"Apa yang membuatmu melamun?" Mave menegur membuat Valie menolek dengan cepat, gadis itu merengut, menyandarkan kepalanya pada bahu sang kekasih, "Ada sesuatu yang menganggumu?"
"Tidak. Hanya mengingat masa lalu. Huh bagaimana takdir bisa membawaku bertemu denganmu saat itu,"
"Sore itu yang kau maksud?"
"Ya. Kau benar,"
"Aku sudah menyukaimu jauh sebelum itu. Dan sore itu, aku yang merencanakannya," balas lelaki itu datar.
Valie mengernyit tidak senang namun tidak merespon banyak. Seharusnya ia sudah menduga hal itu sejak lama.
"Marah?"
"Untuk?"
"Aku merencanakan semuanua,"
"Tidak. Toh kau membantuku setelah itu. Tanpa pertemuan sore itu aku tidak akan bebas seperti sekarang,"
"Ya kau benar," Mave mengangguk, melepaskan sabuk pengamannya sebelum keluar dari mobil. Valie menyusul tak lama kemudian.
Mereka sampai di markas. Gedung besar itu tampak megah dan mewah, sama persis seperti yang Valie lihat terakhir kali.
Gadis itu melangkah beriringan dengan Mave, sedang Daniel dan Angela mengikuti di belakang.
Valie sangat paham bagaimana sistem di Calisto, yang kuat adalah yang berkuasa, itulah sebabnya Mave sudah mendapatkan latihan berat bahkan saat ia masih belia, karena ia akan menjadi penerus keluarganya sebagai pemimpin calisto.
Dan karena itulah Valie selalu meningkatkan kemampuannya dua tahun terakhir, ia harus sejajar dengan Mave supaya bisa membantu lelaki itu menghadapi dunia. Dan kini, ia berhasil. Kekuatan dan kemampuannya mungkin sudah setara dengan jendral pimpinan markas. Atau mungkin sudah setara dengan wakil pemimpin Calisto. Tapi tentu, Valie tidak menginginkan jabatan. Ia tidak pernah menginginkannya. Ia hanya ingin terlihat pantas berasa di samping Mave.
"Ada anggota baru?" tanya gadis itu.
Mave mengangguk singkat, membawa sang gadis menuju ruang latihan di mana terdapat sejumlah anggota baru tengah berlatih di sana.
"Tuan Mave, Nona Valie," Jonas menoleh, menunduk hormat ke arah pasangan itu.
Valie tersenyum simpul, balas menunduk memberi hormat, "Sejauh apa kemampuan mereka Jonas?"
"Mereka sudab cukup baik. Dan ini adalah latihan perdana mereka," jawab Jonas tenang, "Anak anak berbarislah, beri salam untuk Tuan Mave dan Nona Valie,"
Para anggota baru itu segera berbaris dengan rapih tanpa harus di perintah oleh dua kalj, bergegas menunduk memberi salam.
Valie mengangguk, balas menunduk, "Tidak buruk. Aku menyukainya. Kau sudah menemui mereka sebelumnya Mave?"
"Sudah dan sudah ku beri peringatan pada peringatan sebelumnya,"
"Bagus," Valie mengangguk, pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Memandangi semuanya yang dapat ia lihat, "Tidak ada mata mata dan semuanya bersih. Aku harap tidak ada penghianat diantara kalian karena jika itu terjadi...,"
Valie sengaja menggantungkan kalimatnya, menatap Mave seraya menyeringai yang di balas seringaian pula oleh lelaki itu, "Tidak. Tidak ada yang tahu bagaimana eksekusi untuk penghianat di Calisto. Hanya beberapa orang yang mengetahuinya,"
"Dan mereka sudah mendapat gambarannya pagi tadi," lanjut Mave datar.
"Hmm menyebalkan sekali. Mereka pasti ketakutan, kau tidak boleh membuat anak anak manis ini ketakutan Mave," kedua alis Valie menukik dengan jengkel, juga bibirnya yang mencebik kesal, "Ngomong ngomong Jonas, aku dan Mave akan pergi ke Nevada besok. Kami akan bersenang senang. Jadi ku harap kau mengerti jika sesuatu terjadi segera hubungi kami. Apapun itu. Jangan takut kau mengganggu kami, itu sudah menjadi tugasku dan Mave,"
"Baik Nona,"
"Dan ngomong ngomong. Namaku Valerie Helen, kalian bisa memanggilku dengan nama Valie. Aku juga anggota biasa di sini jadi jangan sungkan padaku. Kalian bisa bertanya apapun padaku dan jangan ragu untuk berteman denganku. Semua anggota Calisto adalah keluarga. Kalian paham bukan?"
"Well, kau anggota biasa namun kau bahkan bisa membalikkan markas Calisto jika kau menginginkannya," sindir Mave datar, "Pemimpinnya aku tapi justru kau yang memimpin di sini,"
"Aku hanya bagian memerintahkan di beberapa masalah saja. Kau masih memimpin, kau bahkan bisa melakukan apapun yang kau mau atas kehendakmu," balas Valie tak mau kalah.
"Siapa yang saat itu memerintahkan seluruh anggota menggunakan pakaian merah muda saat pertemuan bulanan?" Mave lagi lagi mendengus keras, "Warna merah muda membuat mataku sakit,"
Valie lantas menukikkan alisnya, menatap Mave sengit, "Warna merah muda sangat lucu. Jangan berkata seperti itu,"
Daniel tersenyum canggung, buru buru menjelaskan, "Jadi secara teknis, Tuan Mave adalah pemimpin di sini dan Nona Valie adalah anggota biasa namun Tuan Mave tidak pernah menolak permintaan Nona Valie,"
"Benar. Kurang lebih seperti itu," Valie mengangguk kecil, "Tapi tenang saja aku tidak sekejam Mave,"
"Omong kosong," Mave berdecih seraya memutar bola matanya malas, merangkul Valie sebelum membawa gadis itu berbalik untuk keluar dari ruangan.
"Bisakah kita pergi ke rumahmu?" Valie mendongak menatap Mave yang pandangannya tetap lurus ke depan.
Lelaki itu mengangguk kecil, "Kita akan peegi ke sana,"
"Daniel,"
"Ya Tuan,"
"Aku akan pergi bersama Valie. Kau dan Angela bisa kembali ke mansion. Kalian bisa menggunakan salah satu mobil di garasi,"
Daniel mengangguk mengerti, tanpa pikir panjang menyerahkan kunci mobil Mave kepada sang empunya.
"Apa yang ingin kau lakukan di rumah itu?" tanya Mave, berjalan keluar gedung dengan Valie yang masih berada dalam rangkulannya.
Sang gadis menggeleng acuh, "Aku hanya ingin pergi ke sana. Membuka kenangan lama, kau masih sangat manis saat itu,"
"Lalu sekarang?"
"Masih sedikit. Kau justru terlihat seperti seorang majikan yang memperlakukan budaknya dengan begitu buruk,"
"Tidak ada budak yang mendapat hadiah sebuah perusahaan sebagai hadiah ulang tahun,"
"Ya, aku tahu,"
"Tidak ada budak yang berani memerintah majikannya,"
"Ya itu benar juga,"
"Tidak ada budak yang berani menendang bokong majikannya,"
"Jelas, itu benar sekali,"
"Dan tidak ada tuan yang mencium budaknya setiap pagi,"
"Kau tidak pernah melakukan itu," Valie mendengus keras.
"Kau ingin aku melakukannya?" tanya Mave, tersenyum menyeringai seraya menaikkan sebelah alisnya.
Valie menatap lelaki itu tidak percaya seraya menggeleng takjub, "Tidak aku tidak menginginkannya,"
"Aku tahu kau ingin melakukannya. Kita akan segera menikah dan kau akan segera mendapatkam ciuman selamat pagimu itu setiap hari," balas Mave seraya terkekeh menggoda.
Valie lantas membuanh muka, enggan menatap Mave, "Diamlah,"
"Bukankah kau yang ingin segera menikah denganku Valie,"
"Mavieee," Valie melotot, menatap Mave kesal.
Lelaki itu terkekeh, menggesekkan hidungnya pada hidung sang kekasih lalu mencium kilat pipi menggemaskan sang gadis, "Kau cantik sekali hari ini,"
"Ya. Aku selalu cantik setiap hari,"
"Tapi aku ingin merah yang melekat pada tubuhmu. Lipstik merah terlihag menggoda," bisiknya.
Valie mengangguk, "Besok kau akan melihatnya,"
"Bagus,"
"Para anggota baru mengintip melewati ruang latihan Mave, lepaskan aku,"
Mave terkeleh, "Beberapa terlihat tertarik padamu. Aku hanya ingin memperjelas kepemilikanku, babe,"
"Baiklah terserah apa katamu Tuan Anderson,"