Beberapa hari bekerja pada Danique, semuanya berlangsung baik-baik saja sampai akhirnya sebuah majalah online memuat berita yang sangat menggemparkan.
"Jadi selain pemakan daging mentah Kau juga mesum?!" teriak Rachel saat Ia berdua saja dengan lelaki itu.
"Teruslah seperti itu biar aku dipecat," desis Rachel.
"Oh, itu tidak mungkin. Siapapun yang berani memecatmu, Ia akan hengkang duluan dari bumi ini," tanggap Danique sambil cengar-cengir. Lelaki itu malah senang seisi kantor ini mengetahui kedekatannya dengan Rachel.
CEO DAN ASISTEN PRIBADINYA TAMPAK MESRA DI LOBBY KANTOR
Di berita itu nampak foto Rachel dan Danique yang tengah berangkulan. Tidak, lebih tepatnya tangan Danique yang dengan kurang ajar menggamit bokong Rachel. Lalu saat gadis itu berusaha menepiskannya, tangan lelaki itu justru meremasnya secara terang-terangan. Detik kemudian Rachel berlagak seolah merangkul Danique namun jarinya mencubit leher lelaki itu sekuat mungkin.
Sialnya yang tertangkap kamera justru aksinya.
"Kalau Kau membuat kesalahan sekali lagi, maka jabatan asisten pribadi direktur utama bukanlah milikmu lagi. Bahkan Kau bisa disingkirkan dari perusahaan ini."
Peringatan manajer HRD masih terngiang di kepalanya. Sebenarnya ada untungnya meskipun Ia disingkirkan dari jabatan itu, Ia tidak lagi bekerja pada Danique yang sangat menyebalkan.
Tetapi Ia menjadi kehilangan kesempatan untuk memecahkan misteri tentang lelaki itu. Pertama, motor ducati Danique terparkir di hutan tempatnya menanti Cuon pada pagi setelah malam purnama. Kedua, lelaki itu pemakan daging mentah. Ketiga, dugaannya bahwa Danique pembenci binatang piaraan terpatahkan setelah melihat lelaki itu memelihara kucing di rumahnya. Keempat, Ia masih ragu apakah bulu-bulu di kamar Danique adalah bulu kucing tersebut atau bukan.
Bisa jadi pagi buta itu Danique pergi ke hutan untuk berburu hewan dan memakan dagingnya. Sungguh mengerikan. Jika itu benar, maka kelakuannya sangat mirip dengan hewan buas.
"Hai, Kau melamun?"
Rachel terkesiap dan langsung membenarkan posisi duduknya.
"Jangan dipikirkan terlalu serius masalah berita itu, aku akan membereskannya," ucap Danique.
"Oh, Ekhm. Kau ada acara festival di sebuah stasiun televisi nasional," Rachel membuka handphone-nya dan membuka pintasan jadwal Danique.
"Cari tahu tentang festival itu dan siapkan materiku," tanggap Danique.
Rachel bekerja dengan cekatan luar biasa. Bertahun-tahun Ia menggeluti dunia asistensi ini membuatnya belajar banyak. Dalam beberapa menit semua yang dibutuhkan Danique sudah siap. Lelaki itupun mempelajarinya di mobil. Danique sudah siap menjadi tamu undangan yang diwawancara di sebuah acara para remaja bertopik Sahabat, Cinta, dan Karir.
Balon biru muda dan merah jambu memenuhi sisi gedung tempat acara diselenggarakan. Glitter dan segala pernak-pernik lain juga mewarnai pilar-pilar yang berdiri kokoh. Lampu sorot di sana-sini dan menerangi wajah-wajah remaja yang tersenyum manis. Kamera hampir berada di setiap sudut.
Rachel berada di antara penonton remaja di bagian depan, Ia harus berada di dekat Danique sehingga jika lelaki itu membutuhkan sesuatu, Ia langsung bisa mengurusnya.
"Mengapa cinta tidak cukup diungkapkan dengan kata-kata? Karena Ia harus dibuktikan. Kita membutuhkan sesuatu untuk membuktikannya, pemberian hadiah adalah pembuktian cinta yang paling disukai seseorang.
"Maka dari itu dapatkan produk paling mutakhir dan sesuai sebagai hadiah untuk orang-orang yang kita cintai."
Di akhir pembicaraannya, Danique mempromosikan salah satu produk perusahaan berupa kotak musik tercanggih. Ia bahkan memberi kesempatan beberapa remaja untuk mendapatkannya secara gratis di segmen doorprize.
Remaja-remaja putri mengerubunginya dan meminta foto bersama. Danique memang belum terlalu tua untuk bergaul dengan anak-anak. Seolah impian mereka untuk bertemu CEO seperti di kisah fiksi terwujud, Danique dielu-elukan.
Bahkan ada yang terang-terangan berkata, "Maukah Anda menjadi sugar daddy-ku?"
Oh, Tuhan!
Rachel menggeleng miris, tapi Ia juga ingin tertawa karena Danique pasti merasa jengkel dengan tingkah remaja di sekelilingnya. Semoga tingkah laku kurang ajar Danique padanya, kali ini sedikit terbalas.
"What the fuck," umpat Danique saat mereka masuk mobil.
Rachel tertawa terbahak-bahak.
"Kau sudah tahu bagaimana rasanya dibuat jengkel dalam urusan seksisme," ucap Rachel.
"Agh, mereka hanya anak-anak," Danique menyilakan rambutnya frustasi.
"Maka dari itu jangan menggangguku karena aku juga marah," Rachel merasa menang.
"Kau hiburan yang paling menyenangkan," Danique berbisik dengan suara yang menggelikan di sisi telinga Rachel.
"Cari pacar dan jangan menggangguku!"
"Memangnya Kau punya?"
"Siapa bilang aku tidak punya."
"Aku juga punya."
"Kalau begitu urus pacarmu dan jangan ganggu aku lagi!"
Seminggu berturut-turut setelah acara itu, postingan para remaja yang sempat berfoto bersama Danique menjadi trend. Bahkan ribuan remaja lain yang tidak sempat berfoto bersama pun, dengan kerja keras mengeditnya menjadi seolah mereka tengah berjajaran atau bahkan berciuman.
"Tak hanya si jelek asisten pribadi, akupun bisa," caption salah satu postingan.
Rachel merasa geli. Jadi mereka iri padanya karena berita online yang viral dan hampir membuatnya bertengkar dengan Danique? Oh, yang benar saja!
"Calon imam impian."
"Suami masa depan."
"Kekasih otw halal."
"Rahimku anget."
Manusia-manusia sampah. Rachel menutup media sosial karena jijik melihat caption-caption remaja bau kencur itu. Ia menghela napas dalam-dalam. Mereka pasti tidak tahu bahwa lelaki yang tengah mereka elu-elukan adalah pemakan daging mentah. Rachel saja ingin muntah ketika membayangkannya.
Ada secuil kesadaran yang membuatnya terkejut pada diri sendiri. Apakah Ia terlanjur nyaman berada di dekat Danique? Lalu perasaan jengkel pada remaja-remaja itu adalah rasa cemburunya? Ah, ini tidak bisa dibiarkan. Hati dan perasaannya hanyalah milik Pangeran Cuon.
Rachel tidak akan menyerah, sudah sejauh ini Ia melangkah, bahkan nyaris berada di garis finish. Mungkin saat ini Cuon juga sudah terlahir kembali dan tengah menunggu pertemuan itu, sama seperti dirinya.
"Cuon, tunggulah aku, aku akan datang," bisik Rachel pada dirinya sendiri.
Purnama terakhir semakin dekat, hampir setiap hari Rachel menghitung dengan jarinya kapan purnama itu datang. Ia mungkin akan tiga malam berturut-turut datang ke hutan untuk mengantisipasi dirinya salah hitung. Setiap malam pula Ia berdiri di pagar balkon apartemennya memandang lempengan bulan yang kian malam kian bertambah penuh.
Inilah yang juga menjadi alasan dirinya tidak mau menginap di rumah Danique, pergerakannya tidak akan sebebas ini. Ia tidak bisa menjamin apakah dirinya masih bisa memandang bagian timur langit setiap malam.
"Cuon, seandainya kita memang tidak berjodoh. Maafkan aku yang telah membunuhmu. Aku juga memohon izin untuk mengambil orang lain untuk menjadi pendampingku," ucap Rachel.
"Kita sama-sama memiliki kekuatan, atau mungkin ini sudah bukan kekuatan lagi melainkan kutukan," Rachel putus asa dengan takdirnya.
Terlahir sebagai putri dari kerajaan yang telah hilang, Rachel memiliki keistimewaan sekaligus kutukan. Ia tidak akan mati sebelum melahirkan anak sebagai jaminan dalam perjanjian antara kedua orangtuanya dengan dewa langit.
Ayahnya dinobatkan sebagai Kaisar yang hampir menguasai setengah bumi. Hal itu berarti kedudukan ayahnya hampir setara dengan putra bungsu dewa langit. Sebagai Kaisar yang berkuasa di bumi, ayahnya beserta keluarganya dituntut untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Putri tunggal mereka yang baru berusia satu minggu dikukuhkan sebagai penerus Sang Kaisar untuk menjamin kesejahteraan penduduk bumi. Sebagai jaminannya, dewa langit akan membantunya menularkan kekuatan istimewa kepada putri mereka, Rachel. Sang Putri akan terus hidup di dunia dan tak akan mangkat sebelum memiliki keturunan dari rahimnya sendiri.
Rachel tetap muda dan raganya berhenti menua di usia dua puluh satu.
***