Chereads / GIRL DRUMMER / Chapter 9 - Kecurigaan Zia

Chapter 9 - Kecurigaan Zia

Aku masih mematung melihat adegan yang ku rasa, jika Mama masih ada pasti akan membuatnya sangat sedih, Papa terkejut melihat kehadiran ku. Buru-buru Papa menolak tubuh wanita yang bernama Elsy tersebut, wanita yang baru menyadari kehadiran ku pun ikut terkejut. Dia berdiri dengan sambil membenarkan rok mini nya yang tersingkap, serta memperbaiki kancing kemeja nya yang terbuka di bagian atas.

"Kamu sudah pulang?" tanya Papa, sambil menormalkan raut wajahnya yang terkejut. Aku hanya mengangguk pelan, suara ku seperti hilang tak bisa di keluarkan sangking kagetnya dengan apa yang baru saja ku lihat.

"Ganti baju, makan kemudian ke ruangan belajar. Guru mu sudah menunggu." Perintah Papa, aku hanya mengangguk kemudian melangkah menuju lantai dua tempat kamar ku berada. Ingin sekali rasanya aku menanyakan sosok wanita yang bersama Papa, kenapa mereka terlihat dekat. Apa mungkin Papa sudah melupakan Mama? Tapi apa harus secepat itu? Batin ku menerka-nerka.

Aku masuk ke kamar untuk mengganti baju, setelah selesai aku meraih gawai ku dan mencoba menghubungi Kak Azam. Aku berjalan menuju balkon kamar, sambil masih menunggu panggilan tersambung. Aku menatap jalanan dari atas, aku menajamkan penglihatan seperti melihat sosok yang ku kenal.

Seorang pria yang duduk di atas motor sport dengan helm full face, aku seperti mengenal motor tersebut. Tak lama ku lihat motor tersebut melaju, 'seperti Azel' gumam ku, entah kenapa tiba-tiba mengingat sosok menyeramkan tersebut. Aku menggelengkan kepala, tak mungkin saja jika itu Azel.

'Ngapain juga dia ke sini, dia gak mungkin ngikutin gue kan?' ucap ku bertanya pada diri ku sendiri.

Beberapa kali menghubungi Kak Azam dan tak ada jawaban, akhirnya aku memilih keluar kamar untuk makan. Tentu saja karena aku tak ingin Papa marah, karena terlambat mulai belajar. Dengarkan tadi kata Papa, jika guru privat ku sudah menunggu di ruang belajar.

Aku menuju ruang makan, saat turun dari anak tangga aku tak melihat lagi Papa dan wanita yang bernama Elsy tadi. Aku pun memilih mengabaikan hal tersebut, Ambu yang melihat ku sudah duduk, segera menyiapkan piring dan menyodorkan beberapa menu yang ada di atas meja.

"Mbu, Papa ke mana?" tanya ku, ternyata rasa penasaran ku tak bisa ku abaikan. Meski tadi niatnya aku ingin mengabaikan kemana perginya pria dewasa tersebut.

"Sepertinya Tuan kembali ke kantor, Neng." Ucap Ambu, aku pun jadi berfikir 'apa nanti Papa akan sering membawa wanita tersebut, saat aku ke sekolah' gumam ku dalam hati.

"Makan Neng" ucap Ambu yang memperhatikan ku melamun, aku pun mengangguk kemudian mulai menikmati makan.

Lebih kurang lima belas menit, aku sudah selesai makan. Aku melangkah menuju ruang belajar, aku buka pintu terlihat sosok wanita dengan senyum menyambut ku.

"Hai Zia, kamu sudah siap untuk mulai belajar?" ucapnya, dia Mbak Vio guru privat bahasa inggris ku. Nama lengkapnya Viollen Abyswarman, tadinya aku memanggil 'Buk' padanya selayaknya memanggil guru di sekolah. Tapi Mbak Vio menolak dan menyuruh ku memanggilnya dengan sebutan 'Mbak'.

Aku tersenyum, "baik Mbak" ucap ku kemudian menarik kursi dan duduk berhadapan dengannya.

"Tapi sepertinya wajah mu mengatakan tidak" ucapnya dengan senyum ramah, Mbak Vio satu-satunya guru privat yang bersikap santai pada ku, selain itu semuanya kaku.

Aku hanya menanggapinya dengan senyum, kemudian kami mulai membuka buku dan belajar.

Di tempat lain, Azam sedang menuju kantor Papanya. Hari ini dia ada urusan ke sana, sebenarnya Azam cukup malas berurusan dengan sang Papa. Tapi karena ini berhubung dengan salah satu pekerjaannya dia pun terpaksa menemui pria dewasa tersebut.

Azam masuk tanpa mengetuk pintu, namun matanya di kejutkan dengan pemandangan yang tak ingin di lihatnya. Selama ini Azam sangat menghindari hal ini, dan akhirnya hari ini dia melihat dengan mata kepalanya sendiri setelah sekian lama memendam rasa kecewanya dengan sang Papa.

Ehm...

Deham Azam, membuat tautan bibir antara pria dewasa dengan wanita yang jauh lebih muda darinya tersebut terlepas. Wanita tersebut turun dari pangkuan Rahardja, dia membenarkan tampilannya kemudian menatap canggung ke arah Azam.

"Kenapa tidak ketuk pintu dulu" ucap pria dewasa tersebut dingin, Azam hanya menampilkan senyum tipisnya. Kemudian dengan santai melangkah masuk dan duduk di sofa, dia menyilangkan kakinya sambil menatap tajam ke arah Rahardja dan wanita yang berada di sampingnya.

Rahardja yang melihat tatapan tajam putranya, mengisyaratkan pada Elsy untuk keluar. Elsy yang mengerti pun berjalan keluar dengan santai dan mengabaikan keberadaan Azam. Namun sebelum keluar Azam meminta sesuatu, "antarkan aku segelas kopi" ucap Azam dingin, Elsy menatap ke arahnya.

"Kenapa? Tidak mau? Bukankah seorang sekretaris harusnya menghormati tamu bosnya" ucap Azam enteng, dia berkata begitu untuk menyadarkan posisi wanita yang bekerja sebagai sekretaris Papanya.

"Azam! Sopan kamu kalau bicara!" sentak Rahardja.

"Sopan? Apa aku salah bicara? Dia kan memang sekretaris Papa, atau dia punya tugas sampingan di kantor?!" ucap Azam mengejek, membuat Rahardja semakin geram. Tapi dia tak ingin memperpanjang, dan menatap Elsy dan menyuruhnya pergi dengan gerakan kepalanya.

Elsy keluar dari ruangan Rahardja dengan perasaan marah, dia ingin sekali membantah ucapan Azam. Pria dingin yang selalu menjadi penghalang hubungannya dengan Rahardja, 'lihat saja nanti saat, jika aku sudah jadi Nyonya Rahardja' gumam Elsy geram, kemudian melangkah menuju pantri untuk membuatkan kopi.

"Ada apa kamu datang ke mari" tanya Rahardja sambil menatap putranya tajam.

"Tadinya tentu saja ingin mengurus pekerjaan, tapi sampai sini malah disuguhkan pemandangan yang merusak mata" ucap Azam menyindir.

"Kalau kamu ke sini hanya ingin mencari masalah, lebih baik pulang saja. Papa masih banyak pekerjaan." Ucap pria dewasa tersebut dingin, Azam malah tertawa sumbang mendengarnya.

"Hahaha...sibuk? sibuk apa? Berbuat mesum dengan wanita yang harusnya jadi anak Papa?" ucap Azam yang mulai emosi.

"Azam!! Jaga bicara mu! Bagaimana pun, kamu sedang bicara dengan Papa mu!" sentak Rahardja dengan rahang yang mulai mengeras. Pria dewasa tersebut bahkan sudah berdiri dari duduknya, tatapan matanya penuh amarah menatap ke arah Azam.

Azam melangkah menghampiri meja kerja Papanya, "sampai kapan pun, aku tak kan pernah melupakan apa yang sudah Papa lakukan pada Mama." Ucap Azam dengan menatap tajam ke arah Papanya, sudah tak ada rasa takut dalam diri Azam semenjak mengetahui prilaku Papanya yang membuat sang Mama menjadi sakit. Bahkan Azam masih menyalahkan pria dewasa tersebut atas kepergian sang Mama.

Azam berbalik, dan melangkah menuju pintu. Niatnya ingin membahas pekerjaan, berubah setelah melihat hal yang tak ingin di lihatnya. Azam tau, Rahardja memang sering main gila dengan wanita muda. Dan wanita yang bersamanya selalu gonta ganti dan hampir setahun ini, Azam mengetahui hubungan Rahardja dengan sekretaris barunya.

"Terima tidak terima, Elsy akan menjadi pengganti Mama mu" ucap Rahardja membuat langkah Azam terhenti.