Di lain tempat, Dom sedang memejamkan matanya dan bersandar pada kursi pengemudi untuk menghabiskan malam dalam perjalanan rombongan mereka.
Ia dan rombongannya berhenti pada suatu hutan untuk bermalam. Dom dengan empat buah mobil tangguh untuk cuaca ekstrem yang membawa anggotanya dalam misi rahasianya itu, kini memutuskan beristirahat karena hari telah menjelang malam.
"Apa kau ingin menelepon Avery? Penguat sinyal telah kembali stabil, kurasa kau dapat menghubunginya dengan lebih jelas sekarang," ucap Jill yang kemudian masuk dan duduk di kursi penumpang disebelah Dom.
Dom kemudian membuka kedua matanya dan tersenyum menatap Jill. "Menurutmu apa yang sedang kulakukan dari tadi? Aku sedang berkomunikasi dengan Avery."
"Benarkah? Kalian dapat berkomunikasi dengan jarak yang begini jauh?" ucapnya terkejut.
"Percayalah, akupun masih sama terkejutnya dengan dirimu. Mungkin, walau kami terpisah jarak yang begitu jauh dan sama-sama berada di ujung dunia pun, kurasa Avery dan aku masih dapat saling berkomunikasi melalui telepati dan batin kami," jelas Dom.
"Luar biasa, kaum sorcerer memang sungguh menakjubkan," gumam Jill.
"Ingat, ia bukanlah seorang sorcerer biasa. Pasanganku merupakan pemilik garis keturunan Infinity Soul. Banyak hal yang dapat ia lampaui dari sekadar menjadi penyihir biasa, Jill."
"Wow," gumam Jill lagi dengan wajah datarnya. "Aku mengakui Avery memang luar biasa, tapi bisakah kau katakan sedikit saja alasanmu mengerahkan rombongan ke suatu tempat tanpa mengatakan apapun? Sebenarnya ada apa, Dom? Kita akan kemana dan apa yang akan kita lakukan?" Jill menatap Dom dengan raut serius karena ia tak mengatakan sedikit pun alasannya membawa mereka sejak kemarin meminta rombongan inti pack untuk datang.
"Untuk saat ini aku pun sedang menanti arah tujuan pasti kita. Bersabarlah, karena setelah petunjuk baru ditemukan, saat itu juga kita akan menuju ke suatu tempat untuk melakukan misi rahasia."
"Kau selalu mengatakan rahasia. Apa kau sengaja ingin bermain misteri atau apa? Katakanlah saja agar kami tidak kebingungan mengikuti pimpinan kami," ucap Jill lagi.
Dom tersenyum ringan menatap Jill. "Kau menanyakanku hal yang juga belum kuketahui pasti. Tenanglah Sobat, ini bukanlah suatu hal yang berbahaya. Ini adalah hal penting bagiku dan Avery. Yang bisa kukatakan saat ini adalah, aku akan mencari harta yang berharga. Dan ya, ini adalah misi rahasia yang tak semua tahu. Apa kau cukup pias dengan jawabanku ini?" jelas Dom.
Jill yang masih tak mengerti, masih memasang wajah bingung dan tampak sedang berpikir keras.
"Sudahlah, beristirahatlah saja karena kita akan melanjutkan perjalanan lagi besok."
"Oke, setidaknya katakan, kita akan kemana?" tanya Jill.
"Kemungkinan ke arah utara, arah Gunung Kristal berada." Dom menjawab Jill dengan raut tenang.
Jill seketika membelalakkan kedua bola matanya. "Apa kau sudah tak waras, DOM?!! Kau tahu benar, apa yang akan menanti kita di sana!" ucapnya setengah berteriak.
Dengan segera, Jill meraih ponsel di dalam sakunya dan memeriksa sinyal dari kotak kecil penangkap sinyal dan menghubungi satu-satunya orang yang menurutnya tepat dalam situasi yang membuatnya terkejut itu.
"Halo, Leah?!" sapanya setelah panggilannya tersambung.
Dom menggeleng geli. "Percuma, Leah sudah mengetahui itu," gumam Dom santai.
***
Kediaman Alastor ....
"Halo, Jill?" sapa Leah yang baru saja tersambung telepon dari Jill di ponselnya.
"Kau sudah tahu bukan?" todong Jill.
Leah menge!buskan napasnya sejenak. "Ya, Jill," jawab Leah. Ia menjawab panggilan Jill sambil menatap Avery yang sedang ada di sebelahnya.
"Tapi Leah! Ini adalah Gunung Kristal! Apa kau serius akan membiarkan Dom? Apakah Avery atau ...."
"Jill! Tenanglah ... dengarkanlah perlahan apa yang akan Avery katakan," ucap Leah kemudian.
Avery mengangguk saat Leah memberinya ponselnya. Ia menerima ponsel Leah dengan tenang dan mengambil alih panggilan tersebut. "Hai, Tuan Beta," sapa Avery.
"Avery?! My Lady, Maa'm, maksudku ... Nyonya," balas Jill bingung dan gugup seketika.
Avery sedikit tersenyum. "Tak perlu gugup Jill, aku masih Avery yang kau ketahui. Jaga priaku dengan baik ya, karena ia sangat berharga bagiku." jawabnya.
"Ta ... tapi, Avery ...."
"Jill ... tenanglah, aku akan segera menyusul kalian setelah mendapat penglihatan utuh yang jelas dan pasti, serta menanti kemampuanku terkumpul," potong Avery.
"Tentu, Sayang, jangan hiraukan kepanikan Jill," Dom tiba-tiba bersuara dan sudah mengambil alih panggilan Jill.
"Apakah bagimu masih belum cukup setelah mendengar suaraku di dalam pikiranmu tadi?" balas Avery sambil tersenyum.
"Tentu tidak, aku ingin melihatmu. Bisakah kita melakukan panggilan video sekarang juga?" tanyanya.
"Tidak, itu akan menjadikan alasan bagimu untuk segera kembali kemari dan melupakan misi kita," balas Avery.
"Ouch! Kau sungguh kejam. Suamimu sedang merindukanmu dan kau malah menolakku?" Dom menggerutu seolah kecewa.
Avery tertawa geli. "Ya, kurasa itulah yang terbaik. Beristirahatlah Dom, dan ... jangan terlalu lama menatap foto-fotoku please, karena aku tahu apa yang kau pikirkan dan inginkan setelahnya. Itu akan sangat mengganggu fokusmu, Sayang," goda Avery.
Terdengar suara gelak tawa Dom di seberang sana. "Kau benar! Aku mengerti Sayang, selamat malam. Aku mencintaimu."
"Aku mencintaimu juga," balas Avery. Setelahnya mereka segera mengakhiri panggilan itu.
"Begitu saja? Kurasa kalian adalah pasangan yang aneh," gumam Leah setelah melihat Avery memutuskan sambungan telepon.
"Apa maksudmu?" tanya Avery sambil menyerahkan ponsel tersebut kembali kepada pemiliknya. Ia kemudian berbalik dan naik ke atas ranjangnya.
"Kalian jelas sama-sama tahu bahaya apa yang akan menanti Dom di sana, tapi kalian dapat bersikap tenang seolah itu adalah hal kecil," jelasnya.
"Aku mengerti maksudmu. Lihatlah, di sini akupun sedang berusaha, Leah." Avery mengangkat sebuah buku tebal dan memperlihatkan pada Leah untuk mempertegas maksudnya.
"Aku tahu. Tapi ia akan menghadapi Naga Kristal di sana. Kau tahu, jenis naga yang mampu membekukanmu dan menjadikanmu kristal dengan kemampuannya. Avery, naga itu sangat berbahaya."
Avery yang sebelumnya membaca bukunya dengan raut serius, kini ia berpaling menatap Leah. "Tidak akan berbahaya jika kita berhasil mendapatkan cara untuk berteman dengannya," balas Avery.
"Berteman?" tanya Leah seolah tak percaya.
"Ya, seperti kalian yang dapat berteman dengan Warick. Bukankah ia juga seekor naga yang menjaga gunung dan vila keluarga Dom? Ia berteman dengan kalian, bukan?" tebak Avery.
Leah yang sempat menganga sekejap, langsung tergelak geli. Ia tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. "Oh, lucunya kau! Kami tidak 'berteman' dengan naga, Avery. Kami, 'menguasainya' dan mengendalikannya. Well, secara teknis naga adalah salah satu makhluk sihir, seperti unicorn, ataupun pegasus yang dapat dikategorikan layaknya pendamping kaum Anima. Setidaknya itu beberapa contoh makhluk sihir yang memiliki kemampuan spesial yang tak semua mampu menanganinya. Untuk kasus Warick, ia adalah naga yang patuh kepada Alpha dan hanya menuruti kemauan Alpha. Ia adalah naga penjaga yang telah turun temurun tunduk pada pack bagian selatan. Yaitu pack dibawah kekuasaan keluarga wolf Aiken. Warick adalah naga yang mengabdi kepada keluarga Aiken."
"Oh, benarkah. Oke ... aku mengerti. Aku belum sempat melihat Warick. Mungkin aku akan mengunjunginya setelah kembali lagi ke sana."
"Ya, lakukanlah," jawab Leah santai. Ia kemudian sedikit terkejut ketika mendengar ponsel Avery berdering. Di layarnya tampak tertera sebuah nama yang membuatnya sedikit gugup.
"Ini Dad!" ucapnya spontan.
"Angkatlah, Paman Lucius mungkin hanya ingin melihatmu," komentar Leah.
"Hai, Dad," sapa Avery setelah menerima panggilan video itu.
"Oh, putriku cantik! Bagaimana keadaanmu? Aku sudah tak sabar untuk menimang cucuku! Haha!" Lucius dengan suara menggelegarnya cukup mengagetkan Avery dengan ucapannya.
"Cu ... cucu?!" Avery seketika menjadi gagap.
"Oh, jangan malu-malu, Sayang. Aku sudah mengetahuinya dari Dom. Ia akhirnya telah menandaimu seutuhnya, bukan?!" Dorothy yang kemudian mengambil alih ponsel Lucius, menampakkan wajah cerahnya dengan berbinar.
"Oh, ya ampun," gumam Avery merona. Sedangkan Leah hanya terkikik geli memperhatikan ekspresi Avery karena menerima panggilan telepon dari kedua orangtua Dom itu.
____****____