Chapter 9 - 09

Matahari pagi datang menyapa dengan diiringi suara burung pipit yang saling bersahutan hordeng kamar terbuka lebar secara otomatis saat cahaya matahari itu datang mengganggu tidur audi perlahan tapi pasti audi bangun dari tidurnya untuk membersihkan diri.

Di meja makan tersedia begitu banyak makanan para pelayan sibuk menghidangkan makanan yang baru dimasak dan Simon anaknya sudah rapih duduk di meja makan sambil menunggu mommy turun.

"Pagi sayang, maaf mommy terlambat".

"Tak apa mom, wajar jika mommy terlambat bangun di kehidupan kita yang dulu mommy jarang untuk tidur karena mommy harus bekerja".

"Sayang, ayo kita sarapan". audi terbaru mendengar perkataan anaknya barusan dia tidak menyangka jika anaknya sangatlah dewasa di usia nya yang baru saja 5 tahun karena keadaan yang harus memaksanya untuk dewasa.

"Mom kita tidak mungkin menghabiskan sarapan sebanyak ini, bagaimana jika kita memanggil para pelayan untuk makan bersama dengan kita, apa mommy setuju?

"Tentu saja boleh sebentar mommy akan memanggil mereka. Bibi kemari".

"Iya nyonya ada apa?

"Begini aku dan anakku tidak mungkin memakan makanan sebanyak ini jadi kami mengundang kalian semua untuk makan bersama kami di sini".

"Maaf nyonya tidak usah repot-repot kami bisa makan di belakang".

"Bibi ayo makan bersama kami, jika kita makan bersama maka akan terasa lebih menyenangkan. Jadi ku harap bibi tidak menolak dan panggilkan yang lainnya untuk makan di sini aku dan anakku akan menunggu nya".

"Baik nyonya saya akan panggilkan yang lain".

Pelayan tidak menyangka jika nyonya begitu baik bahkan mengizinkan mereka yang hanya seorang pelayan untuk bergabung makan dalam satu meja yang sama dengan mereka, setahu dirinya para orang kaya tidak memperbolehkan para pelayan untuk makan bersama tapi berbeda dengan nyonya audi dia mensejajarkan kasta mereka dan tidak membeda-bedakan nya.

Di dapur para pelayan sedang membicarakan tentang nyonya nya mereka tidak menyangka bisa mendapatkan majikan yang tidak membedakan kasta.

"Aku senang jika kalian suka padaku, dan aku juga tidak akan marah kalian bergosip asal semua pekerjaan kalian sudah selesai".

"Nyo..nya..nyonya maafkan kami, kami hanya".

"Tak apa aku mengerti aku juga dulu seperti kalian suka bergosip, karena semuanya sedang berkumpul bagaimana kalau kita adakan makan cemilan di taman?

"Baiklah nyonya kami akan mempersiapkan nya".

Audi senang jika semua orang di sini tertawa bercanda bersama dirinya kembali teringat dulu dia juga pernah mengalami nya dimana ayahnya masih ada tapi sekarang tidak ada lagi karena takdir membawanya pergi begitu juga ibunya yang lebih memilih pergi darinya karena luka yang diberikan olehnya.

Audi berharap jika memang dia diberi umur panjang maka hanya satu keinginan nya bertemu dengan ibunya dan meminta maaf padanya atas semua kesalahannya.

"Mom kapan daddy kembali?

"Kemungkinan agak lama sayang karena daddy harus mengurus perusahaan nya di sana dan jika sudah selesai maka daddy akan kembali ke sini".

"Baiklah tapi jika dia berbohong atau membuat mommy sedih maka aku akan menghajarnya".

"Baiklah mommy tidak akan melarang mu melakukan nya".

Di lain tempat belahan negara lainnya seorang wanita tengah asik berkebun tidak peduli dengan keringat yang mengalir di wajahnya ataupun terik matahari yang membakar kulitnya. Wajahnya tidak kebanyakan wanita berumur lainnya di usia nya yang menginjak 55tahun wajahnya masih sama seperti wajah 30 tahunan.

"Bu, istirahat lah dan ayo makan siang dulu".

"Iya, sebentar lagi".

"Bu ayo atau aku akan menyuapi ibu".

"Baiklah, ibu cuci tangan dulu".

Setelah makan siang wanita itu duduk santai dengan menikmati teh melati yang pikirannya jauh melayang tapi lamunannya terhenti karena sentuhan di bahunya.

"Katakan saja Bu jika kau merindukan nya aku akan mengantarkan nya".

"Ya ibu memang merindukan nya tapi ibu takut dia akan membenciku karena aku pernah mengusirnya dan tidak menganggap dia anak lagi".

"Baik buruknya seorang anak tidak ada istilah mantan seorang anak ataupun seorang ibu karena mereka mempunyai ikatan yang begitu besar dan kuat, 9 bulan mereka saling terhubung satu sama lain mereka berjuang bersama agar dapat bertemu. Jadi jauhkan perasaan buruk itu Bu karena aku yakin anak ibu juga sedang merindukan ibu".

"Kau benar nak, terima kasih kau sudah menyadarkan orang tua ini. Aku begitu marah dengannya tanpa mau mendengarkan penjelasan nya, aku langsung mengambil keputusan yang begitu menyakiti hatinya dan pergi begitu saja".

"Apa ibu tahu alamat dia sekarang? Aku bisa mengantarkan nya".

"Ibu tidak tahu tempat tinggalnya sekarang, tapi kau bisa mencari dengan menggunakan namanya, Audi namanya Audi".

"Baiklah Bu aku akan mencari nya".

"Terima kasih Aldo jika saja aku tidak bertemu denganmu entah apa yang terjadi padaku saat ini".

"Aku yang berterimakasih pada ibu, karena ibu aku dapat merasakan kasih sayang seorang ibu".

Sebelumnya Aldo sedang frustasi karena hubungannya dengan cindy harus berakhir begitu saja karena papanya tidak suka dengannya orang suruhan papanya memukulinya habis-habisan Aldo kalah telak karena jumlah mereka terlalu banyak dan sekarang tersungkur di pinggir jalan semua orang tampak tidak ada yang mau menolongnya karena mereka pikir Aldo adalah penjahat makanya dia pukuli seperti itu.

Kebetulan lira yang saat itu baru saja keluar dari toko kue melihat Aldo yang di pinggir jalan dia menghampiri dan membantu nya lira membawa Aldo ke rumahnya yang sederhana untuk membersihkan luka di wajahnya awalnya Aldo menolaknya tapi lira dengan segala kelembutan nya membuat Aldo akhirnya menurut.

"istirahat saja anggap saja ini rumahmu jika kau perlu sesuatu aku ada di dapur".

Inilah yang Aldo inginkan kasih sayang seorang ibu namun sayang dia tidak pernah mendapatkan nya karena ibunya meninggal saat melahirkan nya. Aldo berjalan ke arah dapur dan melihat orang yang menolongnya tadi sedang memasak sup ayam.

Kriiyyuukk.

"Ayo kemari kau harus makan sup ini agar tenaga pulih kembali". lira menunangkan sup ayam ke mangkuknya dia juga membuatkan teh lemon untuknya.

"Terima kasih sudah menolong ku".

"Sama-sama, habiskan sup nya lalu setelah itu minum teh ini agar pikiran mu rileks".

"Apa kau tidak ingin bertanya siapa aku, kenapa aku dipukuli".

"Aku tidak akan menanyakan nya karena ku rasa itu urusan pribadimu aku hanya sekedar lewat dan melihatmu di pinggir jalan lalu aku berinisiatif untuk membantu mu. Aku tidak mengharapkan imbalan apapun dari mu aku ikhlas membantu mu".

"Namaku Aldo, boleh aku memanggil mu ibu?

"Lira, aku lira. Aku senang kau menganggap ku sebagai ibumu semoga ke depannya kita bisa saling menyayangi sebagai ibu dan anak".

"Apa kau tinggal sendiri? Dimana keluarga mu?

"Aku sudah memiliki anak sepertinya dia sepantaran denganmu, sama seperti mu aku juga memiliki masalah yang tidak bisa diceritakan begitu saja".

"Baiklah".

Tidak ada lagi pembicaraan di keduanya Aldo lebih memilih masuk ke kamar untuk istirahat sedangkan lira pergi ke belakang.

Seiring berjalannya waktu mereka sekarang sudah bisa berbagi masalah bertukar pikiran terkadang mereka juga belanja bersama, bercanda bersama layak nya sebuah keluarga harmonis antara ibu dan anak