Harry menyebarkan pandangannya pada ruangan yang sangat luas dan megah yang barusan ia lihat, dia belum pernah melihat ruangan semegah itu, ini pertama kalinya padahal ruangan tersebut bukanlah rumah melainkan ruangan pribadi Tuan Roberto di perusahaannya.
Perusahaan Westsydney adalah perusahaan raksasa di sektor retail yang memiliki saham besar dan juga mengontrol berbagai perusahaan yang juga tentunya besar. Tuan Roberto memanglah sangat kaya dia adalah seorang konglomerat.
Harry tidak sendirian, ia tentunya bersama sang istri, Riany tidak berhenti kagum sosok boss yang kini tengah duduk nyaman di kursi goyangnya "Silahkan masuk." Tuan Roberto mempersilahkan mereka seraya berdiri menunjuk sofa lebar yang ada di dekat jendela besar yang mengarah ke pemandangan kota Sydney.
Setelah memastikan kedua pasangan itu duduk, Tuan Roberto berdiri, memperbaiki jas hitamnya lalu melangkah mendekati Harry dan Riany.
Sebelum itu, Tuan Roberto menyuruh managernya yang ada didepan untuk membuatkan minuman,kini pria tua itu sekarang telah bergabung dengan Harry dan Riany.
"Maaf telah menyuruh kalian datang kemari dan secara mendadak membatalkan janji kita waktu itu, saya benar-benar sibuk waktu itu," kata Tuan Roberto.
"Tidak apa-apa," jawab Harry datar.
"Oh ya, bagaimana kondisi anak kalian?" tanya Tuan Roberto lagi hanya untuk basa-basi.
Harry menghela napasnya, ia tahu jika Tuan Roberto hanya sedang berbasa-basi saja "Maksudmu anak laki-lakiku?"
"Ya, apa sekolahnya lancar?". Harry tidak menyadari jika ia kini mengepalkan tangannya, apa maksudnya pertanyaan itu, apa Tuan Roberto berharap jika Aarun gagal sekolah.
"Ya, sekolahnya lancar-lancar saja sekarang dia juga sedang bersekolah hari ini," jawab Riany dengan wajah yang terlihat bahagia, wanita itu beranggapan jika Tuan Roberto memperhatikan anak-anaknya, padahal menurut Harry itu malas seperti sebuah ejekan.
Seorang wanita berkemeja biru datang membawa nampan berisikan dua gelas minuman, wanita itu adalah seorang manager "Silahkan diminum," ucapnya lembut, "Terima kasih," balas mereka.
Riany dengan senang hati meminum minuman yang telah di sediakan, Tuan Roberto berdehem kecil kemudian ia menatap Riany, mungkin ini lah waktu mengatakannya.
"Mengenai kemarin, saya sudah berbicara dengan suamimu Harry, dan kami juga sepakat untuk mengajakmu kesini untuk mendiskusikan masalah ini, semoga masalah ini bisa segera terselesaikan," jelas Tuan Roberto.
Riany hanya mengangguk kecil seraya terus menatap mata pria yang katanya pujaan hatinya itu dengan cukup serius.
"Jadi apa yang akan kalian diskusikan denganku?" tanyanya.
"Masalah yang seharusnya tidak pernah terjadi ini, sejujurnya istri saya benar-benar marah akan kejadian di sekolah itu apalagi anak kalian secara tidak sengaja merusak reputasi saya di hadapan guru dan murid disana," jelasnya lagi dengan penuh penekanan.
"Bukan kah masalah itu sudah selesai, maksudku para guru sudah setuju untuk tidak menyebarluaskan masalah ini, jadi ku mohon kita bahas yang telah kita diskusikan kemarin di cafe saja," tekan Harry tidak ingin kalah.
Tuan Roberto tersenyum meremehkan tapi ia sangat terlihat arogan, membuat Harry muak akan tingkahnya, ya, Harry tahu jika mereka hanyalah orang miskin tapi jika tidak sepatutnya Tuan Roberto memperlakukan mereka seperti itu, sangat tidak mencerminkan orang yang berpendidikan tinggi.
Tuan Roberto mengangkat tangannya "Baiklah, Baiklah aku tak akan basa-basi lagi."
Riany mengerutkan alisnya, ingin bertanya soal apa yang kedua pria itu bicarakan kemarin.
"Aku sudah berpikir dengan sangat matang Riany, aku akan mengambil jalan paling baik untuk hubungan kita," lanjutnya dengan nada yang cukup tenang.
"Jadi apa itu?"
Tuan Roberto memperbaiki duduknya lalu kembali melanjutkan "Kita lebih baik kembali ke keluarga kita masing-masing."
Riany tersentak kaget "A-apa maksudmu?" tanyanya dengan terbata-bata.
"Maksudku adalah saya kembali pada keluargaku yaitu anak dan istriku lalu kau kembali pada keluargamu yaitu anak dan suamimu," kata Tuan Roberto memperjelas.
Riany tidak habis pikir bisa-bisanya Tuan Roberto mengatakan hal semuda itu, apalagi dia juga selama ini berperan besar dari hubungan gelap mereka. Ya, pernah suatu hari Riany merenungkan hubungan gelapnya dengan Tuan Roberto dan wanita itu berniat untuk mengakhirinya saja tapi karena Tuan Roberto yang terus memancingnya dan mengatakan semuanya tak akan ketahuan membuatnya terlena kembali, hingga akhirnya mereka keterusan hingga semuanya terbongkar.
Riany menggelengkan kepalanya "Tidak bisa, bukannya kau pernah berjanji menikahiku?" tanyanya, wanita itu benar-bear tidak peduli jika suami sebenarnya ada di sampingnya duduk, dia bahkan tidak mementingkan perasaan suaminya yang terluka.
"Ya, aku ingat tapi itu sebelum semua terbongkar, kan," jawab Tuan Roberto dengan tenang.
"Kau benar-benar sudah gila." Mata Riany kini berkaca-kaca, ia tidak menerima semua keputusan itu.
"Apa yang kau harapkan dari hubungan gelap Riany, semua memang akan berakhir pilu seperti ini," sahut Harry yang sedari tadi hanya menyimak percakapan mereka.
"Diam kau!" bentak wanita itu, bahkan suaminya saja ia bentak saking sayangnya ia dengan Tuan Roberto.
"Tidak Riany, kau memang harus sadar," kata Harry lagi.
Riany menggelengkan kepalanya sambil memeganginya seakan ia sangat frustasi "Jadi sebenarnya bagaimana akhir yang kau mau?" tanya Tuan Roberto.
"Menikah, aku tidak masalah menjadi istri keduamu, aku tidak mempermasalahkan itu sama sekali tapi biarkan aku bersamamu ya? ya?" kata Riany seperti memelas.
Harry yang melihat istrinya seperti sedang merengek pada pria lain sungguh membuat hatinya hancur sekaligus prihatin "Kau benar-benar sudah tidak waras Riany," gumamnya tidak percaya.
Tuan Roberto hanya menatapnya dingin, Riany sungguh kelihatan menyedihkan dihadapan Tuan Roberto "Tenanglah, begini Riany, kita harus memikirkan banyak pihak yang terluka, kita tidak boleh memikirkan kesenangan kita pribadi," jelasnya membuat Harry muak mendengarnya. Tuan Roberto memang bermuka dua dan sok bijak tapi meski begitu ia legah jika Tuan Roberto itu mau sendiri memutuskan hubungannya dengan Riany.
"jadi, jalan terbaik adalah berpisah dan memperbaiki hubungan kita masing-masing dengan pihak keluarga yang telah tersakiti," lanjutnya.
Riany menunduk "Aku bisa memperbaiki hubunganku dengan anakku, karena anak tetaplah anak tapi kalau soal Harry, aku tidak ingin lagi bersamanya," lirik Riany pada sosok Harry yang masih terdiam disampingnya.
"karena aku mencintaimu dan sudah tidak mencintai Harry lagi," jelasnya penuh penekanan.
Entah sudah berapa kali Riany terus bilang jika ia mencintai Tuan Roberto daripada dirinya, sebanyak itu pula rasa sakitnya terus bertambah. Wanita itu memang berniat menyakiti Harry selamanya.
"kumohon Roberto?" lanjut Riany lagi makin merengek.
"Maafkan aku Riany kita memang harus mengakhiri hubungan ini."
Kini wanita itu tidak bisa membendung air matanya, ia menangis dihadapn kedua pria itu seperti orang gila, ia tidak peduli jika banyak orang yang melihatnya, yang penting ia bisa bersama Tuan Roberto itu saja yang ia inginkan sekarang.
Tapi Tuan Roberto tidak membujuknya sama sekali tapi malah Harry yang melakukannya, Harry mengelus punggung wanita itu dengan lembut, meski ia sudah diperlakukan sangat buruk oleh istrinya, Riany tetaplah istrinya.
Riany menepis dan menjauhi Harry, ia berdiri dan kemudian pergi begitu saja dengan air matanya, Haary juga langsung mengejar istrinya keluar ruangan itu.