Valie berjalan berdampingan dengan Mave memasuki mansion besar itu. Milik orang tua Mave, George Anderson dan Helen Anderson. Sejujurnya, ini pertama kalinya Valie datang ke mansion mega besar ini. Karena sebelumnya, Valie hanya bertemu orang tua Mave di mansion milik lelaki itu di New York. Rasanya senang sekali bisa berada di sini.
"Valie anakku," Helen berseru, perempuan paruh baya itu tersenyum lebar, menyanbut Valie sebelum memeluk gadis itu dengan erat, "Aku sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu? Apakah kau baik baik saja sayang?"
"Aku baik baik saja Mama. Mama tidak perlu khawatir," balas Valie tersenyum lebar. Senang rasanya bisa bertemu dengan orang tua Mave. Keduanya sudah seperti orang tua kandungnya, "Bagaimana kabar mama? Mama terlihat semakin cantik sekarang,"
"Kau selalu tahu cara untuk merayuku sayang," balas Helen seraya terkekeh kecil, "Ku dengar Da Zera membuntuti kalian sampai ke Las Vegas,"
Mave mendengus keras, menjatuhkan tubuhnya pada sofa ruang tengah, "Mereka menyebalkan sekali. Terlebih untuk Theodore bajingan itu,"
"Da Zera memang selalu seperti itu," Geroge membalas seraya ikut mendengus, "Mereka playboy kelas kakap, pemasuk narkoba terbesar, dan selalu mensortir senjata ilegal. Ku dengar mereka sekarang juga ikut serta dalam bisnis eksploitasi anak,"
"Mereka tidak waras sejak lama. Kemana saja kau?" balas Helen kesal, "Mereka nyaris saja menjualku dulu. Bahkan mereka mengejarku hingga ke New Zealand saat itu. Bukankah bajingan Da Zera benar benar harus di musnahkan,"
"Mengapa Da Zera selalu mempunyai obsesi tersendiri pada gadis gadis Calisto. Theodore saat itu yang menyuap Paman dan Bibi Valie agar menjual Valie padaku setelah dia tahu, aku sudah memperhatikan Valie sejak lama," jelas Mave dongkol, "Aku bahkan harus berpura pura menjadi mahasiswa saat itu. Menyebalkan sekali Theodore justru menggunakan cara kotor dan menjijikan,"
Valie memutar bola matanya malas, "Aku bahkan tidak tahu mengapa Theodore sangat ingin menikahiku. Maksudku, hei dia bahkan sudah mempunyai enam atau tujuh istri. Bukankah itu seharusnya sudah cukup? Lagi pula aku membenci pria dengan kebiasaan one night stand sepertinya. Menjijikan,"
Helen tertawa mendengar gerutuan Valie, "Yah kau benar. Jangan pernah menikah dengan orang orang yang menjengkelkan seperti itu Valie. Theodore bukanlah orang yang bisa puas hanya dengan satu wanita. Dia akan terus berganti wanita seiring waktu berjalan. Dan bagaimana pun nantinya, jangan pernah pergi bersamanya, kau mengerti?"
"Aku mengerti mama. Aku akan selalu bersama mama, papa, dan Mavie," jawab gadis itu lugas.
"Kau akan terus bersama kami. Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi bersama Da Zera, Valie," Helen tersenyum, mengusap rambut panjang Valie dengan lembut, "Kau adalah putriku. Dan aku akan selalu menjagamu bagaimana pun caranya. Jadi jangan khawatir untuk apapun. Mama akan selalu ada untukmu,"
Mendengar kalimat Helen, Valie nyaris saja menangis, namun tidak, ia tidak ingin menjadi gadis cengeng seperti sebelumnya. Namun ucapan wanita paruh baya itu selanjutnya total membuat tangis Valie pecah, "Hey tidak ada yang melarangmu menangis sayang. Menangislah jika kau ingin. Hahaha menggemaskan sekali,"
"Aku bahkan tidak mengerti bagaimana laki laki kaku dan menyebalkan seperti Mave bisa mendapat gadis yang sangat menggemaskan seperti Valie," sahut George, "Yah setidaknya Valie berada dalam lindungan orang yang tepat,"
"Aku tidak akan pernah mengingkari janjiku. Termasuk saat aku berjanji untuk terus menjaga Valie, papa. Kau tidak perlu khawatir untuk apa pun itu," Mave terkekeh kecil, lebih seperti tawa meremehkannya yang khas, "Aku akan selalu menjaganya,"
"Itu sudah menjadi tugasmu,"
"Bagaimana dengan Antonio dan Margareth? Bukankah mereka tinggal di mansionmu sekarang Mave?" tanya Helen.
Mave mengangguk acuh, "Mereka yang membocorkan informasi penerbanganku kemarin pada Da Zera,"
"Bagus," wanita separuh baya itu tersenyum puas, "Mereka akan menghadapi ke hancuran mereka jika berani datang ke sini,"
"Semua itu rencana mama?"
"Tentu saja. Kita tidak bisa membalas dendam pada Antonio dan Da Zera tanpa alasan bukan. Selain alasan masa lalu. Kita harus mempermalukan mereka hingga mereka tidak lagi mempunyai wajah untuk berpijak di dunia ini. Yah kecuali jika wajah mereka benar benar seperti tembok, tidak tahu malu," jelas Helen seraya mendengus keras, "Ini hanya salah satu pancingan. Dengan tinggalnya Antonio dan keluarganya di mansionmu, bukankah itu akan lebih mudah bagi kalian berdua untuk membalas dendam?"
"Ya. Aku jelas akan membalas dendam dengan cara yang bahkan tidak akan mereka sangka. Aku bukanlah Valie yang lemah yang bisa dengan mudah mereka tindas seperti aku di masa lalu. Aku sudah banyak berubah sekarang," Valie meraih selembar tisu diatas meja sebelum mengusap wajahnya yang basah menggunakan benda itu, "Tapi sebelumnya biarkan saja mereka berbuat bebas. Aku akan melihat sejauh apa rasa tidak tahu malu mereka,"
"Antonio dan Margareth menggunakan kesempatan dengan tinggal di rumah Mave untuk mencuri dokumen penting milik Calisto," jelas George, "Namun mereka terlalu bodoh karena menyepelekan Mave. Mave tidak akan seceroboh itu dalam menyimpan sesuatu,"
"Aku sudah menyimpan jebakan untuk mereka. Berkas berkas itu akan menipu Theodore. Berkas kerja samaku bersama para anggota kartel mafia di Meksiko. Padahal aku sudah melakukannya sejak lama. Theodore jelas akan dengan cepat mencoba untuk melakukannya terlebih dahulu," Mave terkekeh sarkas, "Bahkan tanpa dia tahu pun, aku sudah tiga langkah sejauhnya dari Theodore. Dia bodoh, naif, dan terlalu gegabah. Menyebalkan sekali. Seseorang tamak seperti Theodore akan dengan cepat menemukan kehancurannya. Kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat,"
"Aku tidak sabar menunggunya. Namun akan lebih menyenangkan jika kita melakukannya secara perlahan," Helen tersenyum miring, "Dendam lamaku, akan terbalaskan. Aku tidak akan pernah melepaskan Da Zera yang telah melenyapkan kedua orang tuaku. Juga keluarga sahabatku. Aku tidak akan pernah memaafkan mereka untuk itu,"
"Mereka pantas mati. Dan hancur,"
"Perbuatan mereka di masa lalu tidak akan pernah bisa termaafkan. Bahkan jika dengan nyawa seluruh anggota Da Zera. Dua puluh tahun yang lalu. Saat di mana dendam itu di mulai. Dan kebencian mendalam dari hatiku muncul," wanita itu menatap ke depan dengan tatapan kosong namun penuh dendam. Setiap kata dalam kalimatnya terdengar sangat lugas dan dalam, membuat siapapun merinding jika mendengarnya, "Da Zera, kalian adalah penyebab hancurnya separuh hidupku. Dan kalian yang bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi malam itu. Pembantaian itu, semuanya, itu karena kalian. Aku sangat membenci kalian,"
Mave menghela napas berat, cerita lama itu begitu menyakitkan jika diingat. Pembantaian seluruh klan ibunya. Yang merenggut ratusan jiwa. Malam itu, malam semuanya berakhir. Namun juga awal permulaan dari seluruh dendam ini.