengan pandangan dan tatapan kosong, kok bisa gini ya perlakuan nya, hatiku bertanya.

tapi giliran aku yang buat masalah dan kadang-kadang itu kesalahan sangat sepele tapi bisa-bisanya heboh dan seolah-olah aku sudah melakukan kesalah dan dosa besar yang tidak bisa diampuni, aku langsung dibentak, dimarahin, dengan kata-kata kamu tu kalau kerja gak pernah beres, aku juga sering dibilang jarang kesekolah dan banyak liburnya, padahal realnya aku bulan itu aja tidak pernah libur sehari pun, sangking gak tahan dan tuduhan itu nyesek banget aku pergi ke ruang shalat nangis tersedu-sedu.

aku juga pernah dituduh menghilang kan laptop sekolah, ketika pak Kiki menjabat sebagai kepsek saat itu. padahal ceritanya tidak seperti itu, aku dijebak, dan pada akhirnya terbongkar semuanya bukan aku pelakunya. semua yang terjadi dan barang yang hilang yang menjadi tanggung jawab kami aku dituduh secara brutal, walaupun aku sudah ngejelasinnya tapi aku tetap salah.

walaupun aku diperlakukan sedemikian rupa oleh pak udin dan kru nya, aku tidak pernah dendam, aku masih seperti biasa layaknya tidak pernah terjadi susuatu antara kami, ketika akhir masa jabatan beliau pas lebaran haji aku juga pergi kerumahnya sambil salaman dan salam perpisahan, aku minta maaf, kataku pak maafin semua kesalahan Rani pak ya, Rani yang paling banyak salah, Rani yang selalu ngelwan bapak, gak apa-apa Rani itu demi kebaikan berdebat untuk menghasilkan yang baik dalam dunia kerja itu biasa kata beliau, istrinya juga menimpali, Rani bandel sama bapak ya, iya jawabku, kebetulan istrinya guru aku yang mengajarkan akidah akhlaq pas aku sekolah Aliyah dulu, kawan-kawanku pun meimpalinya, ngapain kamu bilang gitu Rani, aturannya ibu gak tau, sambil mereka terkekeh ketawa, gak apa-apa ibu Uda tau, kan beliau guruku dulu hehehe kata ku.dan semuanya sudah aku ikhlasin cerita akan aku kenang sampai kapanpun.

Minggu lalu anak Bu Risma sunat dan diadakan pesta besar-besaran kebetulan rumah pak Udin bertetangga dengan Bu Risma, setelah kami menghadiri pesta rumah Bu Risma kami juga jalan kaki menyempatkan diri berkunjung kerumah pak Udin, terlihat jelas wajah bahagia dari pak Udin, begitulah aku, sangat tidak menyimpan dendam, namun perlakuannya tetap teringat sampai kapanpun.

sekarang aku lagi menikmati masa-masa bersama pak Ryan sang kepsek baru, betul seperti doa ku pelan-pelan sudah mulai tampak aku berada diposisi nyaman walaupun baru sebulan bapak Ryan menjabat, tapi aku dihargai layaknya seperti dengan perlakuan seorang pemimpin yang menghargai bawahannya dan tupoksinya juga sudah dijelaskan melalui rapat kecil kami semua staff dengan kepsek

bersambung...