Chereads / Membenci Sebuah Janji / Chapter 24 - Mengambilnya Lagi

Chapter 24 - Mengambilnya Lagi

SEBUAH pertanyaan yang tak mampu Bella jawab. Dalam keheningan itu, Bella hanya bergelut dengan pikirannya. Apakah dia cemburu atau tidak? Apakah dia hanya marah dan kesal karena Rey hampir mengacaukan semuanya? Jujur, dia pun tak mengerti tentang perasaannya.

Sampai seseorang mengetuk pintu kamar Bella membuat dua orang di dalam terkejut. 

"Kak, ini aku Simon." 

Bella menghempas tentang pertanyaan Rey dan langsung membisikan Rey supaya sembunyi di mana saja. Namun laki-laki itu malah diam tak takut. Dan benar saja Bella murka. 

Dukh! 

Bella menendang lutut Rey. Hampir membuat Rey bersuara. Bella juga tak peduli Rey akan bersembunyi di mana. Lalu, Bella pura-pura membaca buku di kasurnya dengan selimut yang hampir menenggelamkan Bella. 

"Maaf. Aku tidak bisa berpikir." 

Bella ingin meledak saat Rey malah masuk ke selimutnya. Dan kini, mereka terlihat tidur berdua. Bedanya, Rey sengaja sembunyi di dalam. Saat Bella ingin menendang Rey lagi, Simon masuk menggugurkan niatnya. 

"Kak, aish. Untung saja aku membawa kartunya," ucapnya. Simon memang membawa kartu kedua yang dapat membuka pintu dan seluruh aksesnya. 

"Ah, i-iya," jawabnya gugup. 

"Kenapa, sih?" kata Simon dan berniat duduk di kasur sebelah Bella. 

"Jangan duduk di sana!" larang Bella yang membuat  Simon terkejut. 

Simon terheran-heran namun tak mau memikirkannya lebih dari itu. Maka Simon pun memilih duduk di kursi sebelah Bella. 

Memakan waktu satu jam untuk Simon menonton TV. Karena baginya, hal itu tidak masalah. Lain dengan Bella yang merasa risih saat hembusan nafas Rey mengenai paha Bella. Rey tampak tertidur dan dengan harap Bella yang banyak, supaya Rey tidak mendengkur atau tamatlah riwayatnya. 

Sampai ide baru muncul di kepala Bella. "Simon, haruskah kita meminum kopi?" 

"Besok kamu menikah. Seharusnya kamu tidak begadang," jawabnya sambil memilih gelombang TV. 

"Eh? Kalau begitu belikan aku cokelat panas." 

Simon mengangguk dan langsung mencari untuk order via online agar dirinya tidak perlu keluar. 

"Jangan pesan online. Datanglah kesana. Aku juga ingin kamu membeli beberapa sheet mask untukku di minimarket," ujar Bella. Memberikan sejumlah uang pada adiknya itu. 

"Baiklah." Simon mengambil jaket dan keluar. 

Bella menghembuskan nafas lega. Kemudian, dia menghempas Rey menggunakan kakinya dan membuat Rey memeluk tubuhnya kedinginan. Namun dia tidak terbangun. 

"Rey, cepat pergi." Bella menggerakan-gerakkan tubuh Rey menggunakan kakinya. 

Tak kunjung bangun, Bella pun mendekati Rey dan membangunkannya dengan benar. 

Grep! 

Rey membuka mata dan langsung menindih Bella yang masih terkejut itu. Bella sesaat diam karena hal ini membuatnya diam dan tak bisa apa-apa. Hingga kesadaran pun masuk kembali pada jiwanya, Bella menendang area sensitif Rey. Membuat Rey sujud meringis. 

Tangan mengepal dan erat itu tampak ingin meraih Bella yang kali ini sedang memundurkan diri takut. 

"Jangan bergerak, mesum!" 

Tak ada perkataan yang lebih pantas untuk Rey saat ini. Bella hanya mengucapkan sesuatu yang sedang berkerumun di pikirannya. 

Bella tak menyangka jika orang yang akan menikah dengannya tanpa cinta ini, mengambil bibirnya lagi. Hal pertama yang dipikirkan Bella adalah bagaimana caranya menghukum laki-laki mesum itu. 

Namun Bella sudah sering berbohong pada hatinya. Dia berkata benci, tapi tidak seperti itu. Bella hanya sering mengatakan hal-hal tak baik pada Rey supaya dirinya tak jatuh pada cinta yang tak akan terbalas. 

Tapi kelakuan Rey hari ke hari, membuat Bella tak tenang. Setiap Rey datang dengan aura normal membuat jantungnya berdetak kencang. Getaran yang diperoleh dari teriakan dadanya, membuat misi Bella takut gagal. 

"Kenapa kamu menendangku?!" kata Rey dengan wajah yang mengintimidasi Bella. Manusia yang mirip serigala itu, membuat kaki Bella bergetar hebat. Sungguh manusia yang tak bisa ditebak. Rey hampir menyedot dirinya ke neraka. 

"Ka-kamu kenapa mengambil bibirku lagi?!"

Mendengar hal itu, Rey menaikkan sudut bibirnya. "Ah, benarkah? Aku tidak tahu jika itu mengganggumu. Kalau begitu, aku tinggal dulu. Terima kasih sesuatu yang singkat itu," ujarnya yang membuat Bella bergidik ngeri dan sebal. 

Setelah Rey pergi, Bella memegang bibirnya pelan. Dia tidak percaya karena Rey menciumnya tiba-tiba. Padahal, dia sedang tertidur tadi. "Lembut." Demikianlah Bella saat mengingat hal indah sekaligus menakutkan itu. 

Sedangkan Rey kembali ke kamarnya yang ternyata ada di sebelah Bella. Bella jelas tak tahu bahwa Rey menginap di hotel yang sama dengannya. 

Kali ini, Rey tak berhenti memegang bibir yang tadi bersentuhan dengan Bella karenanya. Walaupun dirinya sudah pernah mencium Bella saat di hotel pertama kali, tapi dia tetap merasa kacau karena selalu menyerangnya. 

Rey berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Air yang menciprat tubuhnya, tak membuat Rey lupa akan kejadian tadi. Pikirannya, dipenuhi Bella. 

Ketakutan Rey kepada Bella adalah jatuh cinta. Menurut Rey, jatuh cinta padanya adalah sebuah ketidakperluan dan tidak akan berakhir baik. Maka dari itu, Rey berusaha keras jika Bella mengisi hatinya walau sedikit. 

Entah bagaimana semuanya akan berjalan. Tapi Rey, mengharapkan hal itu. 

Rey pergi ke pojok kamarnya dengan TV yang dinyalakan. Dan Rey ... Menangis terisak. Sungguh aneh bagi Rey yang dingin dan kejam itu saat ini sedang menangis seperti anak kecil. 

Tapi begitulah cara Rey menyalahkan dirinya, ketika sesuatu hampir kacau apalagi soal cinta. Cinta Rey hanya untuk wanita yang kemarin dia hubungi. Wanita yang bersamanya bertahun-tahun. Menurutnya, wanitanya itu tak bisa Rey khianati. Walau Rey akan menikah dengan Bella lewat perjodohan ini, tapi Wanita yang mengisi hatinya itulah yang harus menjadi ratu di kehidupannya. 

"Aku tidak boleh sampai mencintaimu, Bella. Aku akan membencimu." 

Kedua telinga yang ditekan dan beradu dengan isak tangis. Rey mengatakan hal itu secara berulang-ulang. Dan mulai besok, Rey menetapkan untuk selalu mencari-cari kesalahan dan kekurangan Bella. Supaya dirinya dapat membenci Bella sampai tak ada ruang untuk Bella di hatinya. 

Selain itu, di kamar Bella, terdapat adiknya yang sudah pulang dan kini Bella meminum coklat yang tadi asal di pesannya. 

Drrt! 

Kedua saudara itu melihat ke arah yang sama saat ponsel berdering. Betapa terkejutnya bahwa ponsel tersebut milik Rey yang tertinggal di kamarnya. Bella pun mengambil ponsel miliknya dan berpura-pura sedang mengangkatnya. 

Bella berjalan-jalan di kamar tersebut sambil mencari waktu yang tepat. 

Grep! 

Akhirnya, Bella mendapatkan ponsel Rey. 

"Simon, aku mau keluar dulu," ucapnya yang dibalas anggukan. 

"Fiuh! Untung saja Simon tak menyadarinya," batinnya. 

Tok! Tok! Tok! 

"Rey, ini aku."

Rey terkejut saat seseorang mengetuk pintunya dan yang berbicara sangat jelas terdengar bahwa itu Bella. Dia seperti seorang kucing yang mengambil ikan. Kaki dan tangannya bergetar saat mau menemui Bella. Namun, dengan penuh keberanian Rey menemui Bella bersama mata yang masih merah. 

"Kenapa sih?! Ganggu saja!" sentak Rey. 

Bella membelalakkan matanya tak percaya. Setelah pria itu menciumnya dan kini meneriakinya? Setelah pria itu masuk kamarnya tanpa izin dan kini Bella hanya mengetuk kamarnya dari luar, dia marah? Sungguh tak berperasaan. 

"Ponselmu tertinggal," Bella memberikan ponsel itu dengan paksa menuju tangan Rey. Dan Bella langsung pergi tanpa pamit. 

"Tunggu, kenapa kamu bisa tahu aku di sini?!"