"Apa yang ingin kau ketahui, Avery?" tanya Dominic.
Avery menatap Dominic dengan sedikit gugup. Ia sendiri tiba-tiba merasa memanas saat memandang mata teduh yang berubah menjadi keemasan itu.
Mengapa ia begitu tampan? Bagaimana bisa seorang pria dapat terlihat begitu menarik? Aku ingin menyentuh rambutnya yang tampak begitu halus. Batin Avery. Ia tanpa sadar memperhatikan Damian lekat-lekat.
"Mengapa aku di sini?" tanyanya kemudian, lebih mirip seperti gumaman.
Dominic tersenyum tipis. Ia merasa sedikit geli dengan pertanyaan yang diucapkan Avery, karena itu tak berhubungan sama sekali dengan apa yang diucapkan hatinya beberapa detik yang lalu ketika gadis itu memujinya dalam hati.
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya tentang itu? Mengapa kau ada di dunia kami? Mengapa kau ada di Anima, Avery?" tanya Dom lembut.
"Aku?" tanya Avery. "Kau menanyakan itu? Sudah jelas aku hanya ingin mendapatkan pekerjaan di sana dan ... hik! Oh, ya Tuhan ...." Avery menutup mulutnya dengan spontan saat ia cegukan.
"Oh, ya ampun ... kau tak kuat minum rupanya? Apa yang kau rasakan? Apa kau merasa pusing atau apa?" tanya Dominic.
Avery mendesah kecil. "Bisakah kau hentikan itu?" tanya Avery.
"Hentikan apa?" Dominic balik bertanya.
"Menatapku seolah ingin membacaku atau semacamnya. Sejujurnya, aku masih tidak percaya mengapa aku bisa diterima dan bekerja di sana. Hik ... ini, hah? Apa yang sedang aku lakukan di sini?! Hik!!" Avery tampak mulai linglung dan mengoceh. Ia bahkan sudah menopang dagunya dengan salah satu tangannya.
Dominic menghembuskan napasnya. Ia tahu bahwa saat ini Avery sedang tidak sepenuhnya sadar. "Kau ingin kembali? Kau merasa tak enak? Walau ini hanya segelas wine biasa, jika kau memang tak toleran terhadap alkohol, kau akan tetap merasakan efek yang lumayan kuat," terang Dominic.
"Tunggu ... hik! Apa kau memberi sesuatu pada minumanku?" tanya Avery.
"Tentu saja tidak," jawab Dominic. "Oh, please ... sekarang aku bahkan tak tahu apa yang sebenarnya ingin kau katakan padaku," ucapnya sambil menggeleng geli.
"Ah ... ya ... ya ...," gumam Avery. Ia seolah teringat kembali apa yang seharusnya ia tanyakan pada Dominic. "Aku ingin bertanya mengapa kau menerimaku di Anima? Dan ... hik! Mengapa kau membuatku tinggal di sini? Benarkah ini tempat tinggal pribadimu? Bukan fasilitas untuk karyawan kantor, benar?" tanya Avery. Ia sesekali menutup mulutnya saat dirasa akan cegukan lagi.
"Benar, Avery," jawab Dominic tanpa ragu. Ia mengamati tingkah gadis di hadapannya dengan ketertarikan baru. "Aku menerimamu, karena aku menyukai karyamu. Kau begitu berbakat dan yang kau butuhkan hanyalah kesempatan langka yang bagus."
"Jadi kau memberikan kesempatan itu padaku?" tanya Avery lagi. Ia menatap Dominic dengan matanya yang mulai sedikit sayu.
Dominic menatap Avery lekat-lekat. "Entahlah ... kurasa mungkin kau sendiri yang menciptakan kesempatan itu, Avery," balas Dominic. "Kau tiba-tiba muncul di hadapanku tanpa peringatan apapun. Gadis manusia mungil yang dapat menembus barier pertahanan Anima tanpa terluka sedikit pun. Siapa kau sebenarnya, Avery?" tanya Dominic.
Ada jeda sejenak setelah Dominic bertanya dengan serius. Kemudian, tanpa diduga-duga Avery tersenyum dan sedikit terkikik. "Apakah ini cara terbaru pria untuk memperdaya seorang wanita, Tuan?" ucapnya seolah geli. "Apa yang kau bicarakan?" tanya Avery geli. Ia kemudian mulai menyibak rambutnya dengan gelisah.
Avery kemudian mengerutkan alisnya saat melihat Dominic hanya mematung dan menatapnya tajam. Ia menatap lurus tepat di kedua bola mata Avery. Beberapa detik kemudian, Avery membalas tatapan Dom yang begitu dalam. Ia seolah seperti sedang terhipnotis oleh pesona bola mata Dom yang berubah mengilat menjadi keemasan.
"Avery," panggil Dom kemudian dengan suara yang berat dan selembut beledu. "Berdiri ... dan kembalilah ke kamarmu ...," perintahnya dengan suara beratnya.
Ya! Dominic sekarang sedang berusaha mempengaruhi pikiran Avery dengan mencoba menghipnotisnya. Ia adalah salah satu werewolf yang memiliki kemampuan seperti itu.
Ada jeda beberapa saat setelah Dominic mulai menyugesti Avery agar menuruti kata-katanya. Dan saat gadis itu membeku sambil menatap mata keemasannya, Dominic mulai menyunggingkan senyumnya. Ia merasa telah berhasil menguasai Avery sampai kemudian ....
"NO," jawab Avery tegas.
Dominic sedikit tersentak dan mengerjap. Ia begitu terkejut karena Avery bahkan tak terpengaruh oleh kekuatan mengendalikan pikiran dan hipnotisnya!? Bagaimana bisa gadis itu tak terpengaruh sedikit pun oleh kekuatan Alpha sepertinya?!
"A ... apa?" tanya Dominic sedikit tergagap. Ia menelan ludahnya dan menganga heran. Ia masih tak percaya bahwa dirinya telah gagal menghipnotis Avery!
"Aku bilang, NO!" tegas Avery terlihat sedikit kesal. "Uuukkh ... bagaimana bisa kau menyuruhku pergi?! Kau tak sopan! Kau mengusir teman makan malammu yang bahkan belum kau beri makan?!" sungutnya. Avery yang sudah hampir sepenuhnya dikuasai alkohol kini memasang wajah cemberut di hadapan Dominic. "Aku lapar Dom! Aku sangaaat ... kelaparan!" ucapnya meracau dan merengek seperti anak kecil. Avery bahkan berucap santai pada Dominic karena sedang mabuk.
Demi apapun juga, Dominic seketika itu tergelak dan tertawa terbahak-bahak. Ia merasa takjub sekaligus heran dengan aksi sosok gadis yang terlihat lebih mungil darinya itu! Bisa-bisanya gadis itu merengek padanya karena merasa kelaparan?! Itu adalah sesuatu hal yang tak pernah Dominic duga sebelumnya.
"Oh My! Haha ... kau memang benar-benar sesuatu, Avery!" gumamnya geli dan takjub.
Benar! Avery adalah gadis yang luar biasa. Bukan hanya ia tak terpengaruh oleh kekuatannya, tapi ia sekarang bahkan terang-terangan mengungkapkan pikirannya. Ya, walau itu karena ia sedang tak sadar akibat pengaruh alkohol, tapi menurut Dom Avery memang benar-benar 'sesuatu'.
"Baiklah ... aku akan menyiapkan makan malam kita, Nona," ucapnya lagi. Ia masih sedikit tertawa geli sebelum akhirnya beranjak dari kursinya dan menuju troli yang berisi hidangan makan malam mereka yang telah John persiapkan sebelumnya.
Dominic sudah berbalik dengan mendorong troli yang tak jauh darinya ketika dilihatnya sebuah pemandangan yang membuatnya membeku.
"Avery, No!" ucapnya seketika panik saat dilihatnya Avery sedang menenggak wine dari botolnya langsung. "Oh, ya Tuhan! Hentikan!" Dominic dengan sigap merebut botol itu dari tangan Avery.
"Aargh ... Hik!! Berikan Dom!" perintah Avery. Ia mengerutkan alisnya dan memasang wajah cemberut. "Berikan padaku ... aku haus! Berikaaan Doom," ucapnya sambil merengek.
"Bagus! Kau sekarang sepenuhnya mabuk! Apa kau sudah tak waras, Avery?! Kau sudah meminum ini bagaikan minum air mineral?! Itu tak akan baik untuk tubuhmu yang ...."
"Heeei!!! Sssh ...sssh!! Diamlah, kau sungguh berisik!" balas Avery memotong ucapan Dominic. Ia sudah sepenuhnya mabuk dan linglung. Ia kemudian berusaha berdiri dengan badan yang sempoyongan.
"Dom ... bawa aku ke ...."
"BRUGH!"
Belum sempat Avery meneruskan ucapannya, ia sudah ambruk ke dalam pelukan Dominic yang telah sigap menangkapnya.
"Hiik! Tangkapan yang bagus, Tampan," ucap Avery terkekeh sambil sesekali diiringi oleh cegukannya.
"Ya, tangkapan yang bagus ...," gumam Dom sambil membopong Avery ke dalam gedongannya. Ia sedikit menggeleng saat menatap wajah merah Avery yang sedang tersenyum sambil memejamkan matanya.
____****____