Chereads / Beautiful Mate / Chapter 44 - Infinity Soul

Chapter 44 - Infinity Soul

Keesokan harinya, Avery dan Dom telah bersiap di sebuah meja makan yang memanjang dengan Elena di satu sisinya. Mereka berkumpul untuk sarapan bersama di pagi hari. Walau begitu, Weasley tak tampak di sana.

"Bagaimana istirahat kalian?" tanya Elena ramah.

"Kami dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman ... terima kasih," balas Avery.

"Kau bukan tamu di sini, Sayang, kelak kau pasti akan tinggal di sini juga. Dan jika Weasley tak mengizinkannya, jangan khawatir, aku akan melakukan sesuatu untuk itu," ucap Elena kemudian.

Avery sedikit mengerjap dan membasahi bibirnya dengan gugup. "Mm ... tawaran yang menyenangkan, Nek, tapi ... aku tak dapat memutuskan itu sendiri dan membuat keputusan secara sepihak," ucap Avery ragu.

"Oh, kau benar, maafkan aku, Sayang," ucapnya. Ia menatap Avery dan Dom bergantian.

Avery menatap Elena dengan tatapan menyesal. "Maaf Nek, aku tak bermaksud mengecewakanmu. Aku begitu senang saat mengetahui fakta bahwa aku masih memiliki keluarga. Tetapi, dengan kebiasaanku yang telah hidup dan membaur selama puluhan tahun ini diantara manusia, aku rasa ... tak akan mudah bagiku jika harus tiba-tiba meninggalkan dunia itu begitu saja. Maksudku ... bukan berarti aku tak menyukai Anima ... hanya saja ...." Avery terhenti karena merasa sedikit bimbang untuk menemukan kalimat yang tepat.

"Nenekmu pasti mengerti, Sayang ...," potong Dom karena melihat Avery sedikit kesulitan mengungkapkan maksudnya. Ia kemudian menggenggam jemari Avery di atas meja dan meremasnya dengan lembut.

"Nyonya Alastor, Avery masih baru dalam menerima semua kenyataan dan perubahan yang terjadi di hidupnya. Aku rasa ia masih terkejut dengan semua hal baru yang tiba-tiba saja ia ketahui belum lama ini. Ditambah fakta bahwa ia kini telah berpasangan denganku, mungkin itu sedikit membuatnya bingung, hingga ia belum sepenuhnya dapat terbiasa dengan itu," lanjut Dom mencoba menjelaskan pada Elena.

Elena tersenyum dan mengangguk. "Ya, kau benar ... aku mengerti. Perlahan-lahan aku akan menjelaskan dan menceritakan semuanya padamu, Sayang," ucap Elena pada Avery. "Aku tak akan memaksa ataupun membebanimu dengan hal-hal baru yang sepenuhnya masih asing bagimu," ucapnya lagi penuh pengertian. "Dan kau, panggil aku Nenek, atau Elena saja, Dom," ucapnya kemudian merujuk Dom.

"Omong kosong!" Maltus yang kemudian tiba-tiba hadir dan bergabung dalam ruang makan itu, menghampiri mereka dengan raut serius. Sontak mereka menatap kedatangannya dengan sedikit terkejut.

"Selamat pagi Elena," sapanya pada Elena. Ia kemudian menatap Avery dan Dom. "Aku adalah Maltus Regis, wakil dari pimpinan besar sorcerer, Alastor, yang merupakan kakekmu Avery. Dan aku ... adalah ayah dari Maveric yang kemarin menjemputmu," ucapnya kini pada Avery untuk memperkenalkan diri.

"Selamat pagi Tuan Maltus," sapa Avery. Entah mengapa, ia sedikit bersikap waspada padanya.

"Tidak ... tidak, tak perlu bersikap formal padaku. Panggil aku Paman," balasnya. "Dan Avery, kau telah mengetahui siapa dirimu, bukan? Kau adalah sorcerer sejati. Maka sesuai dengan ketentuan itu, kau seharusnya tinggal di sini untuk peranmu sebagai pewaris Alastor." Maltus mengucapkan apa yang ingin diucapkannya secara terang-terangan.

Avery menatap Maltus dengan raut kebingungan. Belum sempat ia membuka mulutnya, Elena telah mendahuluinya. "Maltus, tolong ... cucuku baru saja bergabung denganku, jangan membuatnya bingung."

"Walau begitu, ia harus tahu bahwa dirinya adalah sorcerer sejati, maka ia harus terlibat dalam tradisi kita dan meneruskan segala sesuatu yang telah ditetapkan, Elena."

"Itu bukan tanggung jawabnya, Maltus," ucap Elena.

Maltus mengerutkan alisnya. "Itu jelas tanggung jawabnya, Elena. Mari kita sama-sama akui, bisa jadi ia mungkin adalah keturunan terakhir dari garismu. 'Infinity Soul' yang kau miliki akan berakhir padanya."

"Apa maksudmu, Paman?" tanya Avery yang tak mengerti arah pembicaraan Maltus.

"Avery, para putri-putri dari garis keturunan Infinity Soul akan membawa kekuatan bersama mereka. Mereka layaknya sorcerer sejati yang akan membawa itu dan meneruskannya pada putri-putri mereka kelak."

"Ta ... tapi, seperti yang Paman tahu, aku bukanlah sorcerer sejati. Ayahku adalah kaum beast, dan darahku adalah darah campuran," ucap Avery.

"Itu semua tak mengubah kenyataan bahwa kau adalah keturunan Infinity Soul. Terlebih, fakta bahwa semua kekuatan yang menyertaimu adalah milikmu sejak lahir dan kau bawa itu ke dalam dirimu, itu tak dapat terbantahkan, Avery. Kau adalah sorcerer sejati dari keturunan spesial Infinity Soul," terang Maltus.

"Lalu, apa maksud Paman dengan begitu aku harus meneruskan dan menjalankan apapun yang ada di sini karena aku mewarisi darah tersebut? Paman, seperti yang telah semua ketahui, aku adalah wanita yang menikah, dan pasanganku adalah Alpha dari kaum beast, menurut Paman, apa aku masih bisa disebut sebagai sorcerer sejati?"

Raut Maltus berubah menjadi lebih serius. "Walau begitu, kau tetap harus menggantikan kakekmu untuk memimpin kaum sorcerer dan melaksanakan peran tersebut menggantikan ibumu yang seharusnya telah berada di posisi itu. Terlebih, mengingat kondisi kakekmu yang saat ini tidak memungkinkan untuk memimpin dengan baik, maka sudah seharusnya kau yang mengemban tugas tersebut, karena kau adalah cucunya. Segera persiapkan dirimu untuk itu."

Avery menggeleng kecil dan tersenyum. "Maaf, Paman, sepertinya itu tidak mungkin. Selain fakta bahwa kakek tak menganggapku, ada alasan lain juga yang lebih penting, yaitu pasanganku. Aku tak mungkin meninggalkan dirinya. Dom adalah pimpinan pack-nya dan para Alpha lain, aku harus mengikutinya. Maafkan aku, Nek," ucap Avery penuh penyesalan sambil menatap Elena.

"Itu bukan kewajibanmu!" ucap Maltus bersikeras. "Pernikahan kalian tak akan dianggap dan berarti jika tak ada upacara ikatan suci yang biasa kaum sorcerer lakukan. Terlebih pria itu belum menandaimu. Dan Avery, apa kau tahu mengapa di Anima pernah terjadi masa berdarah antara kaum beast dan sorcerer? Itu semua tak lain dan tak bukan karena pernikahan campuran. Kau, Avery, bagi kaum sorcerer, belumlah terikat."

"Paman?!" ucap Avery terkejut. Ia kemudian menatap Dom yang sedari tadi diam dalam raut tenang yang tak terbaca.

"Maltus, tolong ... pergilah," ucap Elena tenang.

"Elena, kau tahu benar bukan apa yang seharusnya keluarga Alastor lakukan? Perjanjian dan ikatan Alastor-Regis tak mungkin dapat kau abaikan begitu saja. Sejak Serenity meninggalkan kalian, sudah seharusnya kau lebih memperhatikan itu," ucap Maltus lagi seolah ingin menekankan sesuatu.

"Maltus, tolong! Perjanjian dan takdir adalah dua hal yang berbeda. Cucuku tidak bertanggung jawab ataupun harus memenuhi semua itu. Itu semua telah berakhir jika takdir telah berkehendak." Elena menatap Maltus dengan tatapan sungguh-sungguh.

"Omong kosong! Biarkan Avery dan Maveric memasuki 'Danau Pasangan' dan kita lihat seberapa pantasnya mereka nanti untuk saling mengikat! Lakukan itu jika kau ingin bertindak adil!" teriak Maltus.

"Hentikan, Maltus!" potong Elena.

"Tu ... tunggu, apa maksudnya semua ini?" tanya Avery tak mengerti arah pembicaraan Maltus dan neneknya.

"Avery, kau seharusnya mengikat janji pasangan dan menikah dengan Maveric," jawab Maltus tenang.

"GRAAK!!"

Dom yang mendengar itu, serta-merta bangkit dari duduknya dengan mendorong kursinya hingga terjungkal. Ia menggeram rendah dan menatap tak suka pada Maltus. Avery yang masih terkejut pun, refleks menahan lengan Dom untuk menenangkannya.

____****____