Dan mereka masuk ke dalam sebuah lorong bawah tanah yang cukup panjang, ada beberapa pintu akses di dalam sana yang rasanya sungguh aneh ada di tempat seperti ini, sampai di ujung lorong barulah memperlihatkan sebuah ruangan.
Bola mata Aurora terbuka lebar, ini seperti lab yang rahasia, dimana semua teknologi di berada di tempat ini, Aurora melirik sedikit ke arah lain saat pria itu tetap menggenggam tangannya.
Seperti ini bukan tempat yang akan mereka datangi, karena pria itu masuk terus melangkah tidak ada niat untuk berhenti, apakah ada ruangan lainnya.
Ini sungguh hal luar biasa, karena pasti proses pembuatanya sangat sulit, hanya dari sebuah gubuk tua tapi di bawahnya ada sebuah hal lebih canggih.
Tatapan Aurora kembali ke arah depan saat dia melihat ruangan yang berbeda, kali ini seperti sebuah cafe tapi juga ada beberapa orang yang berpakaian formal, semua menatap kedatangannya, mungkin karena Aurora bersama pria itu.
"Julian! Kenapa kau datang bersama seorang wanita!" Ucap seorang wanita yang menghampiri pria itu dan tanpa malu dia mencium pipinya? Sungguh tidak malu dengan hal yang dirinya lakukan?
"Tidak sekarang Mira." Ucap Julian, pria itu mengajak Aurora untuk duduk di salah satu sofa di sana, pria itu membuka jas yang dirinya kenakan lalu, mengeluarkan sebuah kotak dari balik jasnya.
Aurora tidak melihat benda itu, sejak kapan pria itu membawanya, apakah pria itu akan kembali melakukan transaksi, bagaimana jika kali ini lebih membahayakan?
"Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan? Apakah ini benar duniamu?" Tanya Aurora, dia sungguh tidak mengerti kenapa pria itu benar-benar membuatnya selalu menyimpulkan sesuatu dalam otaknya.
Kali ini Aurora benar-benar takut karena dia tidak tahu jalan keluar dari tempat ini, dia tidak tahu jika mungkin saja ini akan menjadi akhir dari kehidupannya.
"Aku hanya akan melakukan transaksi berlian, karena itulah kita datang kesini, tempat ini tidak akan terdeteksi oleh sensor berlian." Ucap Julian, pria itu berbisik pada wanita itu, dia bahkan mengatakan sebuah informasi yang benar-benar sangat rahasia.
Aurora hanya terdiam jadi itulah kenapa sulit sekali mencari transaksi berlian secara ilegal karena inilah yang mereka lakukan agar tidak mudah di lacak lokasinya? Dan sensor?
Tentu dia terlalu berpikir sempit jika mereka tidak sepintar seorang agen rahasia, dimana ternyata mereka jauh lebih pintar dan tertata dengan rapi, bahkan siapa yang terpikirkan hal ini?
"Itulah kenapa aku mengatakan kau tidak bisa jauh dariku, tempat ini sangat terancam untukmu seorang agen rahasia." Ucap Julian, pria itu bersandar di penyangga sofa lalu mengangkat tangannya ke arah seseorang.
Mendengarkan hal itu entah mengapa tenggorokan Aurora terasa sedikit kering, dia melirik dengan ragu ke arah lain dimana dia menemukan pria bersenjata berdiri tidak jauh dari tempatnya.
Sedang mengawasi setiap gerak gerik semua orang yang ada di tempat ini, dia sedikit mendekati pria itu, dia tidak mau mati konyol dan masih banyak hal yang harus dirinya lakukan.
Tidak lama setelah itu beberapa orang mendatangi meja yang dirinya duduk bersama Julian, pria itu bangun dari posisinya dan membuka kotak yang dirinya bawa.
"Ini bernilai mahal karena mendapatkan sulit." Ucap Julian, pria itu sedikit menjelaskan benda yang kali ini dirinya bawa dan menunjukan pada pria yang bisa di katakan dia adalah kolega kaya yang suka mengoleksi berlian.
Pria itu memberikan anggukan, dia mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya lalu secara berkala mengecek keaslian dari berlian itu, karena memang sulit di bedakan berlian asli dan juga palsu.
Tubuh Aurora tersentak saat pria itu meletakan tangannya di pinggangnya, membuat dirinya langsung menatap ke arah pria itu, dan kemudian pria itu mendekati dirinya.
"Kau tidak boleh kaku, lihatlah kau bisa di curigai nona Aurora." Ucao Julian, pria itu berbisik tepat di telinga wanita itu, karena mungkin saja semua akan mengira jika dirinya sedang di ancam.
"Apa maksudmu, kenapa aku tidak boleh diam?" Tanya Aurora, bukankah jika dirinya melakukan sesuatu malah akan mengundang sebuah kecurigaan? Apakah pria itu sengaja mempermainkan dirinya?
"Bertindakan sebagai seorang kekasihku, kau datang bersamaku bukankah aneh jika kau hanya diam saja?" Tanya Julian, dia hanya ingin sedikit mencari perhatian pada wanita itu, di tempat ini siapa yang mau mencurigai dirinya.
Mereka sudah tahu siapa dirinya dan tidak akan ada yang berani melakukan sesuatu padanya kecuali wanita yang saat ini bersamanya.
Aurora menghela nafas, dia tidak tahu tindakan benar atau tidak, dia mencangkup wajah pria itu lalu sedikit memiringkan wajahnya dan mengecup bibir pria itu dengan singkat.
"Sudah—bukan?" Tanya Aurora, entah kenapa malah membuat situasinya malah menjadi canggung untuknya.
Julian hanya bisa menarik sudut bibirnya, tidak menyangka dia malah mendapatkan sesuatu yang di luar dugaannya, tapi ini sungguh menyenangkan dan tidak bisa dirinya duga.
"Tuan Steven, nilai berapa yang ingin kau berikan?" Tanya pria itu setelah cukup lama dia meneliti berlian di tangannya, dia seperti kali ini akan mengambil berlian itu.
Julian mengalihkan pandangannya ke arah pria yang ada di hadapannya, dia menarik wanita di sampingnya untuk mendekat ke arahnya. "Nilai yang sebelumnya aku katakan, kau bisa mengingat kembali Tuan wills."
Pria itu tersenyum, dia meletakan berlian senilai miliaran itu ke dalam kotaknya, dia takut jika harganya akan semenarik barangnya.
"Kau benar, aku pikir harga akan berkurang karena aku sudah sering membeli denganmu." Ucapnya.
Julian terdiam sebentar, tangan lainnya terulur untuk mengambil kotak itu dan memberikan pada Aurora.
"Tolong pegang ini sayang." Ucapnya, pria itu meletakan tangan di atas meja dan sedikit memajukan tubuhnya.
"Aku tidak akan menurunkan harganya, Tuan Wills paham bagaimana aku melewatkan semua untuk mendapatkan hal ini, jadi kirimkan uang seperti biasanya." Ucap Julian, nada bicaranya sungguh berbeda dari caranya berbicara dengan pria lainnya atau bahkan ini pertama kalinya.
Terlihat sangat jelas jiwa mafia itu muncul dari tubuhnya, pria itu menatap dengan tajam tapi dia tidak melonggarkan rangkulan di tubuh Aurora.
Aurora menelan air liurnya, dia juga ikut merasa tegang walau tidak sedang berbicara dengan pria itu, tapi genggamanya membuat dia bernafas saja rasanya begitu sulit karena tidak mau mengusik pria itu.
"Baik, kau memang tidak pernah membuat orang lain ingin sejajar denganmu, aku akan mengirimkan uangnya besok." Ucao pria itu, dia bahkan juga menatap takut pada pria di hadapannya.
"Jam sembilan pagi, aku sudah harus menerimanya." Ucap Julian, pria itu mengambil kotak di tangan Aurora dan memberikannya pada pria itu.