Chereads / Take down / Chapter 8 - KESALAHAN ORANG TUA RISA

Chapter 8 - KESALAHAN ORANG TUA RISA

"Bercerai?!" tanya Altezza saat wali kelasnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan orang tua Risa.

"Iya, sebenarnya perceraian orang tua Risa ini masih terbilang baru. Karena berita yang sampai kepada ibu baru beberapa bulan ini." terang Fitri, wali kelas Altezza dan Risa.

Pertengkaran orang tua Risa sudah berjalan hampir lima tahun, di mana Risa masihh duduk di kelas enam SD. Dan puncaknya, saat Risa dududk di bangku SMA. Selama Risa ada di lingkungan keluarganya, ia hanya mendapatkan suasana panas dari kedua orang tuanya. Dengan itu ia memutuskan untuk tinggal di di apartemen setelah orang tuanya bercerai selama satu bulan.

Menenangkan diri dari keluarga yang tidak bisa membuatnya tenang dan nyaman. Selama pertengkaran orang tuanya, papa Risa selalu tercyduk menggunakan waktunya untuk wanita lain. Dan semakin waktu berjalan, ia sudah tidak lagi menyembunyikan itu dari istrinya ataupun dari Risa. Sehingga ibu Risa geram dan menceraikan suaminya.

Bagi papa Risa, ia tidak sedih digugat cerai oleh istrinya. Ia justru menerimanya dengan senang hati karena ia beranggapan jika istrinya ini selalu membuang-buang uang atau boros. Ia merasa jengah ketika uang yang diberikannya selalu dipakai untuk berfoya-foya bahkan judi online. Menurutnya yang salah bukan dirinya, tapi istrinya.

Berbeda dengan pandangan papa Risa, ibu Risa justru menganggap suaminya lah yang lebih boros. Dengan bangganya ia menjajakan wanita-wanitnya itu dengan berbagai tas cantik, dan pakaian-pakaian yang mereka inginkan.

Namun menurut kacamata Risa, keduanya salah. Sang papa tidak pernah menghilangkan sifat tempramennya dan hobinya dalam memanjakan wanita-wanitanya, sedangkan sang ibu tidak pernah menghilangkan sifat buruknya yaitu boros. Risa mengatakan ini karena sejak duduk di kelas dua SD, ia sering melihat kesalahan dari kedua orang tuanya. Hanya saja ketika itu ia sibuk dengan bermainnya dan tidak tahu jika efeknya akan sampai kepada dirinya.

"Lebih baik aku menghubungi Elisha," ucap Altezza saat dirinya keluar dari rumah wali kelasnya.

Altezza pun memberitahu kondisi dan keberadaan Risa yang sekarang masih ada di rumah sakit. Ia meminta agar Elisha dan Lacey mau menemani Risa selama dirinya belum diperbolehkan pulang. Altezza tidak bisa menunggunya karena ia harus bekerja di sebuah restoran.

Saat mendapat telepon dari Altezza, Elisha yang sedang makan rujak bersama dengan Lacey pun langsungg terperanjat kaget. Meskipun Risa selalu membuat mereka kesal, tapi Risa sudah dianggap sebagai sahabat dekatnya.

"Coba lo telepon ka Daniel, kasih tau gitu pacarnya lagi dirawat." titah Lacey.

Karena melihat kinerja Elisha selalu lambat, akhirya Lacey sendiri lah yang mengambil alih. Ia menghubungi Daniel dan memintanya untuk segera ke rumah sakit.

"Kenapa King?!" tanya salah satu anggota Marvooz.

"Biasa, cewe gue." jawab Daniel dengan nada santai.

Tiba-tiba salah satu teman dekatnya menyahuti ucapan Daniel, "Cewe yang mana, nih?!" semua orang yang ada di sana tertawa dengan alis yang terangkat.

"Risa Azkadina, cewe jutek yang berhasil gue luluhkan." Jawab Daniel yang langsung berlalu dari anak-anak Marvooz.

Di rumah sakit, Elisha dan Lacey merinding melihat luka yang ada di tangan Risa. Mereka rasa permasalahan Risa semakin pelik, tapi mereka juga tidak terlalu tahu lebih dalam soal hubungan keluarganya karena Risa tidak pernah menceritakannya lebih intens. Mereka hanya sebatas tahu jika Risa sangat membenci kedua orang tuanya.

"Jangan liatin gue kaya gitu," tegur Risa pada kedua sahabatnya.

"Lagian lo nekat banget sih lukain diri lo sendiri." sahut Lacey.

Risa tidak merespon itu, ia malah bertanya kepada mereka siapa orang yang sudah membawanya ke sana. Namun saat mereka ingin mengatakannya, Daniel sudah datang. Mereka tidak bisa mengatakannya sekarang, jika mereka kekeuh mengatakannya, bisa-bisa Daniel menggantungnya di atas ring basket.

"Bee," Daniel menatap Risa dengan nanar.

Kedatangan Daniel membuat Elisha dan Lacey mundur, mereka duduk di sofa lain dan memperhatikan pasangan di depannya.

"Aku cari-cari kamu di sekolah gak ada, rupanya kamu di sini. Kenapa gak bilang?"

Elisha dan Lacey saling bertatapan, mereka heran dengan pertanyaan Daniel kepada Risa. Harusnya Daniel yang menaruh perhatian lebih kepada Risa, bukan malah nanyaian kenapa pacarnya itu tiba- tiba terbaring lemah di atas brangkar rumah sakit.

Risa pun hanya sedikit mengulas senyumnya. Ia tidak mengatakan apa-apa karena memang ia sedikit kesal dengan kedatanga Daniel yang terlambat. Harapannya itu Daniel lebih dulu duduk di sampingnya sambil mengatakan, 'kamu tidak apa-apa, bee?' tapi yang ada kedua sahabatnya yang bertanya seperti itu.

Saat hari sudah nampak gelap, Daniel sudah tidak ada di sana. Ia beralasan jika malam ini akan ada acara di markasnya. Salah satu angota Marvooz memenangkan juara balap motor, sehingga Daniel sebagai king of Marvooz harus memimpin kemenangannya.

"Mengadakan acara di tengah gue lagi sakait kek gini?!" batin Risa mengomel. Tapi ia tidak bisa apa-apa, geng Marvooz itu sudah hadir di hidup Daniel jauh sebelum dirinya resmi jadi pacarnya.

Saat suasana rumah sakit hening, Risa kembali bertanya siapa orang yang sudah membawanya ke rumah sakit. Elisha pun menunjukkan foto seorang pria muda dari handphone-nya.

"Altezaa." Jawab Elisha.

"Pria kuno itu?! Lagi- lagi dia. Kenapa sih selalu dia yang terlibat ke dalam hidup gue?!" oceh Risa yang membuat kedua sahabatnya menggeleng tidak tahu.

Risa pun bangkit dan berusaha melepaskan infusan itu. Tapi beruntung Lacey bisa menenangkannya dengan mengiming-imingi jika Risa tidak sekolah besok, maka Risa bisa terbebas dari hukuman Bu Merlin dan tidak bisa bertemu dengan Altezza lagi. Risa hanya harus terbaring di brangkar rumah sakit sambil bermain handphone. Tawaran yang sangat menggiurkan, sebab itu Risa tidak jadi melakukan apa yang ia ingin lakukan.

"Fyuh... meski caranya salah, tapi maafkanlah. Gue hanya ingin yang terbaik buat kesehatan Lo." batin Lacey bergeming.

Di sisi lain, Altezza sedang menyiapkan dua mie pedas untuk temannya yang sekarang ada di rumah sakit. Ia tahu jika Lacey dan Elisha masih di sana, karena sebelumnya Altezza memintanya untuk tetap stay kecuali di hari sekolah.

"Risa tidur?" tanyanya saat dirinya sudah sampai di ruangan Risa.

"Iya tuh, tadi disuntik sama Dokter. Eh tiba-tiba matanya merem," sahut Lacey.

"Nih, makanan buat kalian. Makasih ya sudah mau menjaga teman kita,"

Lacey dan Elisha menatap Altezza saat mereka membuka sterofoam putih yang menjadi tempat mie pedas. "Yailah, Al. Kaya sama siapa aja, yang ada kita kali yang bilang terima kasih karena Lo udah mau nolongin Risa yang super jutek. Gue tahu Lo sering kesal sama dia, tapi Lo berusaha sabar ngadepinnya."

"Kata siapa sering kesal? Aku maklumi ko sikapnya yang begitu, justru aku banyak belajar darinya." Altezza sedikit menatap wajah Risa yang masih terlihat pucat.

Lacey dan Elisha mengernyitkan kedua alisnya, mereka heran dengan Altezza yang mengatakan demikian. Mereka rasa tidak ada pembelajaran yang bisa dipetik dari seorang Risa. Justru mereka harus lebih bersabar ketika sedang bersamanya.