Chereads / I'm not a Princess / Chapter 10 - Siapa Yang Memberikan Ramuan Itu?

Chapter 10 - Siapa Yang Memberikan Ramuan Itu?

Lalu mereka akan mulai membandingkan antara Putri Athanasia dan Lady Luisa yang mana lebih cocok untuk menjadi Ratu dimasa depan.

Seketika Athanasia tersentak.

Ah jadi itu tujuannya! Dia ingin membuat masyarakat menilai jelek Athanasia yang mana notabennya adalah seorang putri, sedangkan dia akan dinilai sebagai Lady dengan etiket yang bagus padahal dia hanya anak seorang selir?

Athanasia tersenyum smirk karna paham kemana arah tujuan Luisa. Untuk anak berusia tujuh belas tahun, bukankah Luisa sangat licik? apalagi dia pernah berniat menukar kantung bunga Athanasia.

Apa Lady Rasta dibalik semua ini? batin Athanasia yang curiga dengan wanita pemilik surai bewarna perak itu.

"Maka dari itu saya merasa harus menjaga Anda lebih baik lagi." ucapan Olivia membuyarkan lamunan Athanasia,

Athanasia sedikit mendongak agar bisa menatap pelayannya itu, "Pasti kau sangat kesulitan menjagaku." ucapnya dengan senyum tersenyum kecil. Bisa ia bayangkan seperti apa kewalahannya Olivia menjaga seorang putri bernama Athanasia. Bukan karna tingkahnya barbar, tapi sifatnya yang terlalu mudah percaya dengan dua Lady yang dianggap seperti keluarga. Padahal merekalah yang paling berpotensi untuk mencelakainya.

Olivia tersenyum, "Kalau boleh jujur... ya saya sedikit kesulitan, karna saya khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada Anda jika Anda lepas dari pandangan saya. Dan itu benar." gumam Olivia diakhir kalimat dengan wajah sedih.

Athanasia menatap heran pelayannya yang tiba-tiba merasa sedih dan bersalah, "Kenapa?"

Olivia menatap majikannya dengan tatapan menyesal. "Maaf, karna saya lalai menjaga Anda, Anda jadi celaka Tuan Putri." satu tetes air mata lolos dari pemilik mata bewarna coklat ini.

Athanasia yang bingung karna Olivia tiba-tiba menangis langsung bangkit dari duduknya dan mengusap air mata wanita itu. "Hei ada apa? kau kenapa?"

Olivia meluruh, "Saya pantas dihukum Yang Mulia, karna kelalaian saya menjaga Anda, kecelakaan itu terjadi. Se-hiks seharusnya saya melarang keras Anda, meskipun akan dihukum setidaknya Anda tidak terluka dan mengalami lupa ingatan." tangisnya semakin pecah, rasa bersalah menyelimuti hatinya.

Athanasia semakin bingung dan tidak paham dengan perkataan Olivia. Ia menggenggam tangan pelannya untuk memberikan sedikit ketenangan.

"Tenanglah! Aku tidak paham apa yang kau katakan." jujur Athanasia,

Dia membantu Olivia berdiri dan membawanya duduk dikursi yang tadi ia duduki. Kemudian mengambil sapu tangan berbahan sutra yang terselip dibagian kanan pinggangya, ia tau karna melihat Olivia saat memasukkannya kedalam celah yang dibuat khusus untuk meletakkan sapu tangan.

Saat ia ingin mengusap air mata Olivia dengan sapu tangan miliknya, pelayannya itu menolak. "Seorang pelayan tidak boleh menggunakan barang milik majikannya, Tuan Putri." Olivia mengingatkan, ia masih terisak pelan, tapi sudah sedikit lebih tenang.

"Aku mengizinkannya!" kata Athanasia yang tidak ingin dibantah.

"Tapi Tuan Putri, ada batasan yang harus dijaga." Olivia masih dengan pendiriannya,

Alis Athanasia terangkat sebelah, "Kau menolak kebaikan seorang putri?"

Olivia menggeleng, "Tidak, bukan begi-"

"Kalau begitu ambil ini perintah! Atau aku akan menganggap kau mengabaikan perintahku?" potong Athanasia,

Olivia mendesah pelan, "Anda yang sekarang terasa sulit untuk dihadapi." ia mengambil sapu tangan berbahan sutra milik Athanasia, menolak pun percuma. Karna gadis cantik disampingnya ini pasti akan memaksanya sampa ia menerima sapu tangan itu.

Athanasia terkekeh kecil mendengar perkataan pelayannya itu, "Oh tentu! Jadi kau harus menyiapkan tenaga ekstra untuk menghadapiku." ucapnya.

Olivia tau jika Tuan Putri-nya ini hanya bercanda, ia pun tertawa kecil. "Entah kenapa saya jadi ingin mengundurkan diri." tentu dia tidak serius dengan perkataannya.

"Dan takkan kubiarkan." lalu mereka tertawa pelan.

"Sudah lebih baik?" tanya Athanasia saat melihat Olivia sudah bena-benar berhenti menangis.

Olivia mengangguk, "Berkat Anda, terimakasih." ucapnya disertai senyuman.

"Bukan masalah! Sekarang jelaskan padaku apa maksud perkataanmu tadi sampai kau menangis?" tuntut Athanasia.

Olivia menarik napas pelan sebelum berkata, "Kecelakaan yang menimpa Anda, itu terjadi akibat kelalaian saya."

Kecelakaan? apa kecelakaan yang membuat jiwa kami tertukar? tapi apa iya jiwa Athanasia yang asli ada dimasa depan dan sedang menjalani hidup sebagai dirinya? batinnya dalam hati.

Ia sempat memikirkan kemungkinan itu. Kemungkinan dimana jiwa Athanasia yang asli berada dalam tubuhnya dimasa depan dan hidup diperkotaan.

Athanasia menggeleng pelan, sekarang ia harus mencari tau kecelakaan apa yang menimpa Putri Athanasia.

"Kecelakaan apa?"

"Anda terjatuh dari kuda saat sedang berlatih." jawab Olivia

"Jatuh dari kuda? jadi itu sebabnya Yang Mulia Raja tidak mengizinkanku berkuda lagi?" gumam Athanasia yang dapat didengar Olivia.

Reflek Olivia mengangguk.

"Lalu kenapa itu jadi salahmu? itu kecelakaan dan itu diluar kehendakmu." tegas Athanasia, dia tidak ingin pelayannya ini terus merasa bersalah.

"Itu karna saya tidak mengecek kondisi kudanya terlebih dahulu, dan membiarkan Anda menungggangi kuda yang sudah diberi ramuan."

Alis Athanasia semakin tertaut bingung, "Ramuan? Ramuan apa? bicaralah yang jelas." kesalnya. Ia kesal karna Olivia berbicara setengah-setengah, menurutnya.

"Ramuan yang membuat kuda Anda mengamuk, dan akhirnya Anda terjatuh saat menungganginya." jelas Olivia. Masih jelas diingatannya bagaimana Sang Putri terjatuh karna tiba-tiba kuda yang ditungganginya mengamuk.

Terjatuh dari kuda? apa itu penyebabnya? batin Athanasia.

"Siapa yang memberikan ramuan itu?"

"Salah seorang pengurus kuda kerajaan salah memberikan ramuan, seharusnya dia memberikan ramuan untuk daya tahan tubuh." jawab Olivia,

"Lalu apa yang terjadi pada pengurus kuda itu?" tanya Athanasia,

Mendesah pelan Olivia menjawab, "Yang Mulia Raja mengeksekusinya, karna sudah menyebabkan Anda terluka."

Athanasia tidak terkejut, bukankah itu hal yang wajar dilakukan oleh Raja? apalagi pria itu terbukti bersalah.

Mendesah pelan Athanasia memejamkan matanya, semua yang terjadi begitu tiba-tiba, Padahal kemarin dia masih sibuk dengan tugas kuliah dan latihan bela diri.

Ya! Saat berada ditubuh aslinya dan hidup sebagai Victoria, dia diharuskan belajar bela diri, menembak bahkan memanah. Karna orang tuanya memiliki banyak musuh yang pasti akan mengincar dirinya yang merupakan anak tunggal. Jadi sedari kecil dia sudah diajarkan bagaimana caranya untuk melindungi diri sendiri, dan disini pun ia harus melakukan hal yang sama.

Gadis cantik itu membuka matanya, lalu menatap Olivia, "Semuanya sudah berlalu, jadi kau tidak perlu menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu." ia sengaja mengatakan ini karna dapat melihat raut bersalah dari pelayannya itu.

"Tapi tetap sa-"

Belum selesai Olivia menyelesaikan kalimatnya, Athanasi langsung berucap. "Ini perintah! Dan lagi aku yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Jadi kau tidak perlu khawatir."

Benar! Bagaimana pun dia dan Athanasia yang asli berbeda. Dia tidak bisa seperti Athanasia yang memaafkan semua kesalahan orang yang mencoba menyakitinya. Jika Athanasia yang asli memiliki jiwa malaikat didalam dirinya, maka dia akan memiliki setengahnya sedangkan setengah lagi berjiwa iblis. Itulah caranya agar ia bisa bertahan.