Chereads / Beautiful Mate / Chapter 51 - Misi Rahasia

Chapter 51 - Misi Rahasia

"Ada yang lucu?" tanya Jill ketika ia sedikit terkejut karena Dom tergelak begitu saja tanpa alasan saat mereka akan beristirahat di dalam mobil.

"Ya, Luna-ku sedang mengomel dengan cara menggemaskan dan lucu! Ia melakukannya sebelum akhirnya terlelap tadi," balasnya sambil tertawa geli.

Jill memutar kedua bola matanya. "Ya, aku mengerti. Kalian seperti seolah memiliki komunikasi melalui ponsel yang tak ada habisnya," ucapnya.

"Benar, sewaktu-waktu kami dapat melakukan komunikasi setiap saat kami menginginkannya. Walau begitu, aku pun sebenarnya masih tak dapat benar-benar mempercayai ikatan kami ini," lanjut Dom sambil tersenyum.

"Wah, kau benar-benar telah dibutakan oleh Luna-mu ya. Kau tak menyangka pasanganmu adalah Luna seperti Avery, atau apa? Kulihat kau begitu tenang untuk seorang alpha kebanyakan. Kau bahkan tak pernah sekali pun bersama wanita sebelum bersama Avery. Jujur saja, aku sempat mengira jika kau mungkin membenci mereka atau semacamnya. Bahkan ketiga kembar itu kau tempatkan di mansion, kukira mereka akan menemani malammu ketika ...."

Jill mengerjap dan berdehem ketika Dom hanya menatapnya dengan diam. "Oh ayolah ... aku tak bermaksud apapun. Sebagai pria normal mana pun pasti ada kalanya saat kau ingin melepaskan hasrat atau semacamnya, bukan?!" elaknya dengan gugup karena tatapan Dom yang terasa seolah memberinya peringatan.

"Ck ... ck ... ck ... kau kira hasratku hanya sekadar pelampiasan gairah? Carilah pasangan sejatimu sendiri. Aku tak akan berkomentar tentang kehidupan pribadimu dan jika kau sampai bertekuk lutut pada satu wanita, saat itulah aku akan bersorak paling kencang." Dom membalas ucapan Jill dengan memicingkan kedua matanya.

"Apa? Kenapa? Kau seolah menganggapku sebagai seorang pria berengsek. Aku tahu feromonku tak terlalu kuat seperti milikmu, tetapi aku juga masih memiliki hasrat."

"Oh, Man ... hentikan. Aku merasa konyol berbicara padamu tentang ini. Sudahlah, beristirahatlah. Selamat bermimpi tentang kekasih-kekasihmu di dunia manusia. Semoga mereka menghantuimu dalam mimpi burukmu," ucap Dom.

Jill membelalakkan kedua matanya. "Apa kau mengetahuinya?" ucapnya terkejut.

"Ya, sudah lama aku mengetahui bahwa beta dalam pack-ku adalah pria pendiam yang memiliki banyak wanita. Aku hanya heran, apa yang mereka lihat darimu. Hmm ... andai mereka tahu kau tak sependiam ini. Berhentilah membuat para wanita patah hati atau kau akan terkena masalah," lanjutnya.

"Aku selalu memperlakukan wanita dengan baik, begitu juga saat mengakhirinya," aku Jill.

Dom hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Beruntung kau kompeten dan dapat fokus dalam segala hal termasuk pekerjaanmu di perusahaan. Jika tidak, aku mungkin sudah menendangmu!"

***

"Bagus, Nona!" Ramus berseru ketika Avery berhasil mempraktekkan lagi beberapa mantra saat ia berlatih dengannya.

"Tak salah memang jika kau adalah keturunan Infinity. Kau sudah menguasai hampir semua kemampuan sorcerer bahkan tanpa perlu berlatih dan bekerja keras," ucap Maveric yang bertepuk tangan kecil saat menghampiri Avery yang sedang berlatih bersama Ramus.

"Selamat pagi, Avery," sapa Maveric lagi. Avery hanya mengangguk singkat sebagai balasannya. Ia tak begitu bersimpati dengan Maveric mengingat bagaimana perlakuan pria itu padanya dan Dom tempo lalu.

"Ayolah, apa kau akan mengabaikanku, Putri?" ucapnya kembali tersenyum.

"Aku bukan seorang putri," ucap Avery.

"Bagiku kau seorang putri. Maafkan perlakuanku padamu tempo lalu," ucapnya kemudian.

"Jangan mengganggunya Maveric, kita harus masuk," ucap Maltus yang kemudian ikut bergabung. "Kulihat kau telah menguasai banyak mantra," ucapnya pada Avery.

"Ya, itu benar," jawab Avery.

Maltus tersenyum singkat penuh arti. "Sudahkah kau berkatih sihir malam?" tanyanya kemudian.

"Belum, Tuan. Tetapi aku yakin Nona Avery akan segera menguasainya. Ia harus melalui tahapan sihir air dan lainnya," jawab Ramus.

Wakau Avery sedikit tak menyukai sikap Maltus yang seolah ingin tahu tentangnya, tapi ia tak mempermasalahkan itu lebih lanjut. Ia hanya sedikit mengerutkan alisnya.

"Baiklah, aku akan senang dan menantikan saat kau telah menguasai itu. Beri tahu padaku Ramus, dan selamat melanjutkan latihanmu. Aku harus menemui kakekmu." Maltus tersenyum singkat dan mengangguk. "Ayo Maveric, jangan mengganggu calonmu," ucapnya lagi.

Avery mengembuskan napasnya dengan kesal. "Apa maksud Paman?" ucapnya.

"Tak ada, kami hanya akan membiarkanmu berlatih. Aku akan menemuimu saat kau sedang beristirahat nanti, Putri," ucap Maveric menimpali Avery. Ia tersenyum ramah pada Avery.

"Aku bukan putri!" protes Avery.

"Baiklah, My lady Avery," ucapnya kemudian.

"Terserahlah, hentikan membuatku kesal. Aku masih belum memaafkan perbuatanmu tempo lalu."

"Rupanya kau masih mengingat-ingat ity. Maafkan kelakuanku padamu. Sebagai seorang pria aku mengakui perbuatanku mungkin telah membuatmu kesal. Untuk kedepaannya, aku akan menuruti dan bertindak sesuai yang kau kehendaki ketika di sampingmu. Saat itu, aku pasti akan sangat senang melakukan apapun keinginanmu, My Lady," ucapnya.

"Oh Ya Tuhan ... aku bahkan tak mengerti apa yang kau katakan. Aku bukan Lady dan ...."

"Aku mengerti ... aku mengerti. Baiklah, kalau begitu aku hanya akan memanggilmu Avery. Sampai bertemu lagi nanti," potong Maveric. Ia sekilas mendekati Avery dan mengulurkan sebuket bunga yang tiba-tiba keluar dari sihirnya dan meletakkannya di atas telapak tangan Avery. Setelahnya, Maveric berjalan mengikuti ayahnya.

Avery yang tak mengerti maksud ayah dan anak itu hanya dapat menahan sebal. Ia bahkan tak tahu bahwa Maltus diam-diam telah memulai menjalankan misi rahasia yang telah ia rencanakan matang-matang.

"Wow penggemarmu?" gumam Leah yang muncul secara tiba-tiba di belakang Avery dan mengejutkannya.

"Kau mengagetkanku," ucap Avery sedikit terlonjak.

"Hm, kau sedang kesal rupanya. Siapa kedua orang itu?" tanyanya.

"Sepasang ayah dan anak, wakil dari kakekku," jawab Avery.

"Aku mencium bau-bau kelicikan dari mereka," gumam Leah.

"Percayalah, akupun merasakan hal yang sama, terutama ketika mereka membuatku merasa kesal," timpal Avery.

"Kesal karena apa?" tanya Leah.

"Karena Paman Maltus, ayah dari Maveric berusaha menjodohkanku dengan putranya."

"Tak mungkin! Benarkah itu? Wow!" Leah membulatkan kedua matanya dan refleks sedikit berseru karena terkejut.

____****____