Chereads / GIRL DRUMMER / Chapter 7 - Jazel Kafi Zaviyar

Chapter 7 - Jazel Kafi Zaviyar

Aku fokus pada buku yang ada di atas meja, satu minggu tidak masuk sekolah. Cukup membuat ku ketinggalan banyak pelajaran, beruntung Mita siswa yang rajin dan aku bisa meminjam catatannya untuk mengejar ketertinggalan ku.

"Ah..., Azel sayang. Lo kemana aja? Aku khawatir loh, Buk Rose bakal ngehukum" terdengar suara manja Rini, tapi aku enggan untuk menoleh. Aku terlalu fokus dengan catatan ku, ku dengar suara langkah kaki berjalan mendekat, kemudian suara kursi yang di tarik.

"Zel..., nanti malam kita jalan yuk" ku dengar lagi suara manja Rini membujuk orang yang diajaknya bicara.

Mita berbalik menyenggol lengan ku, hingga membuat coretan di buku catatan yang sedang ku salin.

"Mita...!" ucap ku hendak protes, namun aku mengerutkan kening saat melihatnya memberi kode dengan mata agar aku menoleh ke samping.

"Apaan sih?" tanya ku lirih.

"Itu anak baru yang kemaren aku bilang" ucap nya sedikit berbisik, aku pun menoleh ke arah samping dan sialnya pria itu juga sedang menoleh ke arah ku. Pandangan mata kami bertemu, aku langsung mengalihkan pandangan.

'Kebetulan macam apa ini?' gumam ku dalam hati, sambil meletakkan buku menutupi wajah ku.

"Zi..., lo kenapa?" tanya Mita, aku meletakkan jari di bibir memberikan isyarat agar Mita tak berisik.

Tak lama ku rasa buku yang menutupi wajah ku di tarik perlahan, aku memejamkan mata rapat.

"Angkat kepala lo!" ucapnya memerintah, terdengar dingin dan tajam.

Perlahan aku mengangkat wajah ku dan membuka mata, ah...tatapannya seperti akan membunuh ku.

"Lo yang kemaren di toilet kan? Dan tadi pagi lo yang nyebrang sembarangan kan?!" ucapnya mengintrogasi.

Aku mengangguk dengan takut, ku lihat dia menyeringai dan terlihat semakin menyeramkan di mata ku.

Pria tersebut menarik lengan ku dengan kasar, dan menyeret tubuh ku keluar dari kelas.

"Azel, lo mau ke mana?" teriak Rini yang juga mengejar ku dengan pria yang bernama Azel tersebut.

Tapi pria tersebut sepertinya tak menghiraukan panggilan Rini, aku menatap dengan tatapan memohon ke arah Mita yang juga mengikuti ku yang di tarik kasar oleh Azel.

"Lepasin tangan gue, lo mau bawa gue ke mana?" ucap ku lirih, berharap pria tersebut merasa iba.

Bugh

Aku meringis merasa sakit pada bagian bahu ku yang terbentur dengan dinding, dia menolak ku dengan keras. Tatapannya tajam, aku menunduk takut 'ya Tuhan, lindungi aku' gumam ku dalam hati.

Kemudian ku rasa rahang ku di cengkram erat olehnya, "sepertinya mulai hari ini, gue bakal punya mainan baru" ucapnya dengan senyum mengejek, kemudian melepaskan cengkramannya.

Wajah ku tertoleh ke samping saat cengkraman tersebut terlepas dari rahang ku, "a-apa maksud lo?" tanya ku takut, dia tak menjawab melainkan memperlihatkan senyuman evilnya ke arah ku.

"Awas saja, kalau sampai ada yang tau dengan kejadian di toilet." Ucapnya kemudian berlalu meninggalkan ku.

Ku tatap punggung tegapnya yang mulai menjauh, ku raba dada ku yang berdebar sejak tadi. Lutut ku terasa lemas, ini pertama kalinya aku berurusan dengan pria sekolah ini. Setelah mengatur nafas ku lebih tenang, aku pun melangkah kembali masuk ke dalam kelas.

"Kamu gak apa-apa Zi?" tanya Mita yang langsung menatap Zia, aku hanya mampu menggelengkan kepala.

"Azel gak ngapa-ngapain lo kan?" tanya nya lagi dengan nada cemas, aku melirik ke arah Azel terlihat pria tersebut tersenyum sinis ke arah ku. Dengan cepat aku mengalihkan pandangan, tak ingin kembali merasa tertekan karena tatapan tajamnya.

"Gak ada Mit" ucap ku singkat.

Beruntung guru datang hingga akhirnya Mita kembali menatap ke depan dan tak lagi mengintrogasi ku.

Aku berusaha memfokuskan pikiran ku pada pelajaran, meski sebenarnya pikiran ku sulit untuk fokus. Ditambah lagi Azel yang sejak tadi menatap ku, walau tak dapat ku lihat langsung tapi aku dapat merasakan aura dingin di sekitar ku saat ini.

Mita langsung berbalik ke arah ku saat guru sudah meninggalkan kelas, "ke kantin yuk Zi" ajaknya, yang langsung ku jawab dengan anggukan kepala. Sepertinya lebih baik segera beranjak dari sini sebelum Azel kembali mengganggu ku.

Kami pun berjalan beriringan menuju kantin sekolah, sama seperti murid lainnya yang ingin mencari makan ataupun minuman.

"Hei...cewek introvet" teriak seseorang dari belakang, aku tau sebutan itu untuk ku. Aku ingin berhenti, tapi Mita menarik tangan ku tetap berjalan.

"Jangan berbalik apalagi menerima panggilan itu, itu bukan nama mu Zia" ucap Mita memerintah ku, aku pun menurut dan melanjutkan langkah ku mengikuti Mita.

"ZIA!!!" teriaknya lagi menggelegar, hingga beberapa orang ikut menoleh ke arah ku. Akhirnya aku pun berbalik dan ternyata Rini dan para dayangnya yang meneriaki ku.

"Udah berani lo ya, mengabaikan gue!" ucapnya yang kini menatap ku tajam, Mita dengan sigap berdiri di hadapan ku.

"Lo nya aja yang gak bener manggil orang!" ucap Mita mulai membela, ku dengar Rini hanya mendengus kesal.

"Gue gak ada urusan sama lo. Minggir lo!" ucapnya dengan mendorong kasar tubuh Mita ke samping, namun dengan sigap Mita kembali melindungi ku.

"Kalau lo mau ada urusan sama Zia, berarti itu juga urusan gue!" tantang Mita, dia memang selalu berani melawan Rini dan gengnya. Tak hanya mereka sih, tapi setiap orang yang ingin mengusikku. Mita memang sudah seperti bodyguard ku saja kadang-kadang.

"Dasar tukang ikut campur!" rutuk Rini.

"Ok, lo emang suka cari ribut kaya nya sama gue" sambung Rini lagi, kemudian menarik tubuh Mita dengan kuat dan menjambaknya.

Terjadilah aksi saling jambak antara Rini dan Mita, aku pun segera melerai keduanya. Tapi sial teman-teman Rini malah menghadang ku, "udah Mit, Rin. Nanti kalian bisa kena panggil guru BP" ucap ku memperingatkan, dan beruntung keduanya berhenti.

Rini merapikan rambutnya yang acak-acakan, begitu juga dengan Mita.

"Geng, seret Zia ke toilet" perintah Rini dengan nafas tersengal, ke tiga teman Rini pun langsung memegang lengan ku dan menarik dengan paksa.

Mita mengejar kemudian memukul lengan Siska hingga pegangan pada lengan ku terlepas, "lari Zi" perintah Mita, aku menatapnya seolah berkata bagaimana dengan dirinya.

"Gue bilang lari!!" sentaknya lagi, aku pun langsung berlari kencang tanpa melihat ke belakang.

Nafas ku tersengal, aku berhenti di gudang belakang sekolah. Tempat ini tak pernah aku datangi sebelumnya, sesekali aku mengintip di balik tembok memperhatikan apakah masih ada teman-teman Rini yang mengejar ku. Aku menghela nafas lega, ternyata sudah tidak ada yang mengejar ku lagi.

Saat mengatur nafas, aku melihat ada kepulan asap di balik tumpukan kursi rongsokan. Entah kenapa aku sedikit penasaran, aku pun melangkah mendekat. Terlihat seorang pria sedang merokok, dan aku yakin dia pelajar di sekolah ini karena dia masih mengenakan seragam sekolah.

Aku ingin mengabaikan, namun aku terbatuk karena mencium asap rokok.

Uhuk..uhuk...

Pria tersebut menoleh ke arah ku, dan menatap mata ku tajam.

"Siapa itu?" terdengar suara guru BP.