Chereads / Membenci Sebuah Janji / Chapter 27 - Bali

Chapter 27 - Bali

"Apa maksudmu tidak apa-apa?" Besok kita harus honeymoon, Bella! Dengar, walaupun dia kekasihku tapi kamu tetap istriku. Aku tidak akan membiarkan kamu terluka lebih dari ini. Bella, aku akan berusaha. Berusaha memilih yang tepat dari pada harus adil di keduanya. Aku tahu aku tak pantas disebut manusia. Tapi lihatlah akhirnya. Dan saat itu tiba, umpat aku sebanyak-banyaknya ... Atau cintai aku sebanyak yang aku mau," paparnya. 

"Jangan membicarakan itu lagi. Terserah kamu mau datang padanya atau tidak. Terserah kamu akan serius padaku tau tidak. Yang jelas, pernikahan kita harus berakhir dalam lima tahun sesuai surat yang kita tandatangani. Rey, jangan maju diluar batas. Ini hanyalah pernikah kontrak!" hentaknya yang membuat Rey tak bisa mengeluarkan kata. 

"Jadi, berikan satu kamar untukku. Aku tidak mau tidur denganmu," sambungnya. 

Bella pun meninggalkan Rey yang masih membeku. Kepala Rey dipenuhi pertanyaan yang membingungkan. Dia sadar, bahwa dia menjadi berbeda dari perjanjian. Tapi Bella masih sama. Menaati setiap aturannya. Harusnya Rey senang karena Bella berjalan sesuai maunya. Tapi kenapa ini membuat dirinya tak terima. 

Ting! 

Rey mendapatkan pesan dari Ibunya–Luna. Dia ternyata sudah memberikan tiket honeymoon nya ke Bali. Dan mereka harus berangkat malam ini juga. 

"Bella!" panggilnya. 

Rey pun memberikan isi pesan itu kepadanya. Keduanya sama-sama terkejut. Bella tak menyangka, drama ini sungguh berlanjut padahal mereka baru pindah. Sungguh melelahkan. 

"Ki-kita tidak ada waktu untuk membuat kamar untukmu," kata Rey dengan ragu-ragu. 

"Tidak apa-apa. Sebaiknya kita bergegas atau kamu akan mati di tangan mereka." 

Rey dan Bella pun bergegas membersihkan diri dan menata pakaian untuk dipakai nanti. Mereka sibuk masing-masing dengan kepala masing-masing. Dua orang yang saling memunggungi dengan koper mereka, tampak memiliki pikiran yang berbeda. 

Jika Rey memikirkan bagaimana persiapan honeymoon dengan Bella nanti. Dari mulai kejutan apa yang harus diberikan. Dan apakah Bella mau melakukannya atau tidak, lain halnya dengan Bella. Dia sibuk memilih pakaian untuk dipakai berfoto di berbagai tempat. Tak jarang dia membuyarkan lamunan gila Rey hanya karena ingin bertanya apakah pakaian ini bagus atau tidak. Apakah Bella perlu membawa satu atau dua sunblock. Sungguh dua manusia yang tak sama. Heran, kenapa Tuhan membiarkan mereka bersama walau tidak tahu apakah akan seperti ini selamanya. 

Bella dan Rey sama-sama menaikkan pinggangnya. 

Duk! 

Dan tanpa sengaja, kepala mereka berbenturan. Mereka bertengkar karena itu. Selalu seperti itu. Hal sepele, mereka ributkan..

"Dasar aneh! Kau yang mulai!" 

"Kamu!" kata Bella. 

Kini, mereka pun selesai dan menghempaskan tubuh masing-masing ke belakang, tempat tidur berada. 

"Hah! Hahaha!" 

Mereka menertawakan tingkah mereka. Mereka lebih seperti anak kecil yang marah lalu akur kembali. Dan tampaknya, mereka sampai kelelahan sampai membuat keduanya tidur dan tak sengaja berpelukan. 

Hari pun sudah menunjukkan pukul tujuh. Luna yang khawatir kenapa mereka belum datang ke bandara juga. Karena pesawat akan melaju satu jam lagi. Luna pun menghubungi Rey. 

Drrt! 

Rey terbangun pelan. Matanya terbuka sampai pupilnya tampak jelas. Dia terkejut saat Bella tidur di atas dadanya. Sungguh tidak nyaman. Rey takut akan membangunkan gadis itu. 

"Ha-halo, Ma?" kata Rey dengan suara pelan. 

"Kenapa kamu berbicara sangat pelan? Apakah kalian melakukan itu?" tanya Luna bercanda. 

"Ti-tidak ada!" teriak Rey sambil bangun dengan kasar. 

Hal itu membangunkan Bella. Apalagi lengannya membentur kepala Bella yang baru bangun dengan nyawa yang belum terkumpul. 

"Ck, kamu ini kenapa, sih?" ucap Bella serak karena baru bangun. 

"Bella! Kamu habis tidur sama Rey, ya? Tidurnya di pesawat saja! Kalian cuma punya waktu 1 jam untuk ke bandara, ya!" teriak Luna di telepon lalu menutup panggilannya. 

Bella terkejut setengah mati. Tentang dia yang tak sengaja tertidur. Tentang kepala yang sakit karena lengan Rey. Tentang dirinya tidur bersama orang gila di sampingnya. Dan tentang Luna yang pasti memikirkan hal gila dengan Rey. 

"Argh!" Bella telangkup dan mengacak-ngacak rambutnya. 

Sedangkan Rey, dia masih menatap Bella namun matanya yang masih ngantuk. Dan rambut yang naik ke atas. Rey sangat lucu dan tetap tampan. Tapi tidak begitu jika menurut istrinya sendiri. 

"Aish! Cepat kemasi barang-barangnya dan ganti bajumu!" perintah Bella dengan marah. Tapi lucunya, Rey mengangguk setuju. 

Mereka pun dengan cepat naik mobil setelah mengemas barang dan berdandan. Saat ini yang menyetir adalah Bella. Karena sedari tadi Rey terlihat sangat mengantuk sekali. Bahaya jika Rey sendiri yang melajukannya. 

Bella langsung menancap gas keras. Membuat Rey terbangun dengan kepala yang di atasnya ada burung menari membuat formasi bulat, alias Rey langsung pusing. Rey memegang pegangan di atas mobil tersebut. 

"Bela, bi-bisakah kamu sedikit pelan?"

"Tidak bisa!" 

"Tuhan, jangan biarkan kami mati. Katanya Bella mau bayi," ucapnya. 

Mendengar omong kosong itu, Bella menancap gasnya lebih lagi. Rambut Rey sampai mengapung ke belakang. Tak lupa, mulut Reu terbuka karena berteriak. 

"Diamlah, bodoh! Mana ada CEO penakut sepertimu." 

"Hey! Ini bahaya, Bella!" 

"Surga! Aku kembali padamu!" 

"Tidaaaaak!" teriak Rey. 

Tak membutuhkan waktu lama karena Bella mahir melajukan mobil seperti pembalap. Bella menyapa mertuanya dengan bangga. Walau Rey anaknya hampir mati. 

"I-ibu," ujarnya. 

Semuanya tertawa melihat tingkah Rey yang lucu itu. Jarang-jarang jika Rey bertingkah seperti ini. Biasanya, dia akan dingin dan dingin. 

"Ah, cepatlah pergi. Nanti kalian telat," kata Luna. 

Rey dan Bella pun naik tangga pesawat, sebelum benar-benar masuk, Bella mengayunkan tangannya kepada Luna dan nenek Rey. 

"Kabari aku jika kalian sampai dengan selamat!" teriak Luna yang dianggurin Rey dan Bella. 

Bella dan Rey menyimpan barang di bagasi. Mereka memesan pesawat bisnis yang hanya diisi beberapa orang ternama. Dapat Bella lihat, bahwa dirinya satu pesawat dengan penyanyi solo terbaik. Bella pun menghampirinya untuk meminta foto. Dan benar saja, Rey yang ingin nyaman dengan tidurnya, tiba-tiba menjadi tukang foto yang handal. 

"Terima kasih," ucap Bella kepada penyanyi itu. Penyanyi membalasnya dengan anggukan. 

"Coba lihat," kata Bella merebut ponsel Rey karena keluaran terbaru itu. 

"Aish, bisakah kamu pelan-pelan mengambil ponselku? Itu baru aku beli dua hari yang lalu," ucapnya. 

"Bawel banget, sih. Kamu banyak uang. Besok kamu bisa beli lagi." 

"Kamu mau?" tanya Rey kepada Bella serius. 

"Mau dong. Aku mau warna yang gold itu. Tolong belikan, ya," candanya. 

"Sekretaris Kevin, tolong belikan Iphini keluaran terbaru dengan warna gold, ya. Sebelum saya pulang ho-ney-moon, tolong segera persiapan," ucapnya dalam telepon dengan tiba-tiba. Dan anehnya Rey juga menekankan pada bagian honeymoon. 

"Kamu benar-benar membelikannya untukku?" tanya Bella tak percaya. 

"Iya." 

"Huaaah! Padahal uangnya bisa ditabung! Padahal–" 

"Diam!" Rey menutup mulutnya.