Chereads / Beautiful Mate / Chapter 11 - Bertemu Serigala Besar

Chapter 11 - Bertemu Serigala Besar

Dari balik semak-semak perbatasan hutan dan jalan setapak, terlihat sesosok makhluk yang membuat jantung Avery seolah berhenti berdetak. Ia mematung saat di hadapannya perlahan muncul seekor serigala berbulu cokelat kehitaman dan bermata emas di sana. Ya, itu memang seekor SERIGALA.

Avery menatap lurus pada mata serigala yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri itu. Ia menelan ludahnya dengan susah payah. Ia dapat merasakan lututnya yang mulai bergetar karena ketakutan. Rasa panik yang melandanya, seketika menyerangnya saat ia melihat serigala itu mulai melenggang perlahan untuk mendekatinya.

"Oh tidak, ja ... jangan mendekat," lirihnya bergetar.

Ia semakin panik karena jarak serigala itu yang semakin dekat. Ia seolah ingin menangis saat membayangkan jika serigala liar itu kemudian mengoyak dan memakannya di tempat.

Avery bergetar dan masih membeku di tempatnya. Ia berdoa dalam hati. Ia memejamkan matanya karena begitu takut. Walau begitu, ia tak ingin pasrah begitu saja. Perlahan-lahan ia paksa kakinya untuk bergerak. Ia mundur perlahan-lahan dengan gemetar. Ia bersiap untuk melarikan diri dengan mengambil ancang-ancang untuk berlari.

Tak ingin menunggu terlalu lama lagi, Avery kemudian mulai berbalik dan berlari secepat mungkin semampunya untuk pergi dari serigala itu. Ia hanya berlari dan berlari sekuat tenaga.

"Pergilah!! Tolong!" teriaknya saat ia menengok ke belakang dan mendapati serigala itu mengejarnya!

Jantung Avery berdetak kencang, dan napasnya mulai tersengal-sengal. "Please ... jangan mengejarku!!" teriaknya panik.

Avery yang berlari tak tentu arah, kemudian terhuyung ketika ia terantuk batu. "Aaakkkh!!" pekiknya ketika ia merasakan tubuhnya mulai terpental dan sedetik kemudian ia terjerembab diantara tumpukan daun kering dengan memejamkan matanya.

Avery mengatur napasnya yang masih tak berpacu. Ia merintih ketika kakinya yang terantuk tadi terasa sakit. Sesaat setelah ia menyadari posisinya, ia tersentak karena ia tak merasakan sakit yang seharusnya ia rasakan saat ....

"Aaakkkh!!!" Avery terpekik ketika ia mendapati serigala yang mengejarnya tadi ternyata berada tepat di bawahnya seolah sedang menopangnya agar tidak membentur batang pohon. Ia menahan tubuh Avery yang seharusnya menabrak pohon di belakangnya dengan tubuhnya sendiri.

"Ba ... bagaimana kau bisa ... akkh!," rintihnya lagi ketika ia hendak berdiri. Kakinya terkilir dan ia tak dapat beranjak dari sana. Serigala itu kemudian bangkit dan perlahan mendekati Avery yang ketakutan. Ia ternyata begitu besar. Dan maksudnya memang benar-benar BESAR terlebih ketika ia menjulang di atas Avery. Ia seperti anjing Newfoundland yang berukuran gigantik.

"Oh My God ... k ... kau sungguh besar," gumamnya takjub. Ia menganga sekaligus terpesona dengan ukuran serigala berbulu lebat itu.

Serigala itu kemudian mengaung kecil dengan menggerakkan kepalanya. Ia tak menunjukkan wajah garang ataupun taringnya pada Avery. Ia kemudian menekuk kedua lututnya dan mendekatkan wajahnya pada Avery. Avery yang ketakutan, hanya dapat memejamkan matanya dengan napas tertahan.

Tanpa diduga-duga, serigala itu kemudian membenamkan kepalanya pada leher Avery dan mengusap-usapkan bulu-bulu rambut halusnya pada wajah Avery. Avery yang terkejut refleks membuka matanya.

"K ... kau tak ingin menyerangku, bukan?" ucapnya perlahan. Seolah mengerti, serigala itu menggerakkan kepalanya seperti mengangguk sekali. Avery menelan ludahnya dan memberanikan diri untuk mengangkat tangannya. Ia mengarahkan telapak tangannya pada wajah serigala itu dan perlahan meletakkan jemarinya ke dalam bulu lembutnya untuk beberapa saat. Dan ketika Avery membelainya perlahan, serigala itu kembali melenguh kecil seolah menikmati belaiannya.

"Kau sungguh lembut dan manis," gumamnya takjub. Ia merasa serigala itu seperti anjing raksasa jinak yang menggemaskan. "Apa kau tadi bermaksud menolongku?" tanyanya lagi.

Serigala yang sebelumnya memejamkan matanya itu kembali membuka mata. Ia lalu menjilat-jilat telapak tangan Avery. "Akh," rintih Avery karena merasa nyeri. Ia baru menyadari bahwa telapak tangannya telah tergores dan mengeluarkan sedikit darah.

"Jangan, ini kotor," ucapnya refleks menjauhkan tangannya. "Maksudku, aku tak apa-apa," ucap Avery sambil kembali mengusap-usap kepala serigala itu. "Aku hanya terkejut melihatmu tadi," gumamnya lagi.

Entah mengapa Avery merasa familier dengan serigala bermata keemasan yang sedang bersamanya itu. Serigala itu kemudian merebahkan kepalanya di dada Avery dengan sikap manis. Avery sedikit tersenyum dan mulai membelai-belai kepalanya lagi dengan kedua tangannya karena merasa gemas.

"Apakah aku sudah mengatakan bahwa kau sangat lembut dan manis?" ucapnya mengulangi kekagumannya lagi. Serigala tersebut kemudian mulai menjilati lagi wajah Avery seolah mengerti. "Haha, hentikan ... itu geli," gelak Avery karena kemudian ia tak hanya menjilati wajah dan bibirnya, melainkan juga lehernya hingga ia terbaring diantara rumput kering dengan serigala jinak besar berbulu lebat yang bertumpu padanya.

"Oke, aku harus kembali," ucap Avery kemudian disela-sela gelinya. Ia menatap ke sekelilingnya. Ia tahu, ia telah masuk ke dalam hutan yang dilarang John.

"Oh, bagaimana aku bisa keluar dari sini? Aku harus menelusuri lagi jalan yang ... aaww!" Lagi-lagi kakinya yang terkilir berdenyut nyeri saat ia mencoba menggerakkannya. Ia sedikit meringis untuk menahan sakitnya.

Serigala berbulu lebat itu kemudian menyundul lengan Avery dan menempatkannya pada punggungnya.

"Ada apa?" tanya Avery. "Apa kau ingin membantuku? Bagaimana kau akan ... oh, apa kau akan membiarkanku menunggangimu?" gumam Avery lirih saat serigala itu kemudian membungkuk seolah mempersilakan Avery untuk naik ke atas punggungnya. Serigala yang memiliki ukuran lebih besar darinya itu kembali memberi isyarat dengan sundulan-sundulan kepalanya.

Tak ingin menyia-nyiakan itu, Avery segera menyeret kaki terlukanya dan naik ke atas punggung serigala itu. Ia menempatkan dirinya dan duduk di punggung serigala itu. Setelah itu, serigala itu melesat dan membawa Avery keluar dari hutan. Avery yang sedikit takut, merebahkan dirinya dan mencengkeram erat leher serigala itu.

Entah kapan dan bagaimana serigala itu keluar membawanya, tahu-tahu ia telah berada di area padang rumput lahan pribadi milik Dominic. Saat serigala itu kemudian berhenti, Avery baru memberanikan diri untuk membuka matanya.

Serigala itu kemudian membungkukkan badannya agar Avery dapat turun dari punggungnya. Avery kemudian turun dan duduk di padang rumput bersemak yang terbuka itu. Setelahnya, serigala itu melolong sekali dan tampak seperti sedang menunggu sesuatu.

Avery menatapnya seolah bertanya-tanya. Ia tahu serigala itu memiliki maksud tertentu ketika melolong, tapi ia tak tahu itu apa. Dan beberapa saat setelah serigala itu melolong, raungan motor terdengar dari kejauhan.

Motor sport merah milik Lex terlihat dari perbatasan gerbang di seberang danau. Avery dapat melihat Lex mengitari danau dengan motornya yang melesat cepat. Hanya dalam beberapa saat, Lex berhasil menuju ke arahnya.

Pria berambut gelap itu segera menyongsong Avery setelah memarkirkan motornya. "Nona Avery, kau baik-baik saja?" ucapnya panik sambil berlutut mendekat.

"Lex, bagaimana kau bisa kemari?" tanya Avery sedikit heran.

"Dibagian mana kau terluka, Nona?" tanya Lex kemudian. Ia tak menghiraukan kebingungan Avery.

"Ah, hanya di bagian kaki. Pergelangan kakiku terkilir dan aku tak dapat bergerak," ucap Avery. "Jika saja serigala tadi tak ... hei, dimana dia?" ucap Avery bingung. Ia sudah tak melihat lagi sosok serigala yang telah menolongnya ketika menengok ke belakangnya. "Tadi ada seekor serigala besar di sini, Lex! Aku bertemu dengan seekor serigala besar!" jelasnya.

"Ya, baiklah Nona, aku mengerti. Aku akan mengantarmu kembali," ucap Lex. Dengan sigap ia mengangkat Avery dan menempatkannya di atas motornya. Lex lalu menyalakan mesin motornya dan membawa Avery kembali ke mansion.

Setibanya di sana, belum sempat Lex menghentikan motornya, Dominic sudah bergegas keluar dari mansion dan menghampiri Avery dengan sedikit tergesa. Tanpa menunggu lagi, ia segera mengangkat Avery dari atas motor Lex dan membopongnya masuk. "Kerja bagus, Lex. Kau sudah lebih cepat," ucap Dom.

"Terima kasih, Tuan," jawab Lex sopan.

"John, antarkan kotak obat dan kompres dingin ke dalam kamar Avery!" perintah Dominic saat melewati John yang telah siap berdiri di ujung pintu masuk.

"A ... aku tak apa-apa," ucap Avery sedikit gugup.

"Kau tak dapat berjalan, haruskah aku percaya jika kau tak apa-apa?" balas Dominic. Dom, lalu dengan sigap membawa Avery ke lantai atas.

Avery sedikit memalingkan wajahnya saat tanpa sadar ia menatap wajah Dominic. Pria yang sedang membopongnya itu tampak begitu dekat. Avery yang sedang mengalungkan kedua tangannya pada leher Dominic, sesaat merasa tersipu. Bagaimana tidak? Saat menatap wajah dan bibir Dominic, ia menjadi teringat kembali kejadian ciuman panas mereka semalam.

Oh, bagus ... mengapa aku harus teringat ciuman itu disaat seperti ini?! Batinnya merana.

Dominic tersenyum samar dan kemudian menatap Avery dengan senyum menggodanya. "Apa kau menjadi teringat sesuatu yang menarik saat menatap bibirku, Nona?" godanya.

"A ... apa? Aku tidak sedang memikirkan ciuman itu!" protes Avery spontan. Dan detik selanjutnya ia memasang raut malu karena telah kelepasan berbicara.

Dominic tergelak. "Aku tidak menyebutkan sesuatu tentang ciuman, apa kau teringat sesuatu?" godanya lagi.

"En ... entahlah, aku tidak ingat apapun karena semalam begitu mabuk," jawab Avery gugup.

Dominic hanya tersenyum kecil menatap wajah merona Avery. Dan saat ia telah sampai membawa Avery ke dalam kamarnya, kemudian ia mendudukkannya di atas ranjangnya.

"Sayang sekali kau tak ingat itu," gumam Dominic. Ia kemudian mendekatkan wajahnya pada Avery dan meraih dagunya. "Bagaimana jika aku mengingatkanmu lagi?" bisiknya.

"A ... apa maksudmu?!" jawab Avery seketika merona.

"Maksudku adalah ini, Sayang ...." Selesai berucap, Dominic langsung memagut bibir Avery dan mengulumnya dengan gemas sambil menjelajahi manisnya mulut Avery dengan mendesakkan lidah panasnya! Avery membelalak seketika.

____****____