Dengan langkah yang kasar Risa pergi menuju ruangan Merlin, ia menghadapnya dengan wajah tak suka dan kerutan alis yang sangat terlihat. Lagi-lagi hal itu membuat Merlin mendengus kesal, tapi ia terus berusaha sabar menghadapi muridnya yang satu ini. Tanpa berlama-lama Merlin langsung mengatakan hukuman yang pantas untuk Risa selama satu Minggu ini. Selain tidak diperbolehkannya masuk ke jam pelajarannya, Risa diharuskan membersihkan semua WC yang ada di sekolah selama tidak memasuki kelas Merlin dan selama istirahat ketika tidak ada pelajaran Merlin.
"Ingat, satu Minggu. Jangan pernah diulangi lagi, seharusnya kamu memberikan contoh yang baik bagi adik kelasmu. Jika tidak, kamu akan di drop out dari sekolah." ujar Merlin memperingati.
Semalas-malasnya Risa menjalani hari di SMA, ia tidak akan biarkan dirinya sampai di drop out dari sekolah. Karena jika itu terjadi, kekayaan yang sekarang sedang ditahan oleh ayahnya tidak akan pernah kembali kepadanya. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, Risa harus menjalani harinya sebisa mungkin. Meski ia sering menekankan kepada semua orang jika dirinya hanya ingin melakukan apa yang menjadi kemauannya.
"Ah, ya. Ibu akan menjadikan Altezza sebagai pengawas untukmu, ia akan melaporkan apakah kamu benar-benar melakukan hukumannya dengan baik, atau malah sebaliknya. Dengan itu ibu akan lebih fokus mengajar di kelasmu," tambah Merlin.
"Altezza?! Kenapa dia lagi, tidak bisakah dia hanyut dalam hidupku ini?" batin Risa menggerutu. Sudah tentu Risa merasa jengah dengan nama pria ini, sebelumnya ia sudah mengambil keputusan yang salah karena harus meminjam uang kepadanya. Dengan ini ia tidak bisa jauh-jauh darinya, dan dengan ini Risa merasa hukumannya menjadi dua kali lipat.
Hukuman yang diberikan Merlin berlaku mulai hari ini, terpaksa Risa masuk dengan pengawasan penuh dari Altezza. Altezza memberikan sikat beserta sabun pembersih lantai, tapi niat baiknya itu ditolak mentah-mentah dengan alasan Risa bisa melakukannya sendiri. Hal ini menjadi hal yang biasa bagi Altezza, karena setiap harinya pun ia sering melihat mimik wajah marah di wajah Risa. Yang mana alisnya selalu tertarik ke bawah dan sedikit mendekat, lalu ditandai dengan garis vertikal yang muncul di antara kedua alisnya itu.
"Aku harap kamu bisa ikhlas menjalani hukuman ini, karena Bu Merlin pasti sangat menginginkan yang terbaik untukmu." ujar Altezza dengan lembut.
"Dan gue berharap mulut Lo itu dikunci, karena apa yang Lo katakan itu tidak sama sekali merubah hidup gue." kecam Risa dengan tatapannya yang tajam. Meski Altezza tidak melihat ke arahnya, tapi ia terus memberikan tatapannya itu.
Altezza membuang nafasnya panjang, ia terus berusaha sabar agar kakak kelasnya ini tidak berulah lagi. Dan jika Risa kembali berulah, justru Altezza lah yang akan sangat kesulitan untuk mewujudkan tujuannya terhadap Risa.
Selama istirahat Altezza menghabiskan waktunya untuk memantau Risa, ia patuh dan rela tidak pergi ke kantin hanya untuk memenuhi perintah gurunya. Namun ketulusan Altezza ini tidak dipandang baik oleh Risa, ia hanya menganggapnya patung WC yang tidak diperbolehkan berbicara sama sekali.
"Heh, ustadz Al. Ngapain Lo disini berduaan sama pacar gue?!" tiba-tiba Daniel datang mengejutkan keduanya.
"Tidak ada maksud lain selain memantau Risa yang sedang dihukum," jawab Altezza dengan tidak mengurangi kesopanannya.
Daniel pun menaikkan satu alisnya, lalu ia langsung meraih tangan Risa dan menariknya keluar. Hal ini membuat Altezza sedikit panik karena hukuman Risa belum selesai dikerjakan, ia tidak ingin membuat hukuman Risa bertambah lagi dan lagi.
"Ka, ka, plis jangan lakukan ini. Risa sedang dihukum, dan ia tidak boleh pergi sebelum hukuman hari ini terselesaikan dengan baik." tegur Altezza mencegah keduanya pergi.
Daniel semakin membulatkan matanya, "Heh, cingur! Jangan so halangi gue, ya. Yang dihukum itu Risa, bukan Lo. Ribet banget jadi cowok," oceh Daniel yang terus menjorokkan tubuh Altezza ke dinding wc.
Melihat itu Risa hanya ikut menatap tajam ke arah Altezza, ia pun sudah sangat jengah dengan sikapnya yang sangat mengekang. Terpaksa Altezza lah yang menyelesaikan hukuman itu, ia menyikat lantainya dan menyiramnya dengan air. Sekejap Risa menoleh ke belakang, ia mengernyitkan kedua alisnya saat melihat Altezza menggantikannya membersihkan WC. Tapi ia kembali acuh saat Daniel terus menarik tangannya menuju kantin.
Jam pulang pun tiba, Risa terlihat kesal melihat pacarnya yang dikerumuni oleh banyak wanita. Ia hanya berdiri mematung dengan mulut yang dimajukan beberapa centi, ditambah dengan kerutan alis yang menjadikan wajah Risa semakin terlihat masam. "Udah lah ka Ris, hati ka Daniel itu cuman buat kakak. Coba liat aja sekarang, ka Daniel sama sekali enggak merespon godaan siswi-siswi centil itu." tegur Elisha agar sahabatnya ini tidak terlihat cemberut lagi.
"Iya, Ris. Nanti juga dia nyamperin kalau liat Lo di sini," tambah Lacey.
Sebelumnya, Risa sudah meminta pada kedua adik kelasnya ini yang sekarang menjadi teman sekelasnya agar bisa memanggilnya dengan panggilan nama saja. Namun yang menuruti kemauan Risa hanya Lacey saja, karena menurut Elisha ia lebih menyukai panggilannya yang seperti itu.
"Kita lihat saja," sahut Risa ketus.
Dan ternyata ucapan kedua sahabatnya ini benar, Daniel langsung bergegas menghampiri Risa dengan tatapannya yang bisa melemahkan semua wanita. Para siswi yang tadi mengerumuni Daniel pun menatap kesal pada Risa, lalu mereka pergi dengan perasaan kecewa. Tapi berbeda dengan Risa yang langsung menyeringai bahagia, hanya Daniel lah yang bisa membuatnya tersenyum seperti itu.
"Let's go, bee." Daniel mengulurkan tangannya untuk Risa. Tanpa berlama-lama Risa langsung menerima uluran tangan kekasihnya itu dan pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun pada kedua sahabatnya ini. Membuat Lacey sedikit bergerutu, "Tadi aja cemberut," gerutuan itu dilanjutkan oleh Elisha, "Sekarang dia pergi tanpa pamit." kedua sahabatnya ini menggeleng kecewa.
Tidak hanya itu, Lacey pun membicarakan sikap Daniel yang sangat berbeda ketika berhadapan dengan Risa atau selain darinya. Ketika berhadapan dengan Risa, sikapnya menjadi manis. Tapi ketika berhadapan dengan selain dari Risa, sikapnya datar dan enggan untuk berbicara panjang lebar.
"Gue takut jika Daniel punya niat lain ke Risa," ucap Lacey sebelum dirinya kembali berjalan pergi meninggalkan koridor sekolah.