REY menyusul Bella yang sudah lebih dulu meninggalkannya di penginapan. Sedangkan Ama, dia menggertakan giginya keras karena Rey terlihat peduli pada Bella.
Tangisan bercampur amarah, terpampang jelas di wajah cantik Ama. Dia, memiliki motif tersendiri. Sampai dirinya hanya mampu menatap punggung Rey yang semakin mengecil.
"Lihat saja, Bella. Aku tidak akan membuat kamu hidup dengan Rey lima tahun! Aku akan membunuhmu secepatnya! Argh!" katanya dengan dada yang berkobar dan menggebu.
Sementara itu, Rey yang berhasil mengejar Bella. Tapi hanya sampai pintu kamarnya saja. Bella menutupnya dengan kekuatan penuh sampai membuat tembok bergetar.
"Bella, tolong dengarkan aku dulu," katanya di luar kamar. Memeluk pintu sebaliknya.
Bella seakan tak mau mendengarnya. Bella masuk ke dalam selimut, menenggelamkan dirinya tanpa ruang. Selalu seperti itu, ketika merajuk, dirinya seperti anak usia 7 tahun yang selalu bersembunyi dalam selimut. Ketika dia marah pada Ibunya, sekarang Bella marah pada orang yang tak perlu dia gubris.
"Tenanglah, Bella. Seharusnya kamu tidak marah karena itu diluar kendalimu. Tetaplah tenang dan jaga pikiranmu," katanya dalam hati merenung.
Klek!
Sampai Rey berhasil membuka pintunya karena melaporkan ke pihak terkait di penginapan tersebut, kalau istrinya terkunci di dalam. Kebohongan yang tidak cerdas, tapi mereka mempercayainya.
"Apakah kamu tidak apa-apa, Sayang? Syukurlah. Kamu tidak terluka."
Rey berlari ke arahnya dan langsung memeluk Bella yang sedang bingung. Pasti. Ini sebuah drama lagi. Lalu, Bella pun mendorong tubuh Rey yang sedari tadi memeluknya.
"Pergilah. Aku sedang tidak mau berbicara denganmu," kata Bella sinis.
"Kamu cemburu?"
"Tidak mungkin! Tidak akan pernah! Kapanpun! Aku tidak akan pernah mencintaimu, Rey! Seharusnya kamu tahu jelas kenapa aku marah? Karena kekasihmu mengatakan hal yang tak pantas untukku. Aish, aku sebal jika aku marah seperti ini. Sudahlah! Pergi sana! Aku mau istirahat!" usirnya dengan kasar.
Rey tak membalas apapun. Dia malah menatap lama Bella yang sedang menenggelamkan diri dengan selimut tadi. Sampai Rey memastikan Bella sudah tertidur, Rey membuka selimut supaya hanya memeluknya sampai leher saja. Lalu, mencium keningnya dan membisikkan kata maaf.
Ting!
Sebuah pesan masuk dari ponsel Rey.
"Aku harap kamu datang ke sini sekarang juga." Ama memberikan alamat dimana dia berada.
Mau tidak mau, rasa bimbang yang melekat di sekitar kepalanya, tak bisa Rey tangani. Dan akhirnya, dia memilih untuk datang ke tempat Ama dan meninggalkan Bella yang sudah tertidur.
"Bella, maafkan aku. Ama lebih membutuhkanku dari pada kamu." Rey pun keluar dan menutup pintu.
Bella bangun, dengan mata yang masih sedikit segar. Dia mendengar ... Semuanya.
"Ah, dia Ama, ya. Lalu orang yang di Rumah Sakit kala itu, siapa?" tanyanya dalam hati.
Entah setan dari mana. Bella penasaran kemana Rwy akan pergi. Akhirnya, dia pun mengambil tas dan ponselnya, lalu mengikuti Rey sembunyi-sembunyi.
Bella melihat Rey menggunakan lift dan ternyata Rey akan ke bawah. Sudah pasti. Rey akan menemui Ama ditempat lain.
Tak ada pilihan baginya. Bella harus menggunakan tangga untuk turun ke bawah. Dengan kaki yang menempel sepatu hak tinggi. Tak ada cara lain lagi, Bella pun membukanya dan berlari menuruni tangga dengan kaki telanjang. Lalu sepatu itu dia tenteng di tangan kirinya.
Terus menerus. Menuruni tangga. Sampai lelah dan hampir ingin menyerah. "Rey sialan! Beraninya dia meninggalkanku sendirian. Suatu saat, aku akan melakukan hal yang sama!" ancamnya sambari dengan nafas terengah.
Dengan jalan yang sangat pelan, Bella ternyata berhasil turun lebih dulu. Rambutnya bagaikan singa yang bangun tidur. Sangat berantakan. Bella menyembunyikan tubuhnya di balik pintu yang terbuka lebar untuk Rey keluar. Kemudian, aksinya dimulai.
Rey tampak memakai mobil orang lain. Entah apa alasannya, Bella pun tak tahu. Padahal dia memiliki mobil sendiri yang terparkir baik. Tapi Bella tak ingin berlama-lama memikirkan hal itu. Dia terus mengikutinya, menggunakan taxi online yang datang sangat tepat.
"Cepat, Pak!" pintanya.
Mobil melaju dengan cepat, mengikuti bagaimana Rey menjalankan mobilnya. Tapi sepertinya Rey tahu persis bahwa mobil di belakang sedang mengikutinya. Dia pun berbelok ke arah kiri, yang membuat taxi melaju melebihi belokan itu.
"Belok, Pak! Ikuti dia!" pintanya.
"Baik, Non."
Semuanya panik. Rey maupun Bella. Tapi teruntuk Bella, pengejaran ini akan terus berjalan sampai berhasil.
Dan sampai Rey menghentikan mobilnya di sebuah Villa besar dan megah, Bella pun ikut turun di tempat itu. Dengan terburu-buru, Bella memberikan uang dengan tip yang melebihi biaya penumpang.
"T-terima kasih, Non."
Rey berlari dan naik lift menuju lantai tiga.
Karena Villa tidak setinggi hotel, membuat Bella lebih ringan dari pada tadi saat berlari. Tapi tetap saja, Bella ragu dia akan sampai lebih cepat dari pada Rey.
"Hah! Hah! Ke-kenapa lebih melelahkan?" batinnya dengan nafas terengah-engah.
"Aaaaaaa!"
Banyak perempuan yang berteriak saat Bella hampir sampai di lantai 3. Banyak juga yang menyuruhnya turun. Kemudian, suara yang tak asing lebih jelas di telinganya.
"Ama! Aku mohon, jauhkan pisau itu dari lehermu," pinta Rey dengan lirih kepada kekasihnya.
"Tidak akan! Sebelum kamu mengusir dia dari hidupmu! Kita hanya kita! Tidak boleh ada yang lain!" pintanya dengan teriak.
"Aku mengerti. Lepaskan pisau itu, ya."
"Jangan mendekat!"
Sret!
"Aaaaaaaa!!!" teriak semua orang kembali.
Ama menyayat pisaunya sedikit di leher sendiri. Namun mengeluarkan beberapa tetes darah yang membuat orang lain takut.
Bella pun melihat kejadian di sana. Mereka menatap tajam kepada Bella. Mungkin karena Rey adalah CEO ternama, sampai membuat mereka menyukainya dan hanya membenci Bella. Padahal kesalahan bukanlah ada di Bella.
"Gara-gara kamu!"
"'Pelakor!"
"Kenapa membuat wanita CEO Rey menderita?!"
"Dia pasti mengancam CEO Rey!"
Semua orang mengatakan hal-hal buruk padanya. Menyalahkan. Menyudutkan. Jujur, Bella juga sakit kali ini. Dia tak bisa mengatur nafasnya dengan baik. Terlebih, Rey mendengar semuanya tapi tak membuat semuanya diam.
Sret! Gubrak!
"Aaaaaa!!!"
Ama menyayar kembali lehernya. Dan membuat dirinya jatuh pingsan, dengan darah yang membasahi bajunya.
"Gara-gara kamu! Enyahlah!"
"Matilah!"
Deg!
Setelah Bella mendengar kata terakhir seseorang, dia tak tinggal diam dan memukul orang itu.
Bugh!
"Hey! Kenapa memukulku?" katanya.
"Lalu, kenapa kamu menyuruhku mati?" tanya Bella dengan wajah menyeramkan.
Bella menghabiskan waktunya bertarung dengan orang tak jelas itu. Laki-laki maupun perempuan, Bella kalahkan. Dan mobil polisi pun, datang membawanya.
Saat dirinya di bawa ke pihak berwajib untuk mendapatkan introgasi, Rey datang. Tepatnya, baru muncul.
Dengan berlari, Rey mengatakannya untuk membebaskan istrinya itu. Dan dengan mudahnya, Bella bebas dari tuntutan kekerasan. Selain hal ini merupakan penyerangan kedua belah pihak, Bella juga aman jika Rey mau. Tapi, terima kasih tak Bella ucapkan. Dia pergi begitu saja meninggalkan Rey yang masih duduk dengan Polisi.