Chereads / Maverick Davidson / Chapter 12 - Twelve

Chapter 12 - Twelve

Mereka mengurung Valie dalam sebuah kamar yang gelap dan lembab. Sepertinya berada di ruang bawah tanah. Gadis itu tertunduk di ranjang besar dengan sebuah lampu yang bersinar remang remang sebagai satu satunya sumber cahaya di sana.

Dan ngomong ngomong, ia baru saja bertemu dengan bos yang di maksud oleh pria pria itu. Lelaki berusia tiga puluhan, berbeda jauh dengan usianya yang masih dua puluhan. Lelaki itu tinggi, maskulin, tampan namun terlihat sangat berbahaya. Bahkan dari tatapannya pun Valie tau, lelaki itu bukanlah lelaki biasa yang bisa ia remehkan begitu saja.

Gadis itu mengedarkan bola matanya menelisik seluruh ruangan dalam kondisi minim cahaya, dan di sudut sana ia dapat melihat tulisan besar bertuliskan Da Zera lengkap dengan gambar ular di sana.

"Da Zera? Paman dan Bibi menjualku pada Da Zera? Mereka bercanda?" tubuh Valie seketika meluruh ke lantai, ia benar benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran paman dan bibinya.

Da Zera adalah organisasi mafia yang cukup besar, tersebar di banyak negara, dan lagi, Da Zera jelas tidak bisa di remehkan dengan mudah.

"Ya. Kau hanya terlalu naif untuk dunia yang luas ini. Kau hanya perlu membuka pandanganmu di luar sana. Dunia ini jauh lebih luas di banding yang kau kira. Lebih tinggi dari apapun yang bisa kau bayangkan. Dan lebih dalam dari jangkauan mata yang dapat kau pandang,"

Ucapan Mave sore tadi menyadarkan Valie, ia kini mengerti, dunia ini benar lebih luas dari kelihatannya, lebij tinggi dari yang bisa ia kira dan lebih dalam dari jangkauan mata yang dapat ia pandang.

Dan dunia di sini gelap, dalam, dan menyeramkan. Penuh akan bahaya.

Valie kini mengerti. Mave jelas bukan orang sembarangan.

"Apa dia bisa membantuku," Valie bergumam, mengeluarkan ponsel yang sengaja ia simpan di dalam pakaiannya, ia tidak ingin mereka mengambil ponselnya. Gadis itu lantas merogoh saku celananya untuk mengeluarkan kartu nama milik Mave yang sengaja ia simpan, "Maverick Davidson. Nama Davidson tampak tidak asing—tunggu! Calisto?!"

Valie melotot, ia memang naif, tapi bukan berarti ia tidak tahu keberadaan sejumlah organisasi gelap yang tersebar di kotanya dan Calisto adalah yang paling mendominasi. Dengan marga Davidson sebagai pemimpinnya.

"Oh tuhan Mave semoga kau sama seperti yang aku bayangkan," gumamnya, bergegas mengetikkan nomor Mave sebelum menghubungi lelaki itu, "Aku mohon oh tuhan. Kau satu satunya harapanku,"

"Harapan untuk?" sahutan Mave dari seberang sana membuat Valie terlonjak.

Dengan napas memburu gadis itu segera menjawab, "Da Zera menculikku. Paman dan bibi menjualku pada mereka. Dan ku dengar bos mereka ingin menjadikan aku istri kelimanya,"

"Theo, Theodore Dominic. Ku kira pelajaran yang ku berikan terakhir kali sudah membuatmu jera," geraman Mave di seberang sana terdengar menyeramkan sukses membuat bulu kuduk Valie bergidik.

"Mave, apa yang kau bicarakan?"

"Aku akan sampai dalam lima menit,"

"Tunggu, kau tahu dimana aku berada?"

"Ya. Tunggu di sana. Aku akan datang," balas Mave sebelum mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Valie menghela napas berat, ia tidak tahu harus bagaimana. Takut? Jelas sekali ia sangat takut. Da Zera bukan organisasi main main yang dapat ia remehkan.

Gadis itu segera kembali memasukkan ponselnya di balik pakaian, bersamaan dengan itu seseorang masuk ke dalam ruangan. Theodore Dominic. Dengan jas hitam yang menawan namun tatapannya yang begitu mematikan, "Valerie Helen. Namamu cantik seperti parasmu,"

"Ya. Terimakasih," Valie menjawab dengan singkat, bersandar pada kepala ranjang dengan setengah tubuhnya tertutup selimut. Wajahnya penuh waspada menatap sosok Theodore yang jelas bisa mencelakainya kapan saja.

"Jadilah istriku,"

"Tidak tertarik," balas Valie singkat.

"Kau akan mendapat banyak uang untuk itu,"

"Menjadi istrimu sama saja dengan menjual hidupku padamu. Dan aku jelas tidak akan melakukannya,"

"Kau akan menyesalinya nanti," Theodore Dominic tampak menggeram, namun berusaha mati matian menahan emosinya.

"Apa yang harus aku sesali dari menolak pria brengsek seperti dirimu, Mr Theodore Dominic,"

"Kau mengenaliku?" lelaki itu menaikkan sebelah aslinya, menyeringai menatap Valie, "Itu berarti kau tahu bukan apa resiko jika kau menentang perintahku?"

"Ya lalu? Itu tidak cukup membuatku takut, Tuan Theodore," balas Valie, mencoba untuk menenangkan diri. Di hadapannya ini adalah seorang ketua mafia yang jelas tidak bisa ia remehkan begitu saja.

"Well mereka benar, kau gadis pemberani. Dan ku pikir itu cukup menarik bagiku," Theodore mengusap dagunya, menatap Valie dengan pandangan menilai, "Kau benar benar tipeku, Valerie Helen. Menikahlah denganku,"

"Di bandingkan dengan memaksaku menjadi istri kelimamu bukankah kau lebih baik mengurus keempat istrimu itu?" Valie mendengus keras, laki laki seperti Theodore ini benar benar membuatnya muak. Lelaki yang tidak bisa bertahan dengan satu wanita, huh itu begitu menjengkelkan.

"Mereka akan menjadi urusanku nanti. Lebih baik aku membujukmu, kau terlihat sangat menarik," Theodore kembali menyeringai, mengeluarkan sebuah pistol dari balik jasnya.

Valie tidak bereaksi banyak, gadis itu hanya diam dengan wajah datar, berusaha setenang mungkin dalam menghadapi ketua Da Zera itu.

"Aku akan sampai dalam lima menit,"

Ucapan Mave kembali terngiang. Entah bagaimana, ia justru mempercayai lelaki yang bahkan baru saja ia temui itu.

"Mave ku mohon. Datanglah," ujarnya dalam hati.

"Jadi Nona Valerie. Usiamu dua puluh satu. Oh astaga ku kira kau masih berusia tujuh belas. Wajahmu seperti remaja. Yah setidaknya aku harus tahu profil lengkap dari calon istriku bukan?"

"Dalam mimpimu," Valie berdesis rendah, "Jangan harap aku menerima tawaranmu, keparat,"

Theodore tertawa sinis, "Kau tidak mempunyai banyak wewenang untuk menolakku, namun karena itu kau, karena kau adalah Valerie Helen, aku akan membiarkanmu melakukan apa pun yang kau inginkan," lelaki itu tersenyum menawan di balik suasana kamar yang remang remang.

"Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Walau jika aku harus mengakhiri nyawaku sendiri,"

"Terserah apa katamu, cantik,"

Valie hendak membalas namun seruan dari luar sana membuat gadis itu menoleh, "Calisto menyerang. Dan kali ini Maverick langsung yang memimpin,"

"Sialan. Bocah itu tidak main main. Biar ku bunuh Maverick bajingan itu sekarang juga. Apa sebenarnya yang ia inginkan," Theodore menggeram marah, berjalan dengan cepat keluar ruangan, "Awasi Valerie, jangan biarkan dia lolos,"

"Baik,"

"Oh terimakasij tuhan. Dan Mave,"

"Kau sungguh cantik," penjaga itu berujar dari balik pintu yang terbuka, tidak terlalu khawatir melihat kedua lengan Valie yang terikat dengan rantai yang cukup panjang.

Valie memutar bola matanya malas, "Aku tahu hal itu jadi jangan puji aku,"

"Kau pantas menikah dengan tuan kami,"

"Kalian terlalu memuji pria brengsek itu," gadis itu mendengus keras seraya memutar bola matanya malas.