"Apa yang kau inginkan?" hardik Mave setiba mereka di kamar hotel. Di lantai tertinggi dengan fasilitas termewah. Kamar ini benar benar menakjubkan.
Valie berdecih, mendudukkan diri di salah satu sofa di sana seraya menyeruput wine yang ada dalam gelas di genggamannya. Entah dari mana gadis itu mendapatkannya. Valie tertawa remeh, "Tidak ada,"
Mave memutar bola matanya malas. Melempas asal jasnya dengan kasar sebelum tanpa banyak bicara segera memasuki kamar mandi.
Valie terdiam. Menghela napas berat. Menatap pemandangan luar melewati kaca besar yang ada di kamar mereka. Ia melihat Theodore tadi. Dan bagaimana ia bisa tenang sekarang? Kadang jika ada sesuatu yang membuatnya, Valie akan bertingkah sangat aneh dan menyebalkan. Gadis itu menggeleng pelan, "Apa yang harus aku lakukan,"
"Cukup diam saja Valerie. Aku juga melihatnya. Theodore. Bersama sepupumu Clau bukan?" Mave keluar dari kamar mandi, menggulung lengan kemejanya hingga sepanjang siku sebelum duduk di samping gadisnya, "Aku di sini untukmu. Dan tugasku di sini untuk melindungimu,"
Valie akhirnya mengangguk anggukkan kepalanya, menyamankan diri dalam pelukan Mave, "Aku selalu khawatir jika menyangkut Da Zera,"
"Maka biarkan aku yang memberantas mereka," balas lelaki itu tenang tanpa riak dalam suaranya.
Valie kembali mengangguk angguk. Memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Ia sangat lelah ngomong ngomong.
"Kau harus makan sebelum tidur, Valie,"
Valie menggeleng, "Aku sangat mengantuk. Dan tidak bisa menahannya sekarang Mave. Biarkan aku tidur sekarang,"
"Hey," Mave terkekeh, mengusap kepala gadisnya dengan penuh kasih sayang sebelum mengecupnya lama. Valerie Helen, ia adalah tujuan Mave sekarang. Melindungi gadis itu dengan segenap raganya. Semampu mungkin ia bisa lakukan untuk melindungi gadis itu.
Valie menggeleng geleng, memeluk Mave erat dengan tangan kecilnya, merengek pelan layaknya bayi. Gadis itu menggemaskan seperti biasa.
Mave mau tidak mau ikut memejamkan matanya. Ia juga lelah. Biarlah mereka istirahat sebentar setelah perjalanan jauh yang memakan waktu cukup lama.
Yang bahkan tanpa pasangan itu sadari, Angela dan Daniel berdiri di depan pintu kamar Mave dan Valie. Berharap cemas setelah melihat bagaimana ketegangan yang terjadi beberapa saat yang lalu diantara pasangan itu.
"Apakah mereka akan baik baik saja Daniel?" tanya Angela, menggigit bibirnya dengan cemas.
"Tidak perlu khawatir. Tuan Mave selalu menyelesaikan masalahnya hingga tuntas. Dan masalah seperti ini, bukanlah masalah besar," jelas Daniel mencoba menenangkan gadis di hadapannya.
"Tapi Daniel, Nona Valie, dan pekerjaan Tuan Mave bukankah berbeda? Masalah ini jauh lebih rumit. Wanita adalah makhluk yang paling sulit di mengerti di dunia ini. Lantas bagaimana dengan hal itu? Jelas berbeda sekali," balas sang gadis seraya mengintai sekitarnya.
Daniel menghela napas berat, seraya mendongak, "Aku tidak tahu apakah Tuan Mave bisa menghadapi masalah ini atau tidak tapi aku harap, dia bisa melakukannya,"
Angela dengan cepat mengangguki ucapan lelaki yang beberapa tahun lebih tua darinya itu. Ia harus percaya, ketegangan itu tidak akan terjadi lebih lama lagi, "Ya aku harap juga begitu,"
***
Valie berjalan keluar dari kamarnya dengan tenang, gadis itu tampak terlihat sangat santai. Di belakangnya, Mave mengikuti. Seperti biasa, dengan wajah tanpa ekspresi yang berarti.
Daniel dan Angela yang sudah terlebih dahulu menunggu di depan pintu tampak menyapa keduanya yang di balas dengan anggukan oleh pasangan itu.
"Aku akan pergi ke casino," ujar Mave.
Valie menoleh sekilas sebelum mengangguk kecil, "Bawa aku,"
"Bahkan jika aku menolak, kau akan tetap memaksa, aku tahu aku tidak punya pilihan untuk itu," balas lelaki itu.
Valie terkikik kecil, yang bahkan terdengar seperti tawa sarkas, "Terserah padaku. Semuanya sesuai dengan kendaliku,"
"Baik terserah padamu saja, Nona Pengendali," balas Mave malas. Lelaki itu berjalan terlebih dahulu dengan langkah panjang, Daniel segera mengikuti.
Namun Valie tampak tidak tergerak, gadis itu menoleh pada Angela, "Plan berubah, aku ingin berkeliling di sekitar Las Vegas di bandingkan dengan berkumpul bersama orang orang menyebalkan itu," ujarnya acuh.
Angela mengangguk patuh tanpa banyak membantah. Namun dalam hatinya ia terus berharap jika hubungan Valie dan Mave tidak setegang sebelumnya. Ia bahkan tidak tahu pasti apa yang menyebabkan ketegangan itu terjadi diantara raja dan ratunya itu.
"Da Zera bergerak, mereka mengikuti kita sampai Nevada. Ah Theodore memang sangat gila," Valie berdecih, berjalan anggun melewati lorong hotel yang penuh penerangan, "Angela bagaimana kabar bibi dan paman di rumah? Mereka mengacau? Ah aku tidak sabar untuk membalas dendam pada mereka,"
"Mereka mengacau nona. Mereka bersikap seperti tuan rumah. Para pelayan sangat muak dengan keluarga itu. Bahkan Brandon dan Clau nyaris saja mencuri sejumlah uang di kamar Tuan Mave," jelas Angela sedikit menggebu dalam kalimatnya.
Valie menarik napas pelan, "Aku sudah bisa menebaknya," ujarnya pelan, "Katakan pada pelayan tidak ada yang boleh memasuki teritori itu kecuali Mave sendiri. Dan tentu yang mendapat ijin dari Maverick. Selain itu, singkirkan mereka,"
"Baik nona," Angela mengangguk patuh.
Valie memasuki lift dengan langkah panjangnya, Angela segera mengikutinya di belakang, "Mereka benar benar tidak tahu diri,"
"Maaf nona jika ini terdengar tidak sopan, namun mengapa anda mengijinkan mereka tinggal di mansion Tuan Mave?" tanya Angela hati hati.
Valerie menarik napas kasar, ah keluarga pamannya kadang membuatnya benar benar muak, "Aku hanya ingin melihat bagaimana sikap mereka. Namun sayangnya, mereka hanyalah keluarga pamanku yang tidak tahu diri. Ini merusak ekspektasiku,"
"Memangnya apa ekspektasi anda, Nona Valie," tanya Angela penasaran.
Valie mengedikkan bahunya acuh, "Ku kira mereka menjadi sedikit lebih tahu diri. Aku sudah memperkirakan jika mereka akan mendatangiku di mansion Mave sejak perjudian hari itu. Mereka datang terlalu cepat. Ku kira mereka ingin meminta maaf dan menebus kesalahan mereka. Tapi sepertinya aku terlalu cepat dalam mengambil sebuah keputusan. Mereka hanyalah sebuah keluarga tamak yang tidak tahu diri,"
"Lalu apa rencana anda selanjutnya nona?"
"Tidak ada. Paman Antonio dan Bibi Margareth bekerja sama dengan Da Zera. Kita harus waspada dengan mereka. Aku benci sekali pada Theodore. Dan aku yakin, bibi lah yang membocorkan informasi ini. Theodore mengikuti ke Las Vegas. Aku tau, entah bibi, atau paman, atau bahkan anak anak mereka. Berhati hatilah pada mereka," ujar Valie kesal, "Aku benci pada Da Zera. Mereka benar benar membuatku trauma dan itu sangat memuakkan bagiku,"
Angela mengangguk, "Saya dengar Theodore baru saja menikahi gadis dari Meksiko. Entah istri ke lima atau enam,"
"Hanya pernikahan bisnis. Mafia di Meksiko sangat terkenal. Aku tau ini hanya demi keuntungan perusahaan gelap milik Da Zera," jawab Valie santai.