Chapter 23 - Aku Dimata suamiku

POV Mas Umang

aku bahagia menikahi dia, aku salah satu orang paling beruntung memperistri kan dia, dia adalah wanita tangguh, wanita yang terhebat yang aku punya, aku kadang-kadang suka merasa minder sama rani, Rani wanita hebat wanita yang tak pernah mengeluh, selalu berusaha mencari cara dan solusi ketika kami kesusahan, ketika kami sedang dilanda banyak masalah, dia selalu yang paling banyak mencari celah untuk menggapai impian kami, walaupun itu belum terwujud, dia tidak pernah marah, tidak pernah menghina dan mencaci aku karna aku gak punya uang, gak punya pekerjaan, dia yang selalu didepan dalam mencari uang ketika kami dilanda keterpurukan ekonomi.

katanya satu hal yang dia minta sama aku tetaplah setia jangan pernah berpaling darinya, yang penting kita bisa sama-sama melewati hari dan melewati biduk rumah tangga kita. padahal aku banyak tawaran pekerja keluar kayak ke Jakarta, Batam, kepualan Karimun, dll, dan aku pernah bekerja disana, karna Rani gak mau kami terpisah jauh lagi, katanya Uda lelah begituan terus, masak punya suami terpisah terus mending ngegadis aja dari pada gitu, akhirnya aku putuskan tinggal bersama-sama yah resikonya aku punya pekerjaan gak punya duit.

kadang-kadang aku merasa malu dan pernah menangis dibelakang nya memikirkan betapa mulia hatinya betapa setianya dia sama aku, mungkin kalau perempuan lain Uda pasti dibuang aku begitu saja tapi tidak dengan istriku, tuk saat sekarang dialah penopang keluarga kami, dia tidak pernah rapuh, tidak pernah gengsi apapun dilakukannya demi menghasilkan uang yang halal, ide-idenya selalu cemerlang kadangkala tak pernah terpikirkan olehku, dia senang kali berbisnis dia mulai dari bisnis kecil-kecilan mulai dari jualan bakso sampe jualan kue basah, setiap hari itu yang dilakoninya.jualan online juga dialkoninya.

awalnya aku gak pernah setuju, dia marah-marah sekarang coba Abang fikirkan dari mana kita dapatkan uang kalau gak jualan, aku akui aku gengsi awalnya, tapi dia yang terlalu bersemangat jadi ini sudah menjadi kebiasaan kami dan ladang cuan bagi kami, padahal kalau fikir-fikir cuma 20rb sisa uang setelah dipotong modal semuanya pernah juga kadang nombok, tapi itu tidak pernah membuatnya nyerah, aku salut sama istriku Rani.

suatu hari dia bikin bolu gulung mini, Uda 2 kali gagal dan ini yang ke 3 kali nya gagal disini bukan gagal total bolunya enak lembut layaknya bolu biasa cuma gak bisa digulung, setelah dipotong-potong anakku makan selahap- lahap, aku Uda geretan tengok anak-anak makan takutnya dia marah gak bisa jualan tuk besok, tapi tau apa katanya biarin bang jangan dimarahin anak-anak makan itu rezeki dia, akhinya cuma 10 potong bisa dijualnya sisa yang dimakan anak-anak. dan pas yang ke 4 kalinya dia bikin lumayan bisa digulung tapi pecah-pecah gulungannya, aku marah sama Rani aku agak keras sikit volume suara aku "ini yang terakhir kalinya adek buat ya rugi terus, gak usah buat-buat lagi, dia juga balek marahin aku, katanya jadi kalau Uda gagal diam aja gitu, gak berusaha kapan majunya kalau gitu, bahasanya sangat menohok aku langsung terdiam seribu bahasa. begitulah kalau Rani orangnya gak pernah nyerah sebelum berhasil dia bakalan terus bikin sampai berhasil kalau belum berhasil dia masih penasaran orangnya.

gitu juga kalau dia bikin nutrijel tuk dijual jatahnya 30 pcs dimakan anak-anak juga cuma bersisa 11 pcs sisa yang gak dimakan anak-anak itulah yang dijualnya. apapun yang dibikin tuk dijual selalu anak-anak makan sepuasnya dulu baru dijual.

tapi kalau dia Uda marah jangan coba-coba cari kesalahan, marahnya ngeri melebihi singa. pernah anak-anak dibuatnya menangis darah karna dipermalukan dia didepan orang, anak-anak rebutan makanan didepan orang katanya persis layaknya kayak anak gak pernah dikasih makan, pulang kerumah dihantam anak habis-habisan dimarahin sejadi-jadinya sampe-sampe nutri jel itu dimasukin satu persatu kemulut anak-anak sangking marah semarah-marahnya, katanya selama ini aku sabar kalian makan semua jualan aku gak pernah marah tapi hari ini sudah dipuncaknya, anak-anak kalau dibilang sama umminya jangan coba-coba bikin ummi marah, ummi juga bisa mengamuk kalian mau ummi mengamuk, langsung minta ampun anak-anak.

sistim dia didik anak kami juga keras, sebenarnya kalau boleh aku bilang dia ngomongnya gak suka kasar anakku yang paling kecil sekali dia nyebut perkataan gak senonoh reflek dia langsung dipukul mulutnya, katanya umminya gak pernah nngajirin kalian begitu, siapa yang ajarin, kalau anaknya berbuat salah pernah dibentaknya cara bentak dengan cara halus, tapi kalau sudah benar-benar marah jangan heran suaranya melebihi suara petir heheh.

namun rasa sayang ke anak-anak ngeri sikit, anak-anak ku yang paling tua si Arum yang sering jadi korban, dia gak mau anaknya jauh-jauh darinya, dia tidak terlalu mengekang dia kasih kebebasan untuk bermain cuma tau batasannya, kalau pergi pagi boleh-boleh aja tapi pas Uda ngaji dhuhur atau azan harus pulang, jangan kalian Fikir tenang Arum main sama teman -temanya, itu selama Arum main bukan sekali dua kali dia pergi ngecek sampe berkali-kali, kalau dia gak bisa pergi misalnya lagi nyuci atau lagi masak pasti aku yang bakalan jadi sasaran sampe berkali-kali dia minta tolong aku ngecek.

kalau Pergi main selepas siang azan ashar harus Uda pulang, kebetulan Arum kalau Uda sore harus pergi ngaji itu kesempatan emas tuk umminya biar anaknya gak kemana-mana, rasanya kalau boleh aku bilang dia gak mau jauh-jauh sama anaknya maunya anaknya dirumah terus sama umminya, tapi dia pernah bilang anak main jangan dilarang biarin aja main tapi kita harus tetap kita kontrol, lagi masa-masa anak tuk bermain dia masih "golden age" gitu katanya, dia juga selalu bilang ke Arum kalau minta pergi main, ummi bakalan ummi kasih Pergi main, pergilah tapi sekali aja melanggar gak usa berharap ada ampun.

cara dia didik anak unik, dia gak mau anaknya jadi anak gak punya attitude katanya gak perlu pinter kalau gak ada akhlak bagi dia akhlak yang paling utama dan keadilan juga selalu ditanamkan dia tidak pernah membandingkan dan membedakan anak-anak, walaupun Dais masih kecil, kalau memang Dais salah tetap disalahinnya tetap dimarahinnya, sampe pernah Arum ngelepasin unek-uneknya ketika dirumah sang mertua, Arum bilang ke kakeknya kenapa kakek gitu kali, kan adek yang salah kenapa kakak yang disalahin, kekek tu beda kali sama ummi kami, ummi gak gitu orangnya kalau adek yang salah tetap adek yang dimarahin bukan kakak, gitu katanya, Arum bilang kerumah juga sama umminya, sang istri pun esok harinya bertanya ke ayah mertua, kenapa ayah kayak gitu Rani cerita ke ayahnya perkara hurum mengadu, ayah mertua pun membenarkannya, kenapa Arum yang disalahin kata ayah mertua karna dia yang paling besar, Rani pun menjawab, maaf yah Rani memang tidak hebat dalam mendidik anak tapi itulah kesalahan terbesar yang ayah lakukan yang membuat anak dendam sampai tua, ayah lihat perubahan Arum dari hasil Rani selama ini dia baru 8 tahun tapi sudah tau membedakan umminya dengan kakeknya kan, bukan berarti yang tertua yang selalu disalahkan liat dulu perkaranya, kalau seandainya ayah diperlakukan seperti itu bagaimana, gimana perasaan ayah, ayahnya pun terdiam gak bisa menjawab.

Rani orangnya tegas kalau dalam hal aturan gak bisa neko-neko, Mak dan ayahnya aja kalau salah langsung ditegurnya apalagi aku suaminya, dia tak segan-segan membenarkan kesalahan kalau memang betul-betul salah tapi sang mertua terkadang gak bisa menerima kalau Rani tegur namanya aja orang tua, tapi memang betul hampir 💯% kalau Rani menegur itu selalu benar jarang ada salah.

kadang-kadang cara dan pola berfikir kami jauh berbeda Rani setelah mikir dia langsung praktek tapi kalau aku kebanyakan mikir dulu, mikir kelemahan dan keunggulannya, kalau Rani orangnya gerak cepat, dia suka perubahan dia gak suka jalan ditempat, aku sempat sedih liat dia pulang kerja, kecapean mau tidur aku biarin aja betul-betul wonder woman, sekerang kami bagi tugas dia tidak pernah membagi tugas tersebut aku aja yang sadar diri menhandle terus biar beban dia berkurang, sorenya aku langsung kepabrik tahu beli terus tahu, juga belanja kebutuhan tuk jualan, sambil jalan aku ambil terus uang kue dan biasanya bersisa 2 tempat saja yang belum diambil Rani kadang-kadang 3 tempat kalau gak buka lagi ditempat yang satu lagi. kerjaan yang lain seperti goreng tahu dan buat bahan olahan mentah isian tahu aku juga ngelakuin nya, dia gak nyuruh tapi aku inisiatif sendiri kasian dia capek seharian, setelah semua bahan isian tahu terselesaikan aku tidur, paginya Rani tinggal menggoreng aja, subuh-subuh dia sudah bangun tu aku masih terlelap, kalau dia gak terdesak gak bakalan bangunin aku, diselesaikannya semuanya sendiri tanpa bantuan aku, padahal dia harus pergi kerja lagi pagi-pagi, tapi semua itu bisa dihandle nya sendiri. bangga deh.

Apa yang akan dilakukannya kalau dia belum menemukan titik akhir keberhasilan dari sesuatu yang dia inginkan rasa penasarannya tingkat tinggi pasti bakalan kambuh, dia akan terus berusaha sampai bisa, kalau belum berhasil bukan Rani namanya.

sampe tetangga pernah nanya ke dia, dan dia pulang kerumah ngadu ke aku, katanya Rani kapanlah kamu bikin kue, kapan kamu kerja kapan kamu ngurus anak, anak kamu kan masih kecil, dia hanya senyum tak pernah membanggakan diri, tak pernah bilang dirinya hebat.

bersambung.....