Chereads / Take down / Chapter 21 - MERINDUKAN PERHATIAN SEORANG IBU

Chapter 21 - MERINDUKAN PERHATIAN SEORANG IBU

Di siang harinya Hafshah benar-benar datang ke apartemen Risa, Risa yang baru saja bangun hanya menguap sambil mengambil gulingnya ke ruang makan. Hafshah melihatnya sambil tersenyum, ia rasa Risa beda dari anak gadis di keluarganya. Tiba-tiba saja Hafshah menautkan ketertarikannya menjadikan Risa sebagai salah satu bagian dari keluarganya.

"Bu?!" panggil Risa yang membuat lamunan Hafshah luntur.

"Ibu lihat Risa sambil senyum gitu kenapa, sih? Ada sesuatu ya di wajah Risa?" tanyanya.

Hafshah menggeleng, ia malah mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan Risa sudah shalat atau belum. Kedua alisnya terangkat saat Risa menggeleng dan menjelaskan jika keluarga mereka tak pernah shalat. Jangan jauh-jauh ke bacaannya, gerakannya pun saja Risa tidak tahu seluruhnya.

Tiba-tiba Hafshah berkeinginan untuk mengajak Risa ke pesantren, perlahan ia ingin mengenalkan bagaimana kehidupan pesantren dan harapannya Risa bisa mendapatkan pelajaran atas kehadirannya di sana.

"Kalau gitu, mau gak ibu ajak kamu untuk pergi ke pesantren? Beberapa hari lagi ibu akan pulang, dan kamu pun di sini tidak ada kegiatan kan selama satu bulan?"

Risa terpaku saat ibu kandung Altezza mengajaknya ke pesantren. Beberapa detik kemudian ia tertawa tak percaya, "Ibu, aku ini gadis malam. Pesantren itu untuk orang-orang suci. Aku tidak mau mengotori pesantren ibu, dan aku pun pasti akan tidak nyaman dengan lingkungannya." tolak Risa mentah-mentah.

Hafshah menarik nafasnya, lalu membuangnya perlahan. "Risa, kita tidak tahu siapa orang yang benar-benar suci dan tidak. Yang tahu hanya Allah, lagi juga ibu masih ingin masak lauk dan nasi goreng buat kamu." Hafshah sedikit menunjukkan wajah sedihnya.

Berbicara mengenai masakan dan nasi goreng, Risa menjadi tertarik. Ia memang tidak bisa melupakan rasa nasi goreng yang super lezat. Namun ia ragu dengan kesehariannya di sana, bayangannya sudah bosan dan pasti akan sangat menyebalkan.

"Seperti anak ibu yang satu itu, 'kan dia titisan pesantren jadinya menyebalkan. Gimana kalau aku termasuk ke sana, Risa akan berubah menjadi Risa yang menyebalkan karena pernah hidup di pesantren." racau Risa masih ada pada jalannya untuk tidak ikut ke pesantren.

"Itu kan Altezza, kalau kamu ibu rasa pasti beda. Ibu yakin kamu pasti tidak akan bosan di sana, karena ada Adeeva yang siap menemani kamu setiap saat." ucap Hafshah meyakinkan.

"Adeeva? Siapa dia. Dia pasti calonnya pria menyebalkan itu, ya, Bu?! Gak mau ah, bisa-bisa Risa tambah mumet nanti." penolakan Risa kali ini benar-benar lucu, membuat Hafshah tertawa dan menggeleng perlahan.

"Namanya Adeeva Afsheen, dia adalah anak ibu yang kedua. Lebih tepatnya dia adalah adiknya pria yang menyebalkan, Adeeva berbeda sama Altezza. Sikapnya yang humble, asik, periang, mudah bergaul, membuat semua orang menyukainya. Dia pun suka mendengarkan orang bercerita, kalau kamu mau cerita berpuluh-puluh episode pun Adeeva akan mendengarkannya dengan baik." terang Hafshah.

Risa jadi sedikit membayangkan sikap Adeeva ini. Setelah mendengar penjelasan dari Hafshah, ia merasa jika Adeeva bisa dijadikan teman curhat olehnya. Secara kisah pilu Risa sangatlah banyak, bahkan saking banyaknya sampai tertumpuk dengan masalah yang baru rilis. Ia jadi ingin pergi ke pesantren, "Tapi, apakah Adeeva akan menerimaku sebagai sahabat? Pasti dia gak mau kalau aku ada di hidupnya, aku kan bukan santri." ucapnya lagi yang merasa ragu.

Untuk lebih meyakinkan, Hafshah memperlihatkan fotonya dan menghubunginya lewat sambungan video call. Tidak lama Adeeva pun menjawab dengan suara yang tidak seanggun yang Risa kira. "Ini cewe bobrok juga gak ya?" tanyanya dalam hati. Pertanyaan itu dijawab langsung oleh Adeeva sendiri, yang mengucapkan salam pada Risa saat kameranya diarahkan ke arah Risa.

"Eh, i-iya. Hallo!" Risa hanya menjawab demikian dengan kegugupannya. Namun Adeeva tidak mempermasalahkannya dan tetap tersenyum riang di hadapan Risa.

"Nama kaka ka Risa, ya?! Cantik banget, aku pasti seneng kalau bisa ketemu kakak. Kapan-kapan main dong ke sini, atau enggak kakak bisa izin sekolah dan ikut sama umi nanti." cerocos Adeeva tanpa jeda.

Risa pun meringis canggung, "Iya, sebenarnya ibu tadi ajak aku untuk datang ke pesantren. Tapi masih banyak pertimbangannya, soalnya aku bukan seperti kalian yang tidak mudah marah dan tetap ada di batas kebenaran." jawab Risa.

Adeeva malah tertawa pelan, "Kakak Risa ini, lagian manusia itu tempatnya salah, ka. Jadi pede aja kaya aku, asalkan kitanya aja yang gak ngulang kesalahan. Pasti akan lebih bahagia." responnya seperti orang yang sudah akrab dan kenal belasan tahun.

Risa terdiam sesaat setelah mendengar penuturan Adeeva, ia tidak menyangka jika Adeeva sangat berbeda dengan Altezza. Adeeva lebih santai dan tidak terlalu serius, dan ia menyukai itu. Mengingat perkataan Adeeva yang mengatakan hal tadi, ia jadi ingat dengan kesukaannya yang suka minum minuman beralkohol dan pergi ke tempat malam. Dengan itu ia menanyakan satu hal, "Emangnya kamu mau gitu kenal sama aku, aku kan gadis malam." Risa menaikkan kedua alisnya.

Dengan santainya Adeeva menjawab, "Mau gadis malam, gadis siang, gadis gentayangan pun ayo! Adeeva sangat suka berkenalan dengan siapapun, apalagi sama kakak. Karena sebelumnya sudah ada bocoran dari ka Altezza, jadi aku gak sabar untuk ketemu kakak."

Tawa Risa terhenti ketika Adeeva mengatakan jika ia mendapat bocoran dari Altezza mengenai dirinya.

"Kakak penasaran kak Altezza suka cerita apa aja?! Datang ke sini dong makannya, nanti aku ceritain." tantang Adeeva.

Risa hanya melebarkan mulutnya saja ketika mendengar Adeeva menantang. Risa belum bisa memberi keputusannya sekarang dan Adeeva akan segera dihubungi lagi jika keputusan itu sudah bulat.

Baru sadar hanyut dalam obrolan baru yang tapi terasa panjang, Risa pun mengakhiri obrolannya saat Hafshah menuangkan nasi dan lauknya ke atas piringnya. Lalu ia memberikan handphone itu kepada Hafshah dengan senyuman yang menawan.

"Kamu terlihat sangat cantik ketika tersenyum seperti itu, ibu suka. Banyakin senyum, ya, sayang. Dengan senyum kita bukan hanya sekedar shadaqoh, tapi memberi kebahagiaan kepada diri kita sendiri. Dan kebahagiaan itu sangat penting bagi dirimu." pinta Hafshah.

Risa merasa terharu dengan perhatian yang diberikan Hafshah, tiba-tiba saja air matanya jatuh tak bisa terbendung lagi. Hafshah yang melihatnya langsung merasa bersalah karena ucapannya yang ditakutkan sudah melukai hati Risa. Ia pun menyeka air matanya dan mengucapkan permintaan maaf dengan tulus. Namun Risa menahan tangannya dan menatapnya dengan lekat. "Ibu tidak salah apa-apa, aku hanya merindukan perhatian seorang ibu yang baru aku dapatkan darimu." ucapnya dengan hati yang dipenuhi rasa kesedihan.

Hafshah ikut meneteskan air matanya, "Kamu bisa menganggapku sebagai ibumu, Risa. Aku melakukan ini semua tulus tanpa merasa kasihan sedikitpun kepadamu. Kamu mau kan menerima semua perlakuanku terhadapmu?!" tanya Hafshah yang langsung diangguki oleh Risa. Hafshah pun bangkit dan mendekap Risa. Sebelumnya Risa belum pernah merasakan sebahagia ini ketika berada di dekapan seorang wanita. Hafshah sudah berhasil meluluhkan Risa, meski sebelumnya Risa selalu bersikap buruk padanya.