Chereads / Membenci Sebuah Janji / Chapter 28 - Ini Kacau

Chapter 28 - Ini Kacau

PERJALAN menggunakan pesawat untuk ke Bali, tempat mereka akan honeymoon seperti perkataan Luna. Padahal, membayangkannya sudah menakutkan. Apalagi Bella harus tidur berdua dengan Rey. Menurutnya, itu tidak boleh terjadi. 

Mereka sampai di sebuah penginapan terbagus di Bali. Dari mulai pelayanan, furniture dan makan yang disajikan juga sangat baik. Bella dan Rey sangat puas menginap di hotel ini. 

Kini mereka duduk di dua kursi yang menghadap laut yang membentang luas, dari atas. 

"Wah, melihat laut dari sini lebih indah dari yang aku pikirkan." 

"Aku juga belum pernah menginap di hotel ini. Mereka mengatakan kalau hotel ini baru," kata Rey yang menatap Bella tulus. Padahal Bella sedang asyik memandangi lautnya. 

"Kamu mau mandi lebih dulu?" tawar Bella serius. 

"Berdua," celetuk Rey tanpa penyaringan di mulutnya. 

"Gila! Kamu sudah gila!" jawab Bella sambil menendang lututnya. 

"Aw, iya, iya. Bercanda, kok. Aku mandi lebih dulu, ya. Aku ada sedikit kerjaan. Tidak nyaman bekerja sebelum mandi." 

Rey pun mengambil handuk dan handuk kecilnya ke kamar mandi. Dia memulainya dengan membasahi kepala lalu tubuhnya. Tapi pikiran Rey kemana-man. Membuat matanya tak sengaja kemasukan sabun. Perih. Sampai membuat sebelah matanya merah. 

"Akh!" jeritnya. 

"Kenapa, Rey? Apa terjadi sesuatu?" teriak Bella kembali.

"Ambilkan handuk kecil untukku!" pintanya. 

Bella terheran-heran dengan permintaannya. Dia jelas tahu bahwa Rey sudah mengambil anduk kecilnya tadi. Pikirnya, itu pasti modus buaya. Maka dari itu, dari pada menurutinya, lebih baik Bella pura-pura tak mendengar menggunakan earphone nya. 

"Bella! Andukku!" 

"Tidak mau!" kata Bella sambil menaikan volume lagunya itu. 

"Hey! Bella! Aish! Bella!" 

Suara shower tak terdengar lagi. Dan Rey pun keluar menggunakan handuknya. Dengan mata yang dia gesek. Handuknya sengaja dia pakai di bagian bawah saja. Entah yang keberapa kali, Bella melihat perut kotak enam itu. Tetap saja, Bella terkagum-kagum, namun tak ingin memperlihatkan reaksinya itu. 

"Ka-kamu berbohong. Itu andukmu kamu pakai." 

Cup! 

Setelah Bella berkata seperti itu, Rey langsung menyerangnya dengan mencium bibir Bella agar diam. Tapi diluar kendalinya, Rey mencium Bella lebih lama sampai rasa marahnya reda. Tapi Bella tak membalasnya sedikitpun. Bella menahan nafas walau sedang tidak berada dalam air. Sampai nafasnya hampir habis, Bella pun mendorong tubuhnya agar menjauh. Lalu, Bella masuk ke kamar mandi. 

Rey membatin dalam hati. "Aish, aku jadi gagal marah padamu, Bella." 

Bella lebih lama kalau soal mandi. Karena dia selalu menggunakan bathtub, untuk menenangkannya. Air hangat yang menenggelamkan tubuhnya dengan busa yang melimpah dan mawar merah yang banyak, membuat dirinya tak lupa juga dengan aksi Rey yang tiba-tiba. 

"Ish. Menjijikan! Aku dicium kodok! Ya! Kodok hijau yang bau!" batinnya. 

Bella berkata seperti itu supaya dia memastikan uang menciumnya bukanlah CEO kaya raya dan tampan itu. Dia tidak percaya. Dia ingin membalasnya walau takut, prinsipnya akan berubah karena kesalahan. 

Bella pun selesai dengan mandi nya dan ternyata Rey sudah ada di kasurnya sedang menonton TV kartun animasi. Satu mangkuk kecil buah yang terdapat jeruk, stroberi dan anggur dimakan sendiri. 

"Kamu suka ini, 'kan? Amm! Aku makan semuanya! Hahaha!" kata Rey sambil mengalungkan stroberi terakhir ke mulutnya. 

Bella pun menghampiri Rey dan langsung merebut mangkuk itu. "Kalau begitu sisanya aku makan. Kamu tidak boleh minta!" 

"Hey! Kalau begitu aku hanya makan tiga stroberi saja dan kamu makan yang lain dengan banyak!" rengeknya sambil berusaha mengambil mangkuk itu. 

"Terserah aku!" juteknya. 

"Kamu sisir dulu rambutmu. Kenapa langsung makan? Jorok banget, sih." 

Rey pun mengangkat Bella seperti sedang menculik, untuk membuatnya duduk di kursi rias. 

"Hey! Apa yang akan kamu lakukan?!" teriak Bella. 

"Duduk dan diamlah, bocah!" 

Ternyata Rey mengambil Hairdryer dan sisir. Rey membuat kepala Bella hangat dan rambutnya tak lama lagi kering. Tangan panjangnya terkadang mengusap rambut Bella dengan lembut. Bella dapat melihat dari cermin di depannya. Rey seperti seorang kakak yang tulus. Entah harus senang atau menekan jari dengan kukunya agar tidak membawa hal sepele ini ke dalam perasaan. Bella, berhasil melakukan cara terakhir. 

"Kenapa kamu melukai tanganmu? Apakah terlalu panas? Kenapa tidak bicara kalau panas? Ah, baiklah. Biarkan aku menurunkan suhunya." 

Bella memakan satu buah yang ada di mangkuk tersebut, agar bayang-bayang yang seperti racun untuknya itu menghilang saat itu juga. 

"Hari ini mau jalan-jalan keluar?" ajak Rey. "Aku tidak masalah dengan baju yang kamu pakai. Pakaianmu bagus semua untukmu. Tapi jika ingin baju yang baru, sebanyak apapun akan aku beri, Bella. Dan jika kamu malu harus meminta. Aku akan berikan ATM untukmu. Kamu bebas membelanjakan apa saja." 

"Apa yang tidak bisa kamu berikan untukku?" tanya Bella menengadah untuk menatap Rey. 

"Hm? Apa, ya? Hatiku, mungkin? Bella, pernah mendengar orang yang menikah karena perjodohan, tidak? Menurutmu, mereka berkelahi seperti apa?" tanya Rey sambil menyisirnya. 

"Mereka bahagia dengan pernikahannya. Dan ada juga yang harus berakhir sebelum selesai." 

"Selesai maksudmu apa?" 

"Setelah Tuhan mengambil nyawa salah satu dari mereka," jawabnya dengan suara kecil. 

"Kalau menurutmu, bagaimana dengan pernikahan kita?" tanya Rey hati-hati. 

"Aku berharap semua ini berakhir dengan waktu lima tahun ataupun kurang," kata Bella yang disambut senyuman Rey. 

Entah simpul apa yang Rey berikan kepada Bella. Tapi dirinya seperti terlihat tabah daripada mengejek. 

"Yang terbaik untuk kita, ya. Nah. Selesai." 

"Mau jalan-jalan sebentar keluar?" ajak Bella. 

"Ayo!" jawabnya. 

Mereka pun menapakkan kakinya di pasir pantai. Membuat keduanya tak berhenti membisu. Mungkin perkataan Rey tadi membuat keduanya jadi canggung. Sampai tak ada yang berani memulai. Dan sebalnya, yang memulainya bukanlah mereka. Tapi seorang wanita yang tiba-tiba memeluk Rey dari belakang. 

"Rey!" Wanita itu memeluknya. 

Rey dan Bella terkejut. Tapi Bella bingung juga. Kenapa ada wanita lain di sini. 

"Aku kangen kamu," ucapnya dengan manja. "Siapa dia? Ah, istri yang kamu pungut itu, 'kan?" sambungnya. 

"Apa? Istri pungut? Kamu mengatakan itu kepadanya, Rey? Hah! Istri pungut. Aku yang rela memungut kamu karena memohon-mohon padaku. Dengar, ya! Kalau bukan karena nenekmu, aku tidak sudi menikah dengan bajingan sepertimu!" sentaknya. 

PLAK! 

Wanita itu menampar pipi Bella karena mengatakan yang menurutnya tak pantas. 

"Ama? Apa yang kamu lakukan?!" kata Rey. Lalu membantu Bella berdiri. 

Tapi Bella menghempas tangan Rey. Pipi merah itu ditutupi Bella dengan rambut yang menguntainya. 

"Aku tidak pernah mau kamu! Aku benci kamu, Rey! Sampai kapanpun, aku tidak akan memaafkanmu setelah mengatakan hal gila itu padanya. Kamu! Kamu berhutang budi padaku, bodoh!" 

Setelah mengatakan hal itu, Bella pun pergi dari tempat tersebut. 

"Bella! Tolong dengarkan penjelasanku!" teriaknya. 

"Sayang!" wanita itu menghampiri Rey. 

"Enyahlah, Ama!"