Risa, Daniel, Rio, Viollet, dan lainnya terduduk berhadapan dengan para orang tuanya. Risa yang masih kesal dengan papanya hanya bisa menatapnya dengan tajam, tapi berbeda dengan Daniel yang justru mengeratkan kepalan tangannya sudah ingin menjambak Risa dari belakang.
Mereka semua dikumpulkan di ruang BK, dan mereka sedang menunggu gurunya yang akan menyampaikan beberapa hal. Beberapa menit kemudian guru BK datang dengan tiga orang muridnya. Mereka adalah Altezza, Monara, dan Gino. Monara dan Gino sebenarnya belum masuk sekolah karena kondisinya yang masih belum stabil, namun guru BK ini memintanya datang untuk menjadi bukti dan agar masalahnya segera bisa diselesaikan.
"Dia ...," geram Risa yang melihat Monara.
Risa tidak bisa meluapkan emosinya sekarang, bisa-bisa ia di drop out dan semua uang jajannya yang sedang disita akan hangus begitu saja.
Guru BK pun memulai rapatnya, ia mengucapkan banyak terima kasih karena sudah mau memenuhi panggilannya. Ia pun langsung mengutarakan permasalahannya dan kekecewaannya pada anak-anak mereka yang sudah berbuat seenaknya. Meski di luar sekolah, tapi nyatanya berakibatkan kepada kelancaran pembelajaran. Monara dan Gino tidak bisa masuk sekolah karena kejadian ini.
Gino dan Monara pun angkat bicara setelah diminta keterangan oleh guru BKnya, mereka menceritakan sesuai fakta. Selain itu Altezza yang disangka ingin menyaingi geng Marvooz menolaknya dengan yakin, ia mengungkapkan jika dirinya ingin mendirikan geng yang banyak menebar kebermanfaatan. Tidak hanya sekedar nongkrong-nongkrongan di pinggir jalan, tapi tetap memikirkan bagaimana caranya agar visi mereka tercapai.
Mendengar penuturan Altezza, guru BK dan bahkan para orang tua mengangguk paham. Justru mereka setuju dengan ide yang digagas oleh Altezza, pemikiran yang seperti itu di zaman ini sangatlah sedikit.
"Saya selaku ketua geng the Mountain bike meminta maaf yang sebesar-besarnya, jika memang geng ini tidak memberikan dampak yang baik, maka saya akan membubarkannya dengan baik-baik." ucap Altezza yang membuat Gino dan Monara terperanjat kaget atas pemikiran pemimpin gengnya yang tidak terduga.
"Al?!" panggil Gino tak terima.
Altezza hanya tersenyum sambil mengangguk, ia mengisyaratkan jika itu satu-satunya jalan jika memang akan memberikan dampak yang buruk untuk ke depannya.
"Tidak. Saya selaku orang tua dari Daniel tidak setuju dengan ucapanmu barusan. Saya tahu betul bagaimana geng-geng di sekolah sudah merajalela, tapi baru kali ini saya mendengar visi dari geng the mountain bike sangatlah bagus. Jujur, saya tidak setuju dan malah akan mendukung geng kamu untuk terus berdiri hingga kebermanfaatan itu menyebar luas." tutur ayah Daniel.
Daniel yang mendengar penuturan ayahnya langsung mengerutkan alisnya, ia tidak tahu harus berbuat apa agar ayahnya ini mau mencabut kembali perkataannya yang sudah membuatnya jatuh berkali-kali lipat sebagai pemimpin geng Marvooz. Daniel merasa ayahnya tidak pernah mendukung gengnya seperti itu, tapi kali ini ayahnya justru malah mendukung geng saingannya.
Berbeda dengan Daniel yang menatap ayahnya, Risa justru menatapnya dengan penuh tanya. Selama ia menjadi pacar Daniel, cerita mengenai ayahnya yang suka selingkuh dan terpandang tempramen tidak lah terlihat. "Sikap ayahnya terlihat baik, bijaksana, dan penuh aura positif. Berbeda sekali dengan sikap papa, yang tidak berbicara saja sudah membuatku muak." Risa membatin.
"Apa ayahnya Daniel hanya berpura-pura saja, ya?! Baik di hadapan orang agar terlihat penuh kharisma?" lanjutnya.
Lamunan Risa hancur lebur saat papanya juga angkat bicara mengenai pembubaran geng Altezza. Papanya mengatakan jika dirinya juga tidak setuju dengan ucapan pemimpin geng the mountain bike karena jarang sekali ada anak yang berpikiran luas seperti Altezza.
"So bijaksana." gerutu Risa lagi. Kali ini ia bisa membedakan siapa yang benar-benar tulus mengatakannya, dan mana yang hanya cuma cari sensasi semata.
Untuk lebih memastikan sikap ayahnya Daniel, nanti ia akan menanyakannya langsung. Kali ini ia harus fokus dengan keputusan yang akan diberikan oleh guru BK.
"Baik-baik, bapak ibu semua. Saya akan menyimpulkan keputusannya. Pertama, geng dari the mountain bike tidak akan dibubarkan. Saya selaku guru BK akan memantaunya langsung, dan akan selalu berkomunikasi dengan Altezza. Kedua, mohon maaf kami akan men-skors anak-anak bapak dan ibu selama satu bulan penuh. Ini akan menjadi peringatan terakhir untuk anak-anak bapak dan ibu. Sekian, dan terima kasih atas perhatiannya." pungkas guru BK.
Para orang tua mereka tidak ada satu pun yang mengomentari keputusan guru BKnya, karena mereka sadar jika anak-anak merekalah yang salah. Daniel dan Risa tidak mempermasalahkan keputusan guru BKnya yang kedua, tapi mereka sangat geram karena keputusan yang pertamanya tidak sesuai dengan keinginan mereka. Sehingga Daniel menarik paksa kerah baju Altezza dan menghajarnya tanpa ampun.
"Daniel! Daniel! Apa yang kamu lakukan?! Daniel!!" ayahnya Daniel marah saat melihat kelakuan anaknya yang tidak bisa diarahkan.
"Pah, dia sudah berbohong. Tidak mungkin dia mempunyai visi sekonyol itu, Daniel tahu dia hanya ingin menghancurkan geng Daniel, pah." ucap Daniel tak terima.
Altezza hanya terdiam saja, ia menahan perutnya yang kembali sakit. Monara dan Gino malah diminta pergi untuk istirahat di rumah masing-masing. Sedangkan Risa dan semua orang tua yang tadi ikut rapat hanya bisa menyaksikan perdebatan Daniel. Di sana sudah tidak ada guru BK karena ia harus kembali melaporkan tugasnya kepada kepala sekolah, dengan itulah Daniel bersikap leluasa.
"Daniel! Kamu tidak boleh berburuk sangka seperti itu, Altezza anak baik. Papa sangat yakin itu, harusnya kamu belajar darinya. Papa gak setuju kamu terus-terusan menyalahinya, padahal geng kamulah yang seharusnya dibubarkan." ucap ayah Daniel tak tanggung-tanggung.
Wajah Daniel menyeringai hebat sambil menatap mata Altezza, "Puas Lo udah buat bokap gue berpihak sama Lo?! Arrghhh!!!" Daniel membantingnya ke samping. Lantas ia pun berlalu dengan nafas yang memburu.
Risa yang juga kesal terhadap Altezza ikut berlalu menyusul kekasihnya, ia tidak sedikit pun berpamitan pada sang ayah karena rasa muaknya.
Semua orang yang ada di sana bubar, tapi ayah Daniel membantu Altezza agar bisa bangkit dan berjalan. Ia baru teringat jika dirinya harus menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Daniel, ia takut Daniel menyembunyikan niat yang buruk terhadap Risa yang sudah menderita.
"Kamu kuat, 'kan?! Maafkan anak saya, ya. Dia anaknya memang keras seperti itu. Ah, ya. Ayo, duduk di sini."
Altezza di bawa ke ruang UKS untuk dibersihkan darahnya yang ada di ujung mulutnya. Sejak tadi Altezza banyak diam karena ia ingin mencerna terlebih dahulu bagaimana sikap asli dari ayahnya Daniel.
Beberapa saat kemudian, Altezza meminta izin untuk sedikit berbincang. Dengan senang hati ayah Daniel menerimanya dan membawanya ke kantin.
Karena guru-guru sedang mengadakan rapat, jadi semua siswa dan siswi sudah diberi tugas. Namun untuk anak-anak yang dipanggil oleh guru BK tadi masih memiliki waktu satu jam untuk tidak masuk kelas dan ini hanya berlaku bagi Altezza saja karena Risa dan yang lainnya sudah pergi dari sekolah akibat dari hukumannya.
"Sebelumnya maaf jika saya terlalu lancang menanyakan hal ini kepada bapak, tapi saya sangat membutuhkan infonya yang akurat agar...," ucapan Altezza terpotong saat dirinya ragu untuk mengatakannya.