Seolah mulai memasuki mimpi memabukkan dan manis, Avery mulai menggeliat dan mendesah dengan racauan-racauan kecil yang terlontar dari bibir merekahnya ketika Dom menyapukan lidah panasnya dengan kecupan erotis pada seluruh permukaan kulit terbukanya. Dom sedang melahapnya. Meninggalkan jejak kemerahan dari setiap inchi yang bibirnya lalui.
Avery mulai menggapai, meraih segala milik Dom yang mampu ia raih. Sedetik yang lalu ia mencengkeram otot lengan Dom yang liat, lalu detik berikutnya cengkeramannya dapat beralih pada rambut halus Dom. Ia menggeliat dan melengkung sesuai gerakan dan irama Dom yang begitu menggodanya.
Dom tersenyum tipis saat ia dapat mendengar racauan Avery bahkan di dalam pikirannya sendiri. "Jangan terlalu terlena, Sayang ... ini baru pemanasan kecil," bisiknya menggoda. Dom kemudian mengusap sisa lembab dari bibirnya sendiri dan mulai menegakkan tubuhnya dengan setengah duduk yang bertumpu pada kedua lututnya.
Tatapannya yang sudah menggelap, mulai menatap Avery dengan intens. "Sayang ... manjakan aku juga, please ...," desahnya. Ia meraih kedua lengan Avery dan membimbingnya untuk duduk, tepat menghadap ke perkasaannya yang telah menegang sempurna dan kokoh mengeras.
Avery menelan ludahnya ketika memperhatikan posisi kejantanan Dom yang berada tepat di hadapan wajahnya. Ia terkesima dengan pemandangan menggiurkan dan paling erotis ketika batang kejantanan Dom itu mengacung dan berdenyut panas di hadapan kedua matanya sendiri. Begitu vulgar dan sekaligus seksi!
Avery perlahan-lahan menggerakkan jemarinya dan menyentuh ujung lembut benda panas itu dengan hati-hati. "Yummy ...," bisiknya menggoda sebelum akhirnya ia menjilat pucuknya dan mengulum sempurna batang kokoh itu ke dalam mulutnya.
"Ooohhh ... Sayang ... aaahhh!" Seperti mendapatkan rumah terhangat dan nyaman, Dom melenguh dan mendesis sambil mendongakkan kepalanya ketika lidah panas Avery melingkupi seluruh permukaan kulitnya yang berdenyut. Ia mencengkeram lembut rambut halus Avery untuk menyeimbangkan tumpuan lututnya yang seolah mulai tak terasa karena serangan kenikmatan.
Avery-nya tak hanya mengulum, tapi ia juga menghisap dan memainkan lidah lembutnya dengan gerakan menggelitik, menekan, dan menghisap miliknya dengan kekuatan yang tepat. Dom hanya dapat menggeram dan melenguh menikmati segala serangan erotis Avery. Untuk beberapa saat, Dom begitu terlena dengan irama maju-mundur dan pijatan memabukkan Avery. Beberapa menit telah berlalu hingga ....
"Sa ... nnngh ... Sayang, aku tak ingin mengeluarkan ini di dalam mulutmu dan ... nnnngghhh ... aah, Sayang hentikanlah, cukup ...."
Dengan sekuat tenaga Dom menahan hasratnya dengan meraih dagu Avery yang masih melekat dan lembab oleh lelehan salivanya sendiri. Istrinya itu kemudian membuka kedua matanya dan menatapnya dengan tatapan termanis yang mampu membuatnya seolah terkena serangan jantung.
"Oh, Sayangku yang menggemaskan ... biarkan aku yang memuaskanmu malam ini, Sayang ...." Dom tersenyum lembut dan mengusap bibir Avery setelah ia melepaskan kejantanannya dengan polos.
"Tapi ... aku belum selesai ... annngh, Dom," gumam Avery ketika Dom kemudian merebahkannya di atas bantal lembutnya. Dom segera menangkup kedua buah bulatan lembut Avery dengan puncaknya yang telah mengeras sempurna. Ia melahapnya.
"Manis ... dan selalu lezat, sungguh ... aroma dan segala milikmu membuatku menggila, Sayang ... mmmhh, sangat lembut dan menggemaskan," geramnya dengan suara parau. Ia masih saja menjilati dan menghisap kedua bukit kembar istrinya dengan lahap dan liar sambil meracau. Bahkan puncak kecil keduanya sesekali ia gigiti karena gemas.
"Aaanghh ... mmmh, Dooomm ...." Rintihan dan racauan kecil dari bibir Avery semakin meningkatkan libido Dom. Setelah puas bermain dengan kedua payudara padat, sintal, dan menantang itu, kini ciuman dan cumbuan Dom beralih menelusuri kulit perut Avery hingga ... ia terhenti pada inti panas erostis milik wanitanya itu.
Seolah seperti terhipnotis oleh aroma manis dan pemandangan paling seksi di hadapannya, Dom sejenak membeku. Berapa kali pun ia telah melihat serta mencicipi rasa mahkota Avery, ia masih merasa belum cukup. Ia masih merasa takjub, merasa terkesima, bagaimana inti indah itu mampu membuatnya kecanduan dan terbang disaat bersamaan ketika ia menyatu dan meledak nantinya, membuatnya berlipat-lipat lebih bergairah.
"Jalan masuk seksi ini yang akan mengirimkan seluruh benihku ke dalamnya ... hmmm ... selalu indah, menggiurkan, dan ... mmmh ... milikmu ini begitu mengagumkan, Sayang," gumamnya sembari membelai inti Avery dengan jemarinya dan menyibaknya dengan lembut.
"Mmmhhhnggh ... manis, lembut ... mmmmh," racau Dom ketika pada akhirnya ia tak tahan untuk tak mencecap lembut madu meleleh Avery yang begitu manis dan memabukkan itu. Dom bergerak liar, lihai, dan memainkan lidahnya pada titik-titik yang tepat.
Ia tak hentinya menghisap dan menelan cairan cinta yang hangat yang Avery lelehkan akibat aksinya selama permainannya berlangsung. Untuk beberapa menit, Dom memanjakan inti Avery dengan begitu teliti, sabar, sampai pada irama yang menggila. Hingga pada suatu titik ....
"Aaahhh ... ooooh, D ... Dommm ... aaaannnghhh! Aku ingin k ... keluaaarrhhhhh!!"
Avery melengkung, menggeliat, mencengkeram rambut Dom dengan hebat dan meracau ketika desakan-desakan lidah Dom dan tekanan erotis yang memicu titiknya itu kemudian berhasil membuatnya meledak dan klimaks!
Dom membawanya terbang ke angan-angan tertinggi hingga melepaskan ledakan gairah yang begitu menenangkan. Ia meleleh dan lunglai lemas akibat pelepasan menakjubkan secara bersamaan.
Dom masih saja menghisap dan menelan seluruh cairan inti miliknya yang sarat akan kenikmatan dengan suara yang berdecap erotis. Dan dengan cara yang erotis pula, Dom kemudian melepaskan wajahnya yang sebelumnya terbenam dalam celah kenikmatan Avery. Ia muncul diantara pangkal paha Avery dan tersenyum penuh kepuasan.
"Manis ...," gumamnya sambil menjulurkan lidahnya dan menjilat sisa-sisa madu Avery di sekitar bibirnya.
Avery yang masih terkulai, menatap nanar Dom yang terlihat super seksi ketika ia menjilati sisa miliknya. Ia berdebar, malu, dan sekaligus kembali terangsang! Intinya kembali berdenyut dan meleleh menyaksikan pria erotis itu menikmati lelehan madu miliknya!
"God ... you are so hot, Honey," desah Avery tanpa sadar.
Dom sejenak mematung, tetapi kemudian mengerjap dan menelan ludahnya. Ia serta-merta mengangkat pinggul Avery dengan kedua tangannya yang bertelapak panas. "Ooh ... hentikan menatapku dengan ekspresi seperti itu ... Sayang," gumamnya seolah tak berdaya.
Andai Avery tahu, bahwa ketika ia mengatakan pujian padanya, seketika itu juga ia seolah terasa meleleh. Bagaimana ekspresi seksi dan kacau milik Avery berhasil membangkitkan gairahnya, ia merasa seolah ingin meledak saat itu juga.
"Oh! Ini salahmu, Sayang ... uurgh, aku sudah tak dapat menahannya lagi!!"
"Sluupp!!"
Dom segera melesakkan kejantanan kokohnya dengan sekali sentakan dan membuat Avery terkesiap karena desakan kuat dan benda besar itu mendadak membuat intinya terasa sesak!
"Oh!!" Avery terkesima ketika bagaimana batang kokoh itu mendesaknya dengan kuat dan menyentaknya hingga membentur ujung dinding rahimnya. Nikmat!
Dom mencengkeram erat pinggul Avery yang melengkung. "Terima ini Sayang ... karena kau membuatku mulai menggila!" Sentakan demi sentakan Dom lesakkan. Dan setiap sodokannya membentur mengenai dinding rahim hangat Avery, istrinya itu mulai mendesah! Meracau! Menggila! Ia tahu, dirinya dan Avery kini sama-sama sedang menikmati candu panas mereka dan bercinta dengan sepenuh hati hingga nanti melayang bersama.
____****____