Chereads / Take down / Chapter 9 - IDE DARI DANIEL

Chapter 9 - IDE DARI DANIEL

"Tidak ada yang tahu di mana Risa?" tanya seorang guru yang masuk di pagi hari ini.

"Maaf, pak. Surat izinnya ada di meja sebelah kanan," ucap Altezza dari bangkunya.

Dengan perlahan guru itu membuka surat yang ada di mejanya, lalu ia menuliskan izin di buku absennya. Kali ini suasana kelas nampak terlihat berbeda di mata Altezza, tidak ada wajah cemberut yang selalu menunduk di atas meja. Melipatkan kedua tangannya dan memikirkan banyak masalah yang selalu berkeliling di kepalanya.

Wajah cemberut yang dimaksud Altezza justru sekarang sedang berada di rumah sakit bersama kekasihnya, Daniel. Daniel sengaja meliburkan dirinya hanya untuk menami Risa seharian. Ia membawa laptop dan mengajaknya menonton bersama. Saran dari Lacey memang sangat berguna baginya, ia bisa berduaan bersama Daniel tanpa gangguan Altezza lagi.

"Bee, bagaimana hubungan ayahmu sekarang?" tanya Risa di sela-sela menontnonnya.

Daniel langsung mem-pause filmnya dan menjawab pertanyaan Risa. "Hubungan orang tuaku semakin kacau, itulah sebabnya aku tidak menyukai ayahku yang suka bermain wanita. Aku akan selalu memberi pelajaran kepadanya dengan caraku," tatapannya menyoroti manik indah milik Risa.

Mendengar itu Risa jadi merasa jika nasibnya benar-benar sama dengan kekasihnya ini, "Apa mungkin Tuhan menakdirkan kita bersama seperti ini karena kondisi keluarga kita yang sama-sama sedang hancur. Dan ayah kita sama-sama pemain wanita?"

Daniel tidak merespon, ia hanya tersenyum dan mengelus puncak rambut milik Risa. "Sebaiknya kamu lanjut menonton saja, biarkan masalah keluarga kita berhenti dengan sendirinya."

Risa menyeringai, ia pun kembali sadar jika memikirkan kedua orang tuanya hanya akan menambah rasa pusingnya. Lebih baik ia menikmati kebersamaannya dengan Daniel yang sudah merelakan waktu bersekolahnya.

Di siang harinya, Dokter datang dengan seorang suster. Ia akan mengecek kondisi Risa dan memperbolehkannya pulang jika memang kondisinya sudah membaik. Tapi saat kondisi Risa sudah dinyatakan baik, Risa justru meminta agar dirinya tetap berada di rumah sakit karena ia merasa tubuhnya masih sangat lemah dan membutuhkan cairan dari infusan. Kedua orang yang sedang mengecek kondisi Risa pun saling bertatapan, mereka baru menemukan pasien yang langka seperti sekarang ini.

"Saya akan menghubungi orang yang bertanggung jawab atas segala kebutuhan mba, ya. Jika beliau memberinya izin, maka saya akan membiarkan mba untuk tetap dirawat di sini."

Mendengar itu Risa langsung protes, "Ko gitu, dok? Bukannya yang bisa merasakan rasa sakit dan rasa lemah ini adalah aku sebagai pasien?!" heran Risa.

Dokter tersenyum, "Memang benar, mba. Tapi jika tidak ada yang mau bertanggung jawab atas pelunasan biayanya, Mba tidak bisa lagi dirawat di sini." Dokter pun bisa menangkap wajah Risa yang membatu. Ia tidak bisa lagi berkomentar karena ia sadar jika atmnya masih di tahan oleh papanya.

Risa pun hanya mendecih kesal setelah kepergian dua orang barusan, ia akan sangat marah jika Altezza tidak memberikannya izin untuk tetap berada di sana. Ia tidak peduli lagi akan rasa malunya karena rasa malu untuk Altezza sudah terputus. Tapi sesaat kemudian ia berpikir lagi, jika dirinya melakukan itu, keterkaitannya dengan Altezza akan semakin erat dan ia juga takut jika Altezza akan menagih kembali semua biaya rumah sakit yang telah dikeluarkannya.

"Tidak-tidak, aku harus membatalkan semua ini." Gertak Risa.

Dan momennya sangat pas sekali, Dokter datang ke ruanganya. Dengan cepat ia meminta agar dirinya bisa pulang, lalu tidak lagi mengaitkan dirinya dengan pria kuno yang ia kenal.

"Maaf tidak bisa, mba. Semua tambahan biayanya sudah dibayar lunas, dan saya pun sangat setuju dengan keinginan mba yang semula karena memang kondisi mba harus pulih maksimal sebelum keluar dari sini." Tegas Dokter yang langsung berlalu dari hadapannya.

Beberapa kali Risa memanggil sang Dokter, tapi Dokter tetap berlalu dan tidak lagi mendengarkan Risa. Kebisingan yang dibuat oleh Risa tidak membuat kekasihnya bangun dari tidurnya, Daniel tetap hanyut dalam mimpinya yang sangat indah. Tanpa rasa kasihan Risa membangunkan Daniel dan menghancurkan semua mimpi indahnya.

"Bee, aku masih ngantuk." Daniel membalikkan tubuhnya dan membelakangi Risa yang sedang terduduk di atas brangkar.

"Daniel Marlon!!!" geram Risa melemparkan bantalnya ke sofa, dan tepat mengenai kepalanya.

"Sial. Seorang king dari geng Marvooz diperlakukan seperti ini oleh seorang wanita?!" batin Daniel menggerutu. Lantas ia pun bangkit dengan raut wajah yang sangat menekuk.

Ia pun menatap Risa dengan menyiratkan pertanyaan apa yang dibutuhkan Risa darinya. Tanpa berlama-lama Risa memintanya untuk membantunya mencarikan cara agar dirinya bisa pulang ke apartemennya. Bukan Daniel jika tidak punya seribu ide yang menarik, ia menghubungi anak buahnya yang ada di markas Marvoon untuk mencarikan sebuah wig nenek-nenek lengkap dengan pakaiannya.

"Pinjam saja pada nenekmu yang ada di rumah," titah Daniel pada Rio yang kesulitan mencari pakaian tua.

Saat dirinya sudah mendapatkan apa yang dimau, Daniel langsung masuk ke ruangan Risa dan memakaikan wig itu dengan sempurna. Ia pun men-doble-kan pakaian tua ke tubuhnya. Risa cemberut melihat dirinya yang seperti itu, ia pun langsung mencubit lengan Daniel karena sudah merubahnya menjadi jelek.

"Tidak ada lagi cara lain, bee. Terpaksa aku harus lakuin ini, meski ingin tertawa." Ucapnya.

Tidak hanya mendandaninya, Daniel pun mengabadikan paras kekasihnya yang lucu itu di dalam handphone-nya. Membuat Risa semakin marah dan berkali-kali memukul lengannya. Beruntung dirinya sering berlatih bela diri dan tidak terlalu terpengaruh dengan rasa sakit yang ditimbulkan dari pukulan Risa.

"Are you ready, bee? Beraksi!!" Daniel membopong Risa yang sudah mulai berakting. Ia berjalan dengan punggung yang bungkuk, ia pun sedikit menggetarkan tubuhnya saat berjalan agar terlihat seperti nenek-nenek.

"Kak Daniel?! Di sini juga? Siapa yang sakit, ka?!" tiba-tiba Altezza bertanya tepat di hadapan Risa.

Risa yang menyadari itu terus membungkukkan punggungnya dan menghindar dari tatapannya.

"Ini, nenek gue asmanya kambuh lagi. Jadi dilarikan ke rumah sakit, tapi hari ini udah boleh pulang. Jadi aku langsung jemput deh," Daniel beralasan.

Mendengar itu Risa jadi mengeraskan deru nafasnya, membuat Altezza mengernyit hebat dengan apa yang ia dengar. Ia pun semakin heran dengan punggung tangan wanita tau yang ada di hadapannya ini, "Nenek ka Daniel suka perawatan, ya?! Kulitnya mulus banget," ucap Altezza. Risa langsung menarik tangannya dan menyembunyikannya dari Altezza. "Katanya santri, tapi matanya jelalatan." Oceh Risa dalam hati.

"O-oo iya, semua keluarga gue suka banget perawatan. Makannya kulitnya gak pernah kelihatan keriput,"

Belum juga menjawab Daniel, tiba-tiba seorang pria berseragam security datang dengan nafas yang terengah-engah. "Maaf, mas. Pasien yang bernama Risa Azkadina tidak ada di kamarnya. Sepertinya dia kabur dari sini," lapornya.

"Kabur, kabur." Titah Risa pada kekasihnya. Mereka pun melarikan diri dari Altezza dan security rumah sakit.