Hari sudah malam, Hannah dan Aarun memutuskan untuk balik, tepat di lorong menuju rumah Hannah mereka berjalan pelan sambil saling bercerita apa saja.
"Ku bilang tidak usah mengantarku pulang," ujar Hannah selama di perjalanan.
"Aku yang membawamu, maka aku juga yang harus mengantarmu pulang," jelas Aarun yakin.
"Kau keras kepala Aarun," gumam Hannah tapi masih bisa di dengan oleh Aarun.
"Ya, memang aku keras kepala, jadi apapun yang kau beritahu padaku tak akan ku dengarkan," ujar pemuda itu.
Hannah melirik Aarun dengan tajam, seperti ada kilatan di matanya "Yang benar saja," lirihnya.
Aarun tertawa cukup keras, suara tawanya begitu lucu layaknya suara pisau saat seseorang sedang memotong bawang, suara tawa yang putus-putus benar-benar unik bagi Hannah.
Hannah menyenggol lengan Aarun " Ketawamu aneh sekali, aku baru mendengar orang ketawa keras seperti itu," ucapnya seraya menahan tawa juga.