Chereads / Take down / Chapter 17 - REMASAN SURAT UNTUK RISA

Chapter 17 - REMASAN SURAT UNTUK RISA

"Untung aja keburu masuk, coba kalau enggak. Udah dihukum lagi kita," gerutu Risa yang langsung memberikan sepedanya pada Altezza.

"Kita? Kamu aja kali. Aku gak pernah dihukum, ya." sahut Altezza menghentikan langkah Risa. Dengan cepat Risa menoleh dan memicingkan matanya, "Gitu aja sombong, hih." Risa memajukan mulutnya beberapa senti. Membuat Altezza terpaku dan menatapnya tanpa henti. Kemudian ia pergi dengan menggeleng membayangkan wajah Risa yang konyol.

Setibanya di kelas, Risa kembali cemberut di atas mejanya, ia melipatkan kedua tangannya dan menimpanya dengan dagunya. "Hari ini ada pelajaran guru yang nyebelin itu, bosan lama-lama gue di sini." Batin Risa mengoceh. Di jam kedua memang ada pelajaran Merlin, pelajaran matematika yang tidak pernah ia sukai.

Lamunannya runtuh ketika remasan kertas jatuh tepat di hadapannya. Ia langsung menoleh ke arah mana saja, mencari orang yang sudah melemparinya dengan sembarang. Karena tidak ada yang mencurigakan, akhirnya ia membuka remasan kertas itu dan membacanya.

"Tersenyum itu shodaqoh, maka perbanyaklah senyum. Apalagi di pagi hari seperti ini. Tenang, hukumannya masih tetap berjalan, ko. Jadi, semangat, ya!"

Risa membulat saat membaca isi dari remasan kertasnya, ia langsung menoleh ke bangku Altezza dan benar saja, yang melemparinya kertas itu adalah Altezza. Altezza tersenyum dan melambaikan tangannya bak sedang fashion week. "Ish, apaan sih." Risa jengah dengan sikap Altezza yang tiba-tiba hangat.

Risa meraih penanya dari dalam tas yang ada di belakang punggungnya, lalu ia membalas pesan Altezza dengan niat memarahinya. Tapi belum saja ia selesai menulis, guru pertama sudah masuk dengan membawa infokus, laptop, dan speaker berukuran sedang. Ia menoleh lagi ke arah Altezza dan memberikan tatapan tajamnya, namun Altezza membalasnya dengan senyuman.

"Ish, so ganteng banget." gerutu Risa sambil memalingkan wajahnya.

Saat jam pertama selesai, Merlin masuk dengan sapaannya seperti biasa. Kali ini Risa ikut merespon meski terpaksa, namun Altezza merasa bangge dengan perubahan yang terlihat di dalam diri Risa. Perubahannya tidak begitu signifikan, tapi ia yakin jika Risa akan menjadi murid yang baik kedepannya.

Di pertemuan kali ini Merlin menjelaskan limit fungsi aljabar, ia pun mengatakan jika limit digunakan untuk menyatakan sesuatu yang nilainya mendekati nilai tertentu. Seperti limit tak hingga yang merupakan angka yang sangat besar yang nilainya tidak dapat dipastikan.

Seperti biasa, setelah materinya dijelaskan dan diberi contoh soal, Merlin meminta kepada muridnya ntuk mengerjakan lima soal dari apa yang sudah ia jelaskan tadi.

"Soalnya selalu berbeda dengan apa yang dijelaskan," gerutu Risa sambil menggaruk pelipisnya kasar. Altezza yang tidak sengaja melihatnya hanya tertawa tipis sambil kembali membuka bukunya.

Satu jam lebih berlalu, akhirnya Risa bisa menghirup udara bebas setelah berjibaku dengan pelajaran yang membuatnya pusing. Risa tidak suka dengan pelajaran hitung-hitungan karena sejak dulu ia hanya senang bermain, mengedepankan main dan membelakangkan belajar.

"Altezza, hukuman Risa kembali dijalankan, ya. Orangnya sudah sekolah sekarang, dan ibu lihat dia lebih fresh sekarang setelah kepulangannya dari rumah sakit." titah Merlin saat semua muridnya sudah keluar untuk beristirhat. Dengan sopan Altezza menyetujuinya dan siap menjalankan amanahnya.

Altezza berjalan mencari keberadaan Risa, ia harus mengawasinya hingga hukumannya berjalan dengan baik dan benar. Altezza tidak boleh lengah akan Risa yang memang banyak idenya untuk mengindar dari hukuman. Saat melewati ruang perpustakaan, ia melihat seseorang yang sedang membaca buku sambil mengunyah makanan ringan.

"Risa?"

Altezza tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, biasanya ia menemukan Risa di kantin atau tidak ia menemukannya sedang berduaan dengan Daniel. Kepala Risa terangkat ketika seseorang mengetuk mejanya beberapa kali, "Altezza! Ngapain sih ganggu gue terus, gak bosen apa." Kedua alis Risa kembali mengerut.

"Sekarang waktunya bukan baca buku, penuhi dulu tanggung jawabmu dalam menjalani hukuman dari bu Merlin. Ciri-ciri orang munafik itu ingkar janji, dan jika kamu mengingkari janjimu beberapa hari lalu, maka kamu akan termasuk ke dalam orang munafik."

"Iya, iya. Gue penuhi tanggung jawab dan janji gue, dasar, penceramah bawel." Delik Risa yang langsung berlalu dari hadapan Altezza. Altezza mengangguk beberapa kali dan perjuangannya perlahan berhasil.

Ketika Altezza mengancam Risa akan menyebarkan persoalannya dalam tidak bisa membayar hutang, di sini pun Risa berjanji akan memenuhi tanggung jawabnya. Risa tidak akan pernah lagi lari dari tanggung jawab yang sedang terikat dengan dirinya dan beruntung Altezza mengingat momen ini. Jadi ia bisa menggunakannya sebagai alat agar Risa perlahan bisa berubah. Meski dengan terpaksa, tapi ia yakin jika lama-kelamaan akan terbiasa.

Wc demi wc dibersihkan Risa, masih ada sisa beberapa hari lagi untuk tetap menjadi ob sekolah yang dikhususkan di bagian tempat yang tidak satu orang pun mau membersihkannya. Merlin benar-benar pintar dan tepat sekali dalam memberi hukuman, dengan begitu wc sekolah tidak akan terlalu kotor dan bau.

"Bukan seperti itu kalau nyiram lantai wc yang sudah disikat, gayungnya diarahkan dari ujung sini, nanti air yang dari sini akan mengalir dan masuk bersama kotorannya ke lubang yang ada di sana." Altezza sedikit membenarkan cara Risa mengguyur lantai wc yang sudah disikat, ia pun mencontohkannya agar benar-benar paham.

Risa mendecak kesal, dengan wajah menekuk ia langsung merebut kembali gayungnya dan mempraktekkan apa yang dicontohkan Altezza. Ketika sedang fokus mengawasi Risa, tiba-tiba seseorang datang dan meminta Altezza untuk pergi ke ruang bk.

"Risa, ingat! Ada dua malaikat yang mngawasimu jika kamu kembali mengingkari janjimu, aku akan pergi ke ruang bk dan kamu tetap selesaikan tanggung jawabmu." pesan Altezza sebelum ia pergi.

"Iya, iya, pria kuno yang bawel."

Risa pun kembali melanjutkan apa yang sudah di mulai, tangannya menuangkan cairan pembersih lantai dan kembali menyikatnya.

"Udah berbuat apa tuh cowok, sampe dipanggil ke ruang bk. Huh, tadi pagi aja sombong gak pernah dihukum. Eh sekalinya dihukum, langsung dipanggil bk! Hhha, konyol." Risa tertawa puas mengetahui Altezza yang sedang ada dalam bahaya di ruangan guru bk.

Meninggalkan Risa yang sedang menertawakan Altezza, Altezza justru sedang bimbang dengan apa yang akan terjadi kedepannya. Teman sekelasnya ini akan kembali mendapatkan hukuman yang lebih berat karena sudah membahayakan nyawa temannya yaitu Monara. Altezza diminta untuk menjelaskan lebih detile permasalahan yang membuat kedua temannya tidak bisa masuk sekolah. Dengan jelas dan runtut Altezza menjelaskan semuanya.

"Kamu sebagai ketua kelas tidak bisa memantau permasalahan teman-temanmu? Meski mereka sudah ada di luar sekolah, tapi bapak yakin jika permasalahannya ditimbulkan di sini, di sekolah ini. Seharusnya kamu tahu apa masalah terbesar Risa dan Daniel, sehingga mereka berani mencelakai Monara, Gino, dan bahkan kamu sendiri."

Altezza menunduk patuh saat guru bk-nya menceramahinya, ia sadar jika dirinya kurang teliti dalam bertugas. Dengan begitu ia meminta maaf atas kelalaiannya dalam membimbing anggotanya.

"Besok pagi saya akan memanggil semua orang tua yang bersangkutan, dan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jika dibiarkan, mereka akan terus menindas siswa lain yang tidak sesuai dengan prinsipnya."

"Baik, pa, sekali lagi saya mohon maaf. Dan setelah pulang sekolah, in syaa Allah saya akan menjenguk teman-teman saya bersama teman-teman yang lain." ucap Altezza yang tentu merasa bersalah.ia pun keluar setelah gurunya memberinya izin untuk keluar.