Di kelas 11 ini Risa harus menikmati pembelajaran seperti setahun sebelumnya, ia harus menelan setiap pelajaran yang menurutnya tidaklah begitu penting. Perasaan ketidak pentingan akan pelajaran itu terlahir ketika berjuta masalah datang kepadanya di masa sekarang, masa SMA. Risa menjadi malas dan tidak memperdulikan apa pandangan orang terhadapnya.
Altezza pun sedikit menggeleng saat melihat sekilas ekspresi Risa saat menjawab sapaannya dengan sangat tidak sopan. Seharusnya seorang murid tidak boleh seperti itu, dan tetap harus bersikap baik walaupun hidup murid itu tidak sedang baik-baik saja. Dari sini ia lebih mengenal sifat Risa setelah sebelumnya mereka beda kelas. Risa ada di kelas 11, dan Altezza di kelas 10. Namun kini mereka dipertemukan dalam kelas yang sama dan Altezza sempat merasa terkejut dengan sikap asli kakak kelasnya itu.
Selama pelajaran berlangsung, Risa hanya setengah-setengah memperhatikan Merlin yang sedang menjelaskan. Sesekali ia mencoret-coret kertas kosongnya, dan ia pun tidak segan untuk bernyanyi saat penjelasan Merlin semakin terasa membosankan.
"Risa?! Ada apa denganmu?" kesal Merlin yang masih tetap berusaha sabar.
Tidak ada jawaban dari Risa, ia hanya menoleh tajam ke arah Merlin. Tatapan tajam itu mengisyaratkan jika dirinya tidak suka dan sudah merasa bosan dengan masanya. Saat Risa berekspresi seperti itu, semua teman-temannya menggeleng jengkel karena Risa sebagai kakak kelas tidak mencontohkan etika yang baik.
"RISA! Jawab pertanyaan ibu," Merlin mengulanginya lagi.
Dengan santainya Risa menjatuhkan kedua tangannya di atas meja, yang akhirnya tangan itu digunakan untuk menopang dagunya. "Aku hanya melakukan apa yang sedang aku inginkan." jawab Risa tidak kalah santai dari posisi duduknya.
Altezza mengernyit hebat mencerna ucapan Risa, sedangkan Merlin melangkah geram menghampiri muridnya yang sangat membangkang ini.
"Tidakkah kamu malu, Risa? Bersikap semaumu dan bernyanyi di saat saya sedang menjelaskan." omel Merlin meluapkan kekesalannya.
"Seharusnya kamu itu menjadi contoh bagi adik kelasmu ini, bukannya malah memberikan warna keruh pada mereka." lanjutnya.
Bukannya meminta maaf Risa malah menggerutu, "Terlalu puitis," gerutuan Risa ini mengomentari cara Merlin yang menasehatinya dengan ucapan yang memang tidak seperti biasanya.
Merlin semakin geram dan hatinya merasa sangat jengah dengan murid yang satu ini. "Keterlaluan. Keluar kamu! Jangan masuk pelajaranku selama satu Minggu ini," usir Merlin yang sudah tidak bisa lagi mempertahankan Risa di dalam kelasnya.
Bukan hal yang berat bagi Risa, justru usiran Merlin ini sangat berarti baginya. Dengan itu ia bisa leluasa bermain di kantin, menjajal makanan yang ia sukai. "Dengan senang hati, permisi." ujar Risa saat dirinya bangkit dan menarik tas gendongnya untuk pergi dari kelas yang menurutnya menyebalkan.
Lagi-lagi Merlin membuang nafasnya kasar, hampir saja ia menampar Risa yang selalu bersikap seenaknya. Beruntung ada muridnya yang lain yang menjadi pengobat luka.
Risa langsung menghampiri warung Bu Siti, ia melempar tas gendongnya dengan kasar, membuat Bu Siti terkejut dan mendengus kesal.
"Dihukum lagi, neng?!" tanyanya yang sudah paham dengan kebiasaan Risa.
"Tidak perlu banyak bicara, aku hanya ingin mie bawel satu porsi sebagai pelampiasan rasa kesalku terhadap guru satu itu." gerutu Risa pada bu Siti yang tentu langsung meracik mienya agar Risa tidak terus memarahinya.
"Hey! Kamu di sini?" tiba-tiba Daniel menghampirinya dengan penampilan seperti biasa. Memakai jaket jeans dan tas gendong andalannya.
Risa tidak terlalu antusias menyambut kedatangan kekasihnya itu. Ia hanya menyunggingkan senyumnya dan mendehem sebagai jawaban atas pertanyaan Daniel. Kejadian tadi pagi membuatnya kesal setengah mati, Daniel tidak seperti biasanya yang selalu ada untuk Risa. "Jangan cemberut gitu napa," ledek Daniel tidak suka.
Risa masih enggan merespon, ia palingkan kedekatan mereka dengan memainkan handphone-nya beberapa saat. Hingga bu Siti datang membawakan mie bawelnya, "Teh manisnya, neng." tambah Bu Siti yang memang suka memberikan bonus kepada para murid yang ada di sana. Bukannya kembali ke tempatnya, Bu Siti malah melihat heran kepada pria yang ada di samping Risa.
"Initeh Daniel?! Kenapa atuh malah ikut mejeng di sini? Bukannya masuk kelas ikut belajar, 'kan tujuan kalian ke sini teh mau belajar mungkin." tegur Bu Siti.
Daniel yang memang selalu bersikap datar kepada orang-orang disekitarnya hanya menatapnya panjang. Ia tidak berbicara sepatah kata pun dan tidak memberikan jawaban apapun. Melihat itu Bu Siti hanya menggerutu kesal dan kembali ke tempatnya.
Daniel tidak pernah menunjukkan sikap hangatnya kepada siapapun, kecuali kepada kedua ibunya dan kekasihnya sekarang, Risa. Namun justru sikap datarnya lah yang digemari para siswi di SMA 01 Cempaka Merah ini. Mereka sangat ingin menjadi kekasihnya meskipun mereka sudah tahu jika Risa lah yang berada di posisi itu.
"Kamu sendiri kenapa ke sini?" tanya Risa yang ternyata penasaran juga dengan kehadiran Daniel di sana.
"Tidak ada guru yang masuk, katanya sih masih di jalan. Dan daripada aku bosan di kelas mending nyamperin kamu," jawab Daniel.
"Terus kemana aja tadi pagi? Aku telfon gak diangkat-angkat, padahal aku sangat membutuhkan bantuanmu."
Daniel langsung terperanjat kaget mendengar ucapan Risa ini. Selama ia menjalin hubungan bersamanya, ia tidak pernah sama sekali melewatkan kesempatan untuk membantu sang kekasih yang sedang kesusahan. Tapi kali ini Daniel benar-benar melewatkannya karena sesuatu hal.
"Maafkan aku, bee. Tadi pagi papa mamaku bertengkar hebat, jadi mau tidak mau aku harus lindungi mamaku yang akan sangat mudah sekali mendapat perlakuan tidak layak dari papa. Tadi pun sebenarnya aku terlambat, dan aku sembunyi-sembunyi masuk melalui jendela gudang. Untungnya tidak ada Security yang jaga di sana," jelas Daniel.
Mendengar itu kunyahan Risa jadi melambat, ia paham jika alasannya memang karena orang tua. Dan ia pun sangat tahu bagaimana sedihnya menjadi anak yang ikut andil dalam merasakan akibatnya. Dari sana Daniel menanyakan apa kebutuhan Risa yang tadi pagi belum sempat ia bantu, Risa pun menjelaskan semuanya dengan sangat terbuka. Hingga tidak terasa mereka sudah menghabiskan waktu bersama dan melewatkan dua pelajaran penting di hari ini.
"Ka Risa, dipanggil Bu Merlin tuh di ruangannya." ujar teman sekelas Risa yang memang sebenarnya dia adalah adik kelasnya.
Tanpa mengucap terimakasih dan jawaban berlebih, Risa langsung bangkit meninggalkan Daniel yang masih ada di sana. Membuat Daniel menatap siswi tadi dan ia pun segera pergi darinya. "Ih, pasangan yang aneh." gerutu siswi ini kesal.