"Oke, aku rasa peresmian the mountain bike ini harus dirayakan di suatu tempat yang sangat indah. Bagaimana jika di libur sekolah nanti kita semua pergi ke sebuah gunung yang ada di jawa barat. Dan untuk lebih menentukan gunung itu, nanti aku coba cari bersama dengan sie travel the mountain bike." Altezza mengungkapkan idenya.
Semua anggota yang berjumlah 27 orang ini membulatkan kedua matanya antusias. Mereka membayangkan pasti akan sangat seru, ditambah dengan kayuhan sepeda yang siap menjajal jalan pegunungan.
"Untuk mendapatkan sepedanya, mulai sekarang kita harus menabung dengan rutin. Beberapa bulan ini kita harus menyisihkan uang jajan, dan uang itu akan dipegang oleh sie money. Gimana, setuju?!" tanya Altezza lagi.
Semua mengangguk, tidak ada satu orang pun yang menggeleng. Meskipun geng yang dibuat Altezza ini sangat rapi dan tersusun seperti sebuah organisasi, tapi mereka sangat senang karena bisa menjadi pembeda dari geng lainnya.
"Selama ada yang murah dan sehat, kenapa harus milih yang mahal dan sedikit terlihat boros. Gue salut sih sama pemikiran si Al, bisa mencetus geng yang nampak beda. Tidak selamanya geng itu bermotor gede dan mewah, nyatanya lebih seru dan terasa menantang dengan sepeda yang terlihat sederhana." Gabriel mengungkapkan pujiannya pada Altezza.
Jika dipandang dari segi ekonomi, Gabriel adalah anak yang paling kaya di angkatannya. Dan jika di kelas 12 ada Daniel Marlon, di kelas 11 ini ada Gabriel Darmananta, anak dari seorang pria yang memiliki pengaruh besar di perusahaan yang ada di Indonesia. Namun, tentu Gabriel kalah saing dalam segi pendidikannya jika disandingkan dengan Altezza.
"Alhamdulillah, ini juga berkat bantuan kalian, dan terlebih Gino yang sudah memberi saran nama geng kita dengan nama 'the mountain bike'. " Altezza melempar pujian itu pada temannya yang lain, teman sekelasnya yang ngehujat Risa saat di kelas.
Di sisi lain, Daniel pun sedang berkumpul dengan gengnya di markas Marvooz yang sudah menemaninya dalam kondisi apapun.
"Gue gak mau liat si ustadz Al itu lebih unggul di sekolah, berani-beraninya dia membuat geng baru demi menjatuhkan geng Marvooz yang sudah ada terlebih dulu. Pokoknya gue gak mau tau, malam ini lo semua beri pelajaran yang layak untuknya. Punya sepeda ontel aja songong," ucap Daniel dengan penuh emosi. Kilatan mata elangnya nampak jelas membuat semua anggotanya begidig ngeri.
"Gak mau sekalian sama si Gino?!" tanya Risa yang tiba-tiba datang.
Semua menoleh termasuk Daniel. "Kenapa dengan curut satu itu?" tanya Rio yang satu angkatan dengan Gino, tapi Rio duduk di kelas 11 b.
"Gue kesel sama dia, dia nyolot. Gak punya sopan santun sama kakak kelas kek gue," jawab Risa sambil mendelik.
"Iya sih, aku rasa si Gino itu juga berperan aktif dalam perumusan geng baru. Yang ngasih nama the mountain bike, 'kan dia. Jadi aku rasa dia juga pantas dapat pelajaran." lanjut Rio.
"Heh, masuk ke geng gue itu bahasanya udah beda. Kalau lo masih panggil 'aku' 'kamu' atau bahasa halus lo itu, gue gak segan keluarin lo dari geng ini." Tegur Daniel dengan sedikit toyoran pada kepala Rio.
"I-iya, g-gue rasa begitu, king. Gino juga harus dapat pelajaran yang setimpal," ulang Rio dengan tergugup.
Daniel menyilangkan kedua kakinya di atas meja, ia pun tersenyum menyeringai membayangkan wajah Altezza yang akan lebih indah dari wajah sebelumnya.
"Satu lagi, gue butuh bantuan untuk memberi pelajaran pada Monara. Tapi gue mau yang menghajarnya itu cewe," pinta Risa.
"Nice! Kita juga akan keluarkan singa jantan kita, di malam ini." pungkas Daniel.
Di malam yang ditunggu-tunggu, Altezza dikepung oleh tiga motor gede berwarna hitam. Tentu ia tahu motor gede berwarna hitam ini ikon punya siapa, tapi ia memutuskan untuk tidak takut atau pun kabur dari sergapannya. Ia hanya melepaskan topi putihnya, lalu ia masukkan ke dalam tas gendongnya.
"Aku harap mereka tidak mengulang kesalahan sebelumnya," batin Altezza penuh harap.
Nyatanya keenam anak buah Daniel itu mengulang apa yang terjadi di malam sebelumnya, dengan terpaksa ia harus mempertahankan dirinya. Sebagai juara nasional di lomba bela diri yang diadakan tiga tahun lalu, Altezza tidak kalah saing dari Daniel. Ia berusaha melawan kakak kelasnya saat menarik tasnya dengan kencang, "Tidak ada Daniel?!" heran Atezza saat keenam orang dihadapannya membuka helm bersamaan.
Bugh!
Salah satu helm itu dilempar ke tubuh Altezza, ia pun terjatuh dengan hantaman kuat di bagian dada dan perutnya. Altezza tidak fokus, dan salah satu anak buah Daniel memakai kesempatan itu untuk menjatuhkannya.
"Apa yang kalian lakukan? Tidak bisakah kalian melakukan musyawarah untuk menjelaskan apa kesalahanku terhadap kalian? Aku rasa kalian sudah salah melakukan ini," ucap Altezza sambil memegang kuat dadanya.
"Apa? Musyawarah?! Hhha, kita bukan sedang rapat osis, bung. Ini soal niat busuk yang terpendam, seharusnya lo sadar sendiri dengan kesalahan lo itu. Berpura- pura tidak tahu di mana kesalahan lo, padahal sudah jelas lo mau menjatuhkan geng Marvooz dengan geng sepeda butut mu itu." Jawab Radit, wakil dari king Marvooz.
Altezza mengernyitkan kedua alisnya, "Astaghfirullah, tidak ada niat ke arah sana ketika aku membuat geng baru ini." Berniat meluruskan, tapi Radit sudah melempar satu helm lagi ke arahnya. Membuat Altezza bangkit dan mengeratkan kepalan tangannya karena sudah tidak bisa menahan diri.
"Tunggu-tunggu, apa salahnya memberi nama geng untuk angkatan kita? Seharusnya yang jadi penghianat itu lo, Rio. Lo tiba-tiba masuk ke geng Marvooz dan menghajar gue seperti ini. Siapa yang salah?! Mikir!!"
Bugh!
Rio kembali menghajar Gino. Rio yang juga mendapatkan tugas dari Daniel langsung mendatangi kafe Booster yang tidak jauh dari sekolah. Ia bersama keempat temannya memberi pelajaran yang sesuai dengan apa yang diperintahkan, mereka tidak memberi ampun meski Gino terus mengelak.
Suasana di kafe itu pun semakin panas, semua orang berusaha melerai perkelahian diantara keduanya. Namun mereka kembali mundur saat melihat atribut elang di jaket kelima pria yang menghajar Gino. Me time Gino hancur berkeping-keping, ia sudah tidak bisa melawan lagi karena kekuatannya terkalahkan dengan cepat.
Di waktu yang bersamaan dengan Gino dan Altezza, Monara pun di datangi langsung ke kosannya oleh singa jantan geng Marvooz. Monara terperanjat kaget saat melihat Viollet mendobrak pintunya dengan kasar, ia semakin terkejut ketika kakak kelasnya ini mencekik dirinya dan memojokkannya ke dinding kamarnya.
"A-apa yang kakak lakukan?!" tanya Monara dengan nada ketakutan.
Viollet menyeringai, "Ternyata belum menyadari kesalahannya apa, ya." Ia lebih mengeratkan cekikannya itu, membuat Monara kehabisan nafas dan membulatkan matanya merasa tidak kuat dengan apa yang dilakukan kakak kelasnya ini.
"Lo masih inget gue?! Dan mungkin sekarang lo juga akan ingat apa yang udah lo lakuin ke gue," tiba-tiba Risa masuk dengan tatapan sayu karena efek alkohol yang ia minum.