Olivia tersenyum lalu mengangguk, "Tentu, Anda hanya ingin memakai anting?"
Victoria mengangguk, "Aku tidak ingin memakai terlalu banyak perhiasan. Ah, sekalian kau pilihkan saja sepatu yang cocok untuk kupakai."
Olivia kembali tersenyum, "Anda cocok memakai apa pun Tuan Putri. Baiklah, mohon tunggu sebentar, saya akan memilih anting dan sepatu yang cocok untuk Anda.
Setelah mengatakan itu, Olivia memilih anting yang tersusun rapi dibantalan khusus perhiasan. Athanasia memiliki banyak perhiasan dari berbagai penjuru negri, Yang Mulia Ratu memesankan khusus untuknya.
Olivia memilih sepasang anting dengan batu permata berwarna merah muda yang lembut, sangat cocok dengan gaun yang dipakai oleh Victoria. Lalu Olivia mulai memilih sepatu, ada sekitar dua puluh sepatu yang ditempatkan didalam kotak kaca dan Olivia memilih sepatu berwarna putih dengan batu berlian kecil didepannya sebagai hiasan untuk mempercantik sepatu tersebut.
Semua barang milik Athanasia memiliki kualitas terbaik, Raja dan Ratu selalu memesan khusus semua barang miliknya. Jadi tidak perlu diragukan lagi kualitas gaun, sepatu, hingga perhiasan Athanasia.
Olivia kembali ketempat Victoria menunggunya, didepan meja rias. Melihat anting dan sepatu yang dibawa Olivia, Victoria tersenyum puas. Sepatu dan anting itu terlihat mewah dan indah namun tidak terlihat berlebihan. Sangat cocok dengan gaun yang dipakainya.
"Aku pikir kau memiliki selera yang tinggi." Puji Victoria
Olivia tersenyum, "Saya sudah melayani Anda hampir tujuh tahun, jadi saya cukup paham selera Anda Tuan Putri."
"Berarti kau mengenalku dengan baik, benar?"
"Bisa dibilang begitu," jawab Olivia, "Saya akan menata rambut Anda." lanjutnya.
Victoria mengangguk, ia duduk tegak menghadap cermin. Membiarkan tangan Olivia menari dengan lincah dirambutnya.
"Kalau begitu, aku orang yang seperti apa?" Victoria harus mencari tau seperti apa Athanasia, jadi dia tau harus bersikap seperti apa.
"Anda orang yang lembut, baik hati dan ramah. Tidak perduli siapa mereka, entah itu bengsawan atau pengemis sekali pun jika mereka membutuhkan pertolongan, Anda tidak akan ragu menolong mereka." jelas Olivia tanpa ragu.
Victoria menatap pelayannya itu dari pantulan cermin dengan memicingkan matanya, "Kau berkata seperti itu untuk menyenangkanku?" tanya Victoria curiga.
Olivia menatap Victoria yang juga sedang menatapnya dengan tatapan curiga, ia tersenyum lembut dan berkata. "Anda adalah calon Putri Mahkota, mana berani saya berbohong dengan Anda. Nyawa saya taruhannya."
Victoria mencoba mencari kebohongan dimata pelayannya, tapi tatapan tulus itu menandakan Olivia tidak berbohong.
Paham jika majikannya masih ragu, Olivia kembali berkata. "Sifat Lembut Anda sangat mirip dengan Yang Mulia Ratu, namun terkadang jika ada yang menyinggung hati Anda aura dingin Anda dan perkataan Anda sama seperti Yang Mulia Raja. Singkatnya, Anda sangat mirip Raja dan Ratu."
"Kalau begitu aku tidak memiliki musuhkan?"
"Itu..." Olivia terlihat ragu untuk menjawabnya.
"Aku memilikinya, siapa dia?" gumam Victoria, ia sangat paham dengan keraguan yang ditunjukkan Olivia. Melihat pelayannya itu masih ragu, Victoria melanjutkan "Kau bisa jujur padaku, ingat perintah Raja Dan Ratu adalah kau harus membantuku untuk mengembalikan ingatanku yang hilang. Jadi cepat katakan."
"Lady Rasta dan Lady Luisa kurang menyukai Anda." jawab Olivia akhirnya. Lagipula ia memang harus mengatakannya cepat atau lambat, jadi gadis cantik ini bisa melindungi diri dan tidak mudah percaya dengan mereka.
Victoria mengernyit bingung, " Siapa mereka?"
"Lady Rasta merupakan selir Yang Mulia Raja, dan Lady Luisa adalah putrinya." dengan sabar Olivia menjawab semua pertanyaan Victoria, dan dia harus menjawab dengan jujur.
"Lalu kenapa kau memanggilnya Lady? kenapa bukan Tuan Putri seperti kau memanggilku?" tanya Victoria penasaran. Karna gadis yang bernama Luisa itu juga merupakan keturunan Raja, bukankah seharusnya ia mendapat gelar Putri?
Olivia tersenyum, "Hukum di Arandelle, hanya keturunan Raja dan Ratulah yang berhak mendapatkan gelar Putri atau Pangeran. Sedangkan anak selir, mereka akan dipanggil Lady atau Tuan Muda akan tetapi mereka tetap mendapatkan pelayanan terbaik serta dapat menghadiri segala acara yang ada di Istana tanpa memerlukan undangan. Kecuali pesta minum teh yang bersifat privasi." Jelas Olivia panjang lebar.
Tuan Putrinya sekarang ini seperti anak kecil yang tidak mengetahui apa pun tentang dunia, jadi ia harus dengan sabar menjelaskan semuanya secara perlahan agar majikannya ini paham.
"Nah selesai." ucap Oliva, ia tersenyum puas dengan hasil karyanya.
Victoria menatap cermin dan sedikit memutar tubuhnya untuk melihat hasil karya pelayannya. Ia tersenyum lebar karna menyukai tatanan rambut yang dibuat oleh Olivia.
Rambutnya diikat setengah lalu dicocang, Olivia juga memakaikan pita dirambutnya. Athanasia memiliki rambut yang bergelombang panjang sampai pinggang, sangat indah dan halus.
Setelah memakaikan Victoria anting dan sepatunya, Olivia beranjak pergi lalu memasuki sebuah ruangan. Victoria yang melihat itu hanya membiarkannya saja, ia masih terpaku dengan penampilannya saat ini.
Bahkan Miss Universe dunia pun kalah dengan kecantikanmu Athanasia, gumam Victoria dalam hati.
Olivia kembali dengan sebuah kotak kaca yang terdapat tiara kecil didalamnya.
"Sentuhan terakhir Tuan Putri." ucapnya,
Victoria menatapnya bingung, "Anda harus memakai ini sebagai simbol bahwa Anda lah Tuan Putri di Kerajaan Arandelle. Karna hanya Putri yang memiliki tiara." ucap Olivia.
Victoria mengangguk paham, lalu Olivia mengambil tiara tersebut dan memakaikannya dikepala Victoria. Tiara dengan batu ruby yang sangat indah.
"Tiara ini akan diganti dengan mahkota nantinya. Mahkota yang akan dipakai Putri Mahkota." ujar Olivia, "Anda sangat cantik Tuan Putri." pujinya tulus.
Olivia sangat menyayangi Athanasia, ia sudah menganggap Sang Putri seperti adiknya sendiri. Namun begitu ia tidak pernah melewati batasnya sebagai seorang pelayan, ia tetap menghormati Athanasia sebagaimana mestinya. Dan akan melindungi Athanasia dengan caranya sendiri.
Setelah memastikan Sang Putri sudah siap, Olivia membantu pelayan lainnya untuk memindahkan semua barang-barang Athanasia keruang ganti yang ada dikamar itu.
"Benar, dia sangat cantik." gumam Victoria pelan.
'Tidak! Now, you are Athanasia! Jangan menyebut dirimu sebagai Victoria, bersikaplah layaknya seorang Putri.' Batin Victoria,
'Nah Athanasia, dimana pun kau berada bantulah aku untuk menjadi dirimu. Karna hanya dengan begitu, aku dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa jiwaku bisa ada disini.' lanjutnya
"Karna semua pasti berawal darimu, dari Istana ini." gumam Victoria yakin.
Victoria gadis yang cerdas, ia bisa membaca situasi dengan cepat. Pasti ada alasan kenapa dia yang dikirim kesini, dan pasti terjadi sesuatu pada Putri itu.
Sekarang tersangka yang akan masuk dalam listnya adalah Lady Rasta dan Lady Luisa, ia akan bertemu dengan mereka dan menilai seperti apa karakter kedua Lady itu dan seperti apa sikap mereka ke Athanasia.
Dia juga harus mencari tau lebih banyak tentang Athanasia.