Valie turun dari mobil Lucas. Melaambaikan tangannya kearah Lucas dan Yuki sebelum berbalik memasuki lobi kantor milik Mave. Gadis itu berjalan dengan santai menuju meja resepsionis, beberapa orang tampak menatapnya. Gadis itu lantas menunduk untuk meneliti penampilannya, hanya sebuah blazer dress berwarna hitam dan high heels, juga tas berwarna senada. Tidak ada yang salah dengan penampilannya bukan?
Namun Valie memilih acuh, segera mengeluarkan kartu khusus sebagai akses menuju lantai teratas gedung ini, "Bisa aku tahu dimana ruangan Maverick Davidson?"
Resepsionis itu tersenyum ramah, "Ruangan Tuan Maverick berada di lantai dua puluh di ujung lorong anda dapat dengan mudah menemukannya ketika anda sudah berada di lantai tersebut nona,"
"Ah baik terimakasih atas informasinya,"
"Sudah menjadi tugas saya untuk melakukan hal tersebut nona," resepsionis itu menunduk kecil seraya tersenyum ramah.
Valie balas menunduk seraya tersenyum, berbalik hendak menuju lift namun sebelum itu tatapannya segera bertemu dengan sepasang mata hitam yang begitu ia kenali, "Maveee," serunya, degera mendekati Mave yang berjalan diikuti oleh beberapa orang di belakangnya, "Kau sudah selesai rapat?"
Mave tersenyum simpul, mencium puncak kepala Valie sebelum mengangguk ringan, "Ya,"
Beberapa karyawan di sekitar mereka lantas tertegun. Maverick yang mereka kenal adalah sosok yang begitu dingin dan tak tersentuh. Mungkin sempat beredar rumor bahwa bos mereka, Maverick Davidson tengah menjalin asmara dengan sekertarisnya, Kylie, pun dari pihak Kylie memang sengaja membiarkan rumor itu menyebar luas sehingga akan mempermudah dirinya mendekati sang atasan. Sedangkan Mave sendiri terlalu malas untuk memikirkan rumor rumor menyebalkan seperti itu.
"Bagaimana kondisi Yuki?" tanya Mave seraya merangkul pinggang Valie, berjalan menuju lift.
"Well dia terlihat baik baik saja. Lucas jelas menjaga Yuki dengan baik," jawab Valie, "Mave,"
"Hmm,"
Valie tidak menjawab, memilih memasuki lift terlebih dahulu sebelum menjawab, "Aku akan menjadi ibu kedua untuk anak Lucas dan Yuki,"
Mave menatap Valie sekilas seraya menaikkan alisnya, "Kau masih terlalu kekanakan untuk ukuran seorang ibu,"
"Kau meragukanku?"
"Ya, tentu saja. Kau hanyalah setan kecil yang menjengkelkan," balas Mave disertai dengusan keras.
"Daniel," panggil Valie seraya berbalik untuk menatao Daniel di belakangnya, "Bisakah kita menyiapkan sebuah kencan romant-"
Belum sempat Valie menyelesaikan kalimatnya, pintu lift berdenting nyaring dan Mave yang segera menggendong tubuhnya sontak membuat Valie meronta ronta, "Hey diktator menyebalkan turunkan aku. Mave keparat kau seharusnya mati sekarang. Maverick turunkan akuu," pekiknya.
"Sekarang lihat kelakuanmu dan tentukan siapa yang pantas mati di sini," Mave menurunkan Valie tepat di depan ruangannya, menatap gadis itu seraya melipat kedua tangan di depan dada.
Valie mencebik kesal, membalikkan tubuhnya sebelum melangkah memasuki ruangan Mave tanpa permisi.
"Permisi Tuan Mave," panggil Kylie.
Mave berbalik, "Ya?"
"Jika boleh tau siapakah gadis itu?"
"Tidak tahu sejujurnya aku juga tidak mengenalnya,"
"Aku mendengarmu Maverick sialan," teriak Valie kesal, berjalan dengan cepat mendekati Mave, "Aku pemilik perusahaan ini. Satu tahun lalu Mave yang memberikannya padaku. Kalau kau tidak percaya kau bisa memeriksa dokumen perusahaan,"
Mave hanya mengangguk kecil, "Kau sudah mengetahui jawabannya bukan?"
Valie mengedikkan bahunya acuh seraya membuang muka.
"Apa yang membuatmu tidak berada dalam mood yang bagus?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Gerak gerikmu terlalu mudah di baca olehku Valie,"
"Tidak ada. Aku tidak menginginkan ramen dan sekaleng soda,"
"Kau akan mendapatkannya nanti,"
"Kau memang yang terbaik," Valie tersenyum lebar, mencium kilat rahang bawah sang kekasihnya sebelum buru buru mengubah sikapnya. Persis seperti Mave. Dingin, mendominasi, dan sangat mengintimidasi, "Daniel siapkan mobil kita ke markas sekarang,"
Mave menatap gadis itu dengan sebelah alis yang terangkat.
"Apa?" Valie balas menatap lelaki itu, juga dengan sebelah alis yang terangkat, "Kau pikir aku tidak tahu kau pergi ke markas tadi? Hei Tuan menyebalkan, jangan pernah remehkan aku untuk apa pun," sinisnya seraya menatap Mave datar.
"Aku memang tidak pernah bisa meremehkanmu,"
"Itulah mengapa Mama sangat mengandalkanku di sini," balas gadis itu di sertai seringaiannya, "Aku tidak akan pernah bisa di remehkan oleh siapapun. Termasuk dirimu. Tidak ada yang bisa membawaku berada di bawah pimpinan mereka termasuk dirimu,"
"Terkadang aku menyesal membiarkanmu bergaul dengan ibuku," Mave mengusap wajahnya kasar, "Kalian mempunyai sifat yang sama persis dan aku membencinya,"
Valie mengedikkan bahunya acuh, menatap perempuan yang sejak tadi berdiri di hadapannya, "Hmm Kylie Charlotte," gumamnya seraya membaca name tag yang terpasang pada jas perempuan itu, "Biar ku tebak kau adalah sekertaris Mave yang menyebarkan sendiri rumor kencan kau dengan Mave bukan?"
"Tidak aku tidak melakukannya," Kylie degera menggeleng ribut.
Valie kembali mengedikkan bahu acuh, "Tapi informasi yang ku dapatkan dari Daniel tidak pernah salah. Kau tahu siapa Daniel bukan? Dia adalah orang kepercayaan Mave. Jadi siapa yang berbohong di sini? Aku akan memenggal kepala siapapun yang berbohong padaku,"
"Tidak aku tidak berbohong,"
"Keparat. Kau bahkan membiarkan orang lain mati hanya untum reputasimu?" sinis Valie seraya menggerling geli, "Namun sayangnya aku lebih mempercayai Daniel. Dia tidak mungkin berbohong. Dan tentu saja aku mempunyai banyak buktinya. Jadi Nona Kylie apa yang sebenarnya kau inginkan?"
"Maverick," balas Kylie lantang, menatap Valie dengan nyalang, "Dan kau gadis sialan keparat menjauhlah dari priaku!"
Dor
Satu tembakan lepas mengenai langit langit ruangan. Kylie mundur beberapa langkah, menatap keatas sebelum kembali menatap Valie yang hanya tersenyum mengejek dengan sebuah pistol di tangannya, "Maaf aku hanya ingin mencoba pistol baruku. Tadi apa yang kau katakan? Aku tidak mendengarnya,"
"Tidak aku tidak mengatakan apapun,"
"Bagus. Aku tahu kau berbohong. Tapi kau tahu? Aku benci ketika orang lain mengklaim milikku sebagai miliknya. Termasuk Maverick. Kau mengerti,"
"Y-ya aku mengerti Nona,"
"Bagus,"
Valie menegakkan tubuhnya, menatap Mave yang berdiri tanpa ekspresi di belakangnya, "Apa?"
"Tidak ada," Mave mengedikkan bahu, berbalik untuk memasuki ruangannya.
"Si menyebalkan itu," gadis itu menggerutu, "OH TUHAN MAVE,"
"APA?"
"ANGELA! AKU MENINGGALKANNYA SENDIRIAN DI RUMAH LUCAS," Valie segera berlari memasuki ruangan Mave dengan panik, "Tadi aku memerintahkannya untuk tetap menunggu di depan kamar Yuki sedangkan aku bersama Lucas dan Yuki turun ke lantai satu. Namun saat itu aku tiba tiba ingin pergi ke kantormu. Dan yah kau pasti mengerti maksudku,"
Mave mendengus keras, duduk di kursi kebanggaannya sebelum mengirimkan pesan kepada Daniel untuk menjemput Angela di mansion Lucas, "Berhenti bersikap ceroboh,"
"Ya,"
"Kau tahu dunia luar berbahaya sekali. Kau tidak bisa berkeliaran sendirian,"
Valie memutar bola matanya malas, duduk di meja kerja Mave sebelum menepuk kepala lelaki itu beberapa kali, "Yaya aku mengerti tuan cerewet,"